4. Time Is Running Out

7.6K 455 63
                                    

"Tidak apa. Aku masih memiliki dua ratus sembilan puluh sembilan hari. Mari kita lihat siapa yang akan menang. Apakah itu tetap kau, atau aku?"

.

Keesokan harinya, setelah malam pertama yang berakhir buruk.

Jimin berkata bahwa dia tidak memiliki waktu cuti meskipun hanya untuk satu hari. Dia memiliki banyak tanggung jawab yang menunggu. Pria itu menduduki posisi yang tidak bisa digantikan oleh siapapun dan jangan lupakan waktu yang telah terlewati untuk persiapan pernikahan.

Itu menghabiskan banyak tenaga dan waktu. Seharusnya pria itu istirahat setidaknya dua atau tiga hari tapi, Seulgi tidak bisa membujuknya.

Memangnya siapa dia?

Bisa menyandang gelar sebagai isteri Jimin juga hanya karena sebuah 'kecelakaan'. Seulgi tidak berani bermimpi terlalu tinggi.

Tidak mau hanya berdiam diri di dalam kamar, Seulgi memutuskan turun ke lantai utama. Melihat ke sekeliling hanya untuk menyadari bahwa maid di rumah ini berkurang dan rasanya jadi sangat sepi.

Apa yang harus aku lakukan...

Terus berjalan dengan sedikit morning sick yang menyebalkan. Itu sudah berlangsung lama. Seulgi mencoba membiasakan diri tapi, dia tahu bahwa dia bukan wanita yang kuat. Dia tidak bisa bohong saat kepalanya terasa mengembung dan menyempit lalu kakinya akan terasa lemas.

Dia tidak bisa membiasakan diri. Mungkin hanya belum.

Seulgi melihat interior rumah dengan lumayan teliti. Ada banyak foto Jimin tertempel di dinding. Sedang melakukan pukulan saat bermain golf. Foto saat dia sedang berenang. Saat dia sedang membidikkan anak panah. Sedang mengayunkan pemukul baseball dan banyak olahraga yang lain.

Dia penggila olahraga...

Itu tidak aneh melihat bagaimana tubuh Jimin yang memang berbentuk. Membuatnya teringat bagaimana rasanya menyentuh lengan kencang suaminya itu.

Seulgi menggeleng.

Mencoba membuang pikiran aneh itu lalu tatapannya berpindah pada sebuah kotak kaca berisi kamera polaroid klasik. Dengan body yang di desain dengan kayu mahoni berstektur. Tapi sayang, lensanya sudah pecah dan ada potongan kecil yang hilang.

"Terkesan?"

Seulgi berbalik. Mendapati adik angkat Jimin, Yeri, tersenyum dengan keringat yang memenuhi dahi.

"Itu kamera polaroid peninggalan Papa Park. Jimin sangat menyukainya." Yeri menyeka wajahnya dengan handuk.

Dia terlihat baru saja selesai melakukan olahraga pagi. Seulgi mulai bisa menarik kesimpulan bahwa keluarga ini adalah sebagian kecil daripada para pecinta olahraga. Lumayan keren.

"Dia menggunakannya kemanapun. Dia tidak pernah pergi tanpa membawa kamera ini. Aku sampai sempat berpikir kalau dia sudah berpacaran dengan benda mati."

Seulgi tertawa. Memukul main-main bahu Yeri karena, entah bagaimana wanita cerewet ini terasa sangat menyenangkan.

"Aku serius. Lihat saja! Dia bahkan lebih memiliki untuk menyimpan ini daripada membeli yang baru. Sok setia."

TCATB || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang