"Gila Lin. Semua pada heboh ngelihat Reihan. Kenapa tuh cowok pesonanya keren banget ya? Heran gue" ujar Rani yang berada di kelas.
Benar, kelas memasuki jam kosong. Oh betapa indahnya jam kosong untuk para siswa. Surga kelas di jam kosong.
Reihan tengah bermain dengan teman-teman cowoknya. Ternyata jika dilihat sama saja, laki-laki memang suka main game online macam itu. Yah, tak ada bedanya. Tapi jika dilihat-lihat lagi, Reihan tidak sedang bermain game online, dia hanya bergabung dengan teman-temannya, dan dia hanya mendengarkan musik lewat headphone.
Arlin memutar bola mata jengah, ia memasang airpods dan beralih pada novel yang dia bawa dari rumah. Musik milik IU yang berjudul BBIBBI itu terngiang merdu di telinga hingga otaknya. Saking fokusnya, Arlin sampai tak tahu jika di depannya sudah ada Reihan yang duduk dengan menarik kursi kosong agar berada di depan Arlin.
"Hei, Arlin" sapanya dengan memperlihatkan senyuman manis itu.
Arlin awalnya ingin bersikap bodo amat namun apa daya cowok di depannya ini seperti tidak punya dosa atau rasa malu, atau bisa dibilang dia ini polos.
"Lo ngapain?" Tanya Arlin datar.
Reihan menekuk alis, "Hm.. duduk?" Ucapnya yang lebih seperti nada pertanyaan.
"Huh.."
Arlin beralih kembali dengan novelnya. Sedangkan Rani yang berada di sebelah Arlin melihatnya dengan tak percaya. Reihan bisa mendekati Arlin, secara sebenarnya Arlin adalah cewek yang susah untuk di dekati. Walau pernah ada cowok yang mendekatinya dan berakhir naas, hingga tak banyak yang berani mendekati Arlin. Dia cenderung dingin.
"Entar gue anter lo pulang ya? Gue mau tahu rumah elo"
Seketika kerutan di dahi Arlin terbentuk. Dia mendongak menatap tajam Reihan, "Emang lo itu siapa?"
Arlin bangkit, ia meletakkan novelnya dan berjalan keluar kelas. Tujuannya kini adalah kamar mandi.
Dia mengusap wajah lelahnya. Terasa jika dia pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya, tapi dia tidak ingat apa itu.
"Hei!"
Arlin menoleh pada suara gadis yang lantang, ia melihat Agea dan kedua temannya tengah berjalan menghampirinya.
"Arlinda.. bagus juga lo" ucapnya dengan posisi dirinya sudah berada di depan Arlin.
Arlin hanya menekuk alis tak tahu. Tapi satu yang dia tahu jika orang di depannya ini benci sekali padanya.
"Mentang-mentang cantik terus elo bisa deketin Reihan?"
Oh, masalah anak paud. Labil. Batin Arlin jengah.
"Kalau lo mau dia ya ambil aja. Gue bukan siapa-siapanya kok. Dan elo juga bukan siapa-siapanya kan?"
Agea tak terima, "Hei. Jangan asal bicara ya. Ayah Reihan itu temen bokap gue" ujarnya yang sedikit meninggikan nada bicaranya dengan menuding Arlin.
Namun raut wajah Arlin masih menunjukkan raut datar, "Oh," balasnga yang kemudian berlangsung pergi meninggalkan Agea dan teman geng-nya tanpa peduli.
"Ck, tuh bocah belagu banget sih. Lihat aja, songongnya bakalan ilang selamanya"
_____
Follow
Vote
Comment
Jangan lupa buat share ke temen-temen juga ya🌻
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
Teen Fiction[Drama 17] ~Fansfiction~ "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari mulut Reihan. Arlin mengerutkan kening, ia tidak tahu apa yang dimaksud Reihan. Tapi sepertinya dia juga merasakan hal yang sama. ••• ©2020