5. Shield For My Sword

6.2K 471 65
                                    

Jika ada yang bilang bahwa hidup hanyalah sebatas omong kosong, maka Seulgi akan setuju.

"Jimin sudah membelikan rumah untukmu. Apalagi yang ibu inginkan?"

Saat mengetahui bahwa anak semata wayang mereka dipinang oleh seorang kaya raya, itu berarti surga dunia akan segera tiba.

Jimin membayar hutang, membiayai pengobatan ayahnya bahkan membelikan rumah untuk sang mertua. Mengangkat perekonomian mereka mendekati disaat dulu sebelum bangkrut menimpa.

"Bagaimana ibu bisa membuktikan kepada wanita-wanita penggosip itu bahwa menantu ibu adalah seorang jutawan kalau pergi kemana saja Ibu masih menggunakan taksi?"

"Ibu, kau tidak perlu-"

"Mintalah kepada Jimin dan bantulah ibumu untuk kali ini saja, Seulgi! Suamimu memiliki banyak uang. Dia tidak akan jatuh miskin hanya karena sebuah mobil."

Wanita itu pergi, melangkah melewati pintu dengan kelewat angkuh.

Dengan cara berjalannya yang sangat Seulgi ingat bahwa itu adalah bagaimana ibunya berjalan dulu. Dulu sekali, saat keluarga mereka belum jatuh miskin dan memulai hidup sulit.

Ibunya tidak berubah, pikir Seulgi. Dia tetap seperti itu.

Ibunya masih menyimpan sifat-sifat buruk karena uang. Ibunya masih tidak bisa mengerti apa arti sebuah hukuman.

Beruntung saja, Seulgi sudah membuang jauh-jauh semua sifat itu dari dirinya.

.

.

Melewati trimester pertama yang melelahkan, Seulgi bersyukur karena morning sick nya sudah sangat berkurang.

Dia ingat pada suatu pagi, saat mual dan pusing bercampur lalu meledak di kepalanya, Jimin ada di sampingnya. Duduk dengan cemas dan terus memijat tengkuknya, dia juga berubah jadi sangat cerewet.

"Apa kita perlu ke dokter?"

"Ingin aku ambilkan kantung muntah?"

"Aku akan mengambilkan air jeruk."

"Seulgi, kau baik-baik saja?"

"Apa kita perlu melakukannya?"

Yang terakhir itu, bukanlah ide yang bagus. Seulgi hanya tersenyum dan menggeleng lemah karena modus Jimin itu memang sangat menyebalkan. Tapi sama saja, toh mereka memang akan melakukannya hampir di setiap malam.

Atau mungkin kalau Jimin beruntung, maka Seulgi akan dengan senang hati duduk di pangkuannya sambil berbisik.

"Jimin, aku ingin..." Maka, dengan senang hati pria itu akan menyanggupinya. Dimanapun dan kapanpun. Hanya untuk memenuhi keinginan si manis yang sedang mengandung si jabang bayi.

Kedengarannya menyenangkan. Melihat bagaimana rumah tangga mereka yang dimulai dengan kejadian buruk bisa berjalan dengan sehangat ini.

Seulgi tersenyum.

"Buku kehamilan untuk si gila, Seulgi."

TCATB || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang