7. Blades From Heaven

5.5K 502 123
                                    

Seulgi tidak pernah tahu bahwa rasanya bisa sebahagia ini.

Hari ini, Jimin dengan sangat sukarela mau meluangkan waktunya sampai siang hari untuk menemaninya melakukan USG. Menemani Seulgi melihat bagaimana wujud bayi mereka yang masih abstrak dengan luapan ketakjuban.

"Dia sangat aktif. Lihat, bayi kalian terus berputar-putar."

Seperti mau menangis, tapi Seulgi tidak bisa. Seperti ingin berlari, tapi Seulgi juga tidak bisa. Dia terlalu gembira, Seulgi menyadari itu dan dia ingin melakukan sesuatu agar Jimin tahu.

Maka, dia meraih telapak tangan Jimin yang sedari tadi terdiam dan meremasnya kuat.

"Mari kita lihat apakah dia baby blue atau baby pink."

Dokter itu memutar-mutar alat yang sedari tadi menempel di perut Seulgi dengan kewalahan. Pasalnya, si jabang bayi terus bergerak dan itu bukan main mempersulit keadaan.

Seulgi gugup. Semakin kuat meremas tangan suaminya yang baru dia sadari kalau sangat berkeringat.

"Ah! Dia Baby blue! Selamat tuan-tuan, bayi kalian adalah calon jagoan."

Seulgi tidak pernah tahu bahwa rasanya bisa sebahagia ini.

Hanya dengan mengetahui bahwa calon bayinya dengan Jimin adalah seorang jagoan kecil, dunia sudah terasa sangat cukup. Seulgi yakin dia tidak akan memerlukan harta melimpah, fasilitas mewah atau ketenaran.

Selama dia memiliki jagoan kecilnya, maka dunia sudah sangat cukup.

Jimin balas meremas tangannya. Seulgi mendongak, menatap wajah pria yang sedari tadi tak lepas menatap monitor.

Jimim menunduk kepadanya. Dengan lamat-lamat mencium dahi Seulgi lalu berbisik.

"Superboy kita sangat menakjubkan..."

.

.

.

Yeri berdecak kesal setelah mobil Jungkook menghilang di balik pagar.

Setelah semalam mabuk dan mengucapkan kata-kata aneh, Jungkook sama sekali tidak berniat menjelaskan apa maksudnya. Yeri terus mendesak, bahkan mengancam kalau dia akan mogok bicara sampai sebulan, tapi itu tidak mempan.

"Kau selalu keceplosan kalau sedang mabuk! Aku saja tahu kalau kau juga menyukaiku setelah kau menghabiskan dua botol soju! Aku yakin semalam kau juga keceplosan. Oppa jawab aku!"

Tapi Jungkook adalah pria dengan prinsip sekeras baja.

Sekali tidak itu berarti tidak. Jika dia enggan maka memaksa-pun akan sia-sia. Yeri seharusnya sudah hapal dengan keteguhan hati kekasihnya itu dan mencari jalan yang lebih lembut.

Tapi rasa penasaran seperti ingin membunuhnya. Apalagi, Jungkook terus menghindar dan malah mengacuhkan semua ancaman Yeri. Memancing emosinya semakin tinggi. Membuatnya lupa untuk bersikap lebih negosiatif.

"Kau tahu aku mabuk kan? Aku bisa mengatakan omong kosong apapun. Sudahlah lupakan saja, Dear."

Setelah penyangkalan terakhirnya itu, Jungkook berjalan dengan cepat menuju mobilnya dan terus mengacuhkan umpatan Yeri. Meninggalkan kekasihnya itu ditengah emosi yang terasa akan menelan seluruh tubuhnya.

TCATB || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang