Tok.. tok.. tok..
"Kak.. keluar, gih. Udah dua hari juga."
Tak ada jawaban, Zaka menghela nafas, "lihat sendiri, kan?"
Reihan yang kini berada di rumah Arlin mulai lebih cemas. Benar saja, pagi jam 08:02 Reihan sudah mengetuk pintu kediaman rumah Arlin.
"Ada apa emang sama Kak Arlin kemaren?" Tanya Zaka yang masih tidak tahu apa-apa.
Menekuk alis, ia juga merasa belum paham seluruhnya walau Diego dan Rani sudah menceritakannya. Tapi dia tidak boleh mengambil kesimpulan.
"Apa dia nggak pernah keluar kamar?" Bukannya menjawab pertanyaan Zaka, Reihan malah balik bertanya.
Zaka menggeleng.
"Tapi..."
Reihan melirik Zaka kembali, "sini deh." Zaka mengajak Reihan untuk turun menuju ruang tengah, "kemaren ada laki-laki dateng kerumah. Bukan temen Kak Arlin yang kemaren sama Kak Reihan kesini, tapi kayaknya itu laki-laki yang dibenci Kak Arlin, deh."
Mengangkat kedua alis, "heh?"
"Katanya mau ketemu Kak Arlin, pas banget waktu itu Kak Arlin keluar kamar, pas Kak Arlin lihat tuh cowok, dia langsung kesal nutup pintu depan kasar. Gue kaget, dong."
"Lanjut."
"Terus gue tanya, 'kenapa kok di tutup', katanya kalau cowok itu, 'orang modus mau minta sumbangan'."
Buset.
Reihan berkedut bibir mendengar penuturan Zaka soal perkataan Arlin.
"Tapi gue tau kok kalau cowok itu bukan orang modus minta-minta."
"Eh?"
"Dia kayaknya cowok yang dulu pernah deket sama Kak Arlin."
Zaka tau?
"Masa, sih?" Tanya Reihan pura-pura tak tahu dan bertujuan mengorek informasi lebih.
Zaka sempat melirik kanan-kiri, walau ini rumah sendiri, tapi dia juga harus was-was. "Jadi, dulu waktu Kak Arlin masih SMP, dia pernah deket sama cowok. Entah itu pacarnya atau bukan, gue nggak tau, tapi mereka keliatan romantis banget, keromantisan mereka sempet kesebar di sosmed, dan yang jadi masalah mereka sedang salam posisi di sekolahan."
Jadi begitu rinciannya.
"Waktu itu, Kak Arlin di marahi habis-habisan sama Mama. Sejak itu, gue lihat perbedaan dari Kak Arlin, dia lebih pendiem. Kak Arlin orangnya care banget, supel, cerewet, suka jahil, tapi sekarang ... Kayak orang hidup yang mati."
Tertegun. Kata-kata Zaka terlalu kejam untuk diucapkan sebenarnya.
"Eh?" Zaka heran melihat Reihan yang berdiri dan langsung berlari ke atas. Lebih tepatnya menuju kamar Arlin.
Tok.. tok.. tok..
"Arlin.. ini gue, Reihan."
"PERGI LO! GUE NGGAK MAU KETEMU SAMA SIAPAPUN!" Teriak Arlin garang dari balik pintu. Reihan terkejut sampai terlontar memegang besi pinggiran lantai dua.
Zaka tak heran, dia hanya menunjukkan ekspresi biasa saja.
"Hm?" Zaka meminta penjelasan sambil mengangkat alis sekilas. Reihan menggeleng pelan. Namun seketika dia ingat sesuatu, ini adalah makanan kesukaannya. Dia 90% yakin jika Arlin tak akan menolak.
"Lin, makan yuk! Ma—"
"GUE BILANG PERGI!"
Reihan kaget, tapi dia masih sabar, Reihan memiliki kesabaran tingkat dewa. "Makan nasi, sama telur ceplok, sama kecap.. ayo kita buat telur mata sapi!" Ajak Reihan penuh girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
Teen Fiction[Drama 17] ~Fansfiction~ "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari mulut Reihan. Arlin mengerutkan kening, ia tidak tahu apa yang dimaksud Reihan. Tapi sepertinya dia juga merasakan hal yang sama. ••• ©2020