Part. 16

23 4 0
                                    

Jantung berdegub kencang. Matanya memerah. Arlin melangkah masuk dan menggebrak pintu kamar.

Zaka yang melihatnya mengerjap ngeri.

"Bangsat! Kenapa ada orang sialan itu sih!"

Arlin terduduk membelakangi pintu, "Mana tadi ada Reihan lagi"

Diam sejenak, Arlin menyadari sesuatu.

"AAH.. SIALAN!" Teriaknya dari dalam kamar. Bahkan Zaka yang berada di dapur sempat mendengarnya dan menghentikan aktivitasnya.

"Gue malu! Gue malu kampret!"

Arlin keluar dari kamar. Dia bingung. Seragam masih menempel di tubuhnya.

Zaka yang melihat itu ingin bertanya tapi ia urungkan, takut Arlin melempar amarah kepadanya.

Tujuan Arlin sekarang ini adalah jembatan kota. Terlihat agak sepi. Angin menerjang tubuhnya tak terkecuali rambutnya yang ikut berayun karena aliran angin.

Ia ingin menangis, melampiaskan semuanya namun tak bisa. Apalagi pernyataan Reihan jika dia adalah pacarnya.

"Arkh! Bukan itu.." keluhnya tak tahan.

"Bukan apa?"

Terkejut. Arlin menoleh dan mendapati Agan.

"Ngapain lo?"

Agan berdecak, "Galak banget" ia menyodorkan undangan berwarna ungu muda.

"Festival sekolah besok?" Tebak Arlin sambil menerimanya.

"Yup! Gue jemput di rumah lo. Berangkat bareng gue"

Cuek, "Siapa juga yang mau dateng ke festival norak"

"Oke, jam tujuh malam"

Arlin berdecak kesal. Bukannya pergi, Agan justru bergabung dengan Arlin.

"Kenapa lo nggak pulang aja? Ngapain di sini!?" Sebal Arlin karena dia sepertinya ingin sendiri.

Agan memandang langit-langit.

"Gue tau lo pengen sendiri, tp akan lebih baik suasana hatinya kalau ada seseorang yang ikut nemenin walau cuman diem"

"..."

"Sok tau lo" ucap Arlin akhirnya.

🌷

Siapa sih tuh orang!? Bikin kesal aja. Gimana dong, entar Arlin benci sama gue, terus di sekolah nggak mau ketemu sama gue, nggak mau ngobrol sama gue lagi.

Reihan terus melamun, dia memegang kepalanya panik.

"Gue musti ke rumahnya"

Berlari tanpa henti sampai keringatnya bercucuran. Bukan dengan alasan dia tidak ingin naik motor.

Hingga tepat melewati jembatan, dia melihat dari kejauhan bahwa Arlin tengah bersama... Agan.

Sepertinya Arlin dan Agan tidak mengetahui kehadiran Reihan. Terlihat jika Arlin sudah berjalan pulang, begitu juga Agan. Sepertinya Agan hendak mengantar Arlin namun ditolak mentah-mentah oleh Arlin. Agan memaksa dan Arlin tak ingin berkutik, alias tak ingin membuang energi untuk orang keras kepala. Dirinya saja terkadang keras kepala.

Reihan melihat itu, sangat kesal. Pikirannya tentang laki² misterius itu hilang sudah.

🌷

"Besok di sekolah gue ada acara festival. Boleh ngajak temen dari luar sekolah"

"Terus? Lo ngundang gue?"

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang