Tiga Belas

4.1K 214 38
                                    

Seorang laki-laki dengan pandangan tajamnya hanya bisa berdiri di balik dinding sebuah lorong. Hanya dapat memandang kumpulan beberapa orang dengan wajah datarnya.  Tidak,  lebih tepatnya menatap seorang wanita cantik yang kini tengah duduk di sebuah kursi roda. Masih dapat ia ingat jelas kejadian seminggu yang lalu.  Wanita cantik di kursi roda itu, memandangnya tanpa ekspresi setelah terbangun tidur panjangnya.  Lupa.  Satu kata yang mewakili ekspresi wanita itu pada dirinya.

"seberapa parah kecelakaan itu hingga mampu membuatmu melupakan aku?. " pertanyaan itu sudah sering ia ucapkan dari bibirnya.  Meski ia tahu jawabannya,  semuanya tidak bisa berubah.  Wanita itu,  tetap melupakannya.

Tak bisa melakukan apa apa meski ia ingin menghampiri mereka.  Dari jarak yang cukup jauh,  ia pun masih tetap memandangi tanpa tahu apa yang tengah mereka perbincangkan.

Saat beberapa orang yang ia amati mulai melangkah.  Ia pun menunggu waktu yang tepat untuk turut mengikutinya.  Agar bisa memberi jarak antara dirinya dan mereka. Dan disaat jaraknya memang pas, ia pun mulai melangkah untuk mengikuti sekumpulan itu kembali.

Tak perlu waktu lama untuk ia mengikuti.  Saat wanita yang sedari tadi tang ingin di lepas dari pandangannya telah sampai di depan pintu masuk rumah sakit ia pun memilih berhenti dan bersembunyi di balik pohon buatan yang bi buat sebagai penghias ruangan rumah sakit.

Ali masih tak melepaskan pandangannya dari wanita yang sedari tadi ia amati.  Tak memperdulikan orang-orang yang melihat tingkah anehnya dengan penasaran.  Bagaimana tidak,  seorang Alindra Malik Meshach dari perusahaan Meshach Company, Perusahaan yang sangat terkenal di negara ini. Tengah berdiri di balik pohon buatan seperti seorang pencuri.

Ali yang tak menghiraukan sekitar pun tiba-tiba saja rahangnya mengeras saat melihat prilly tengah berpelukan dengan seorang laki-laki yang ali tak busa melihat begitu jelas rupanya akibat terhalang oleh sahabat-sahabatnya prilly.

Mata legamnya yang tersembunyi di balik kaca mata hitamnya semakin menatap nyalang kala laki-laki itu menggendong prilly memasuki mobil. Jangan lupakan tangannya yang mengepal di dalam saku celana kain bahannya.  Andai tangan itu tak berada di dalam saku celananya,  mungkin kita bisa melihat buku-buku jarinya yang terlihat jelas akibat menahan amarah.

"sial. " ucapnya penuh amarah yang tiba-tiba saja satu tangannya keluar dari saku dan menonjok yembok di sampingnya.  Membuat beberapa perawat yang tengah lewat di sampingnya merasa terkejut.

Masih memendam amarahnya, dan tak memperdulikan punggung tangannya yang memar, ali mulai melangkah keluar dari tempat pengamatannya. Memandang tanpa ekspresi pada mobil yang membawa prilly berlalu dari area rumah sakit. Tak ingin berlama-lama berada di tempat yang menurutnya memuakkan ini, ali pun berjalan ke arah mobilnya.

----------

Prilly nampak menggembungkan pipinya.  Merasa jengkel akan sikap posesif kakaknya. Bagaimana tidak,  dirinya memang baru saja sadar dari komanya.  Akan tetapi ia sudah merasa sembuh.  Akan tetapi kakak tercintanya malah memperlakukan prilly seperti orang cacat saja. Dengan menyuruhnya duduk di atas kursi roda untuk sampai di pelataran rumah sakit.  Ok prilly akui ia suka dengan perhatian sang kakak.  Tapi tidak seperti ini juga.

"kakak. Prilly ini sudah sembuh. Prilly bisa jalan sendiri.  Tidak perlu pakai kursi roda. " ucapnya dengan mengerucutkan bibirnya.

"no princess. Kamu baru aja sembuh. Kamu nggak boleh terlalu capek. Kakak nggak mau terjadi apa-apa sama kamu." tolak arbani pada adiknya.

Prilly hanya mencibir kata-kata kakaknya.  Katakan ia tidak sopan. Tapi,,,,

"tapi kak. "

"ssttt.  Udah.  Turiti aja ucapan kaka." ucap kakaknya final.  Lagi-lagi prilly hanya bisa memberenggut kesal yang malah mengundang tawa dari para sahabatnya.

MY SECRET ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang