Tuan, jika aku boleh memilih maka untukmu ku pilih pergi saja. Ku pilih hilang dan lenyap dari bumi ini agar aku tak melihatmu lagi. Tuan, jika tinggal sama dengan luka dan bertahan sama dengan kecewa lalu untuk apa ku bangun kokoh perasaan yang sudah tinggi menjulang ini.
Untukmu tuan yang telah membuat sebagian hidupku berubah, ku katakan bahwa aku telah mencintaimu sedalam yang ku bisa dan seindah yang kumampu. Namun tuan, bagimu aku hanya kertas usang yang sudah layak dibuang, sedangkan bagiku kau adalah anugrah indah yang harus selalu aku genggam.Teruntuk tuan menawan yang selama ini singgah dalam hatiku, yang namanya selalu ku letakan di baris terdepan doaku untuk Tuhanku, kuceritakan kisah tentangku yang tak mampu melawan waktu, tak mampu menata rindu, tak mampu hilang peduli, dan tak mampu pergi darimu.
Kalau aku boleh memilih aku ingin memilihmu menjadi teman hidup dan menyelesaikan misi kita disemesta bersama sama. Namun, kau bukan untuk dipilih..
Tuanku entah sampai kapan rasaku berujung tumpul dan kembali lagi padaku,namun saat ini aku akan pergi. Belajar menata rindu, dan belajar menerima semesta yang terkadang tak berpihak padaku.Ini bukan akhir dari kisah yang ku ceritakan, ini adalah awal dari kisah berikutnya, entah perpisahan, sekedar pura-pura lupa atau pada akhirnya semesta mengizinkan kita bersama.
-cha-
KAMU SEDANG MEMBACA
DISKUSI WAKTU
Poetry#2-puisi (sampai 6-12-19) #1-diskusi(6-12-19) Mana yang harus kupilih? Pergi atau bertahan dengan harapan yang kubuat sendiri? Sayangnya sampai saat ini aku masih bertahan dengan luka luka yang muncul karena harapan yang tak terbalaskan