Hyein duduk diam di sofa balkon kamarnya, tidak mau keluar kamar sejak dia memutuskan untuk kembali ke Canada bersama lelaki yang berprofesi sebagai Dokter psikiater itu.
Johnny sebagai Adiknya pun tak bisa membujuk wanita itu untuk keluar, dia selalu membawa makan pagi, siang dan malam ke dalam kamar sang Kakak. Dia masih tenang, setidaknya Kakaknya itu masih mau menyentuh makanan yang selalu dia letakkan di meja kerja wanita itu.
Hyein memainkan ujung rok yang dia pakai, dia benar-benar tidak bersemangat. Dia merasa bersalah karena meninggalkan gadis kecilnya di Seoul di saat si kecil ingin bermain dengan dirinya. Dia melipat kedua lengannya di atas lututnya, membiarkan kepalanya bersandar di sana.
Dia benar-benar hampa. Tidak ada tujuan untuk dirinya hidup, tapi dia juga tidak mau menyia-nyiakan kematiannya jika dia ingin mengakhiri hidupnya.
Keinginan untuk berada di samping kedua buah hatinya langsung dia coret karena laki-laki yang ingin dia jadikan Suami tidak menginginkan dirinya menjadi Istrinya.
Mengasingkan diri ke negeri yang tidak pernah di kunjungi oleh saudara dan sahabatnya sangat menguntungkan. Dia bisa bebas dari yang namanya tekanan. Tidak ada yang akan menekan dirinya untuk bertemu dengan laki-laki bermarga Park itu lagi.
Awal bulan April, saat musim semi tiba. Dia akan melangsungkan pertunangan dengan laki-laki bermarga Xi itu. Dia tidak bisa menolak, karena ini adalah keinginannya setelah memutuskan menetap di Canada. Johnny juga tidak bisa menolak, dia bahkan senang. Setidaknya, Hyein tidak akan memikirkan Chanyeol setelah dia memiliki pendamping yang akan menemaninya setiap waktu.
"Sofia?" Panggilan itu membuat Hyein bergumam untuk menjawabnya. "Ayo makan siang." Ajak Johnny yang membuat Hyein menggeleng pelan. "Aku belum lapar, lagi pula aku baru memakan sarapan yang kamu letakan di meja kerja setengah jam yang lalu." Jujur Hyein yang membuat Johnny menghela napas pelan.
"Baiklah, aku akan meletakkan makan siang mu di tempat yang sama, jangan lupa untuk memakannya oke?" Kata Johnny yang dia angguki oleh Hyein. Johnny hanya tersenyum tipis, dia mengelus pelan pucuk kepala sang Kakak. "Aku tidak mau kehilanganmu, Fia." Gumam Johnny sambil tersenyum kecut.
"Aku juga tidak mau meninggalkan kalian." Sahut Hyein tidak kalah pelan, dia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Johnny. Matanya memerah. "Apa kamu sangat mencintai lelaki yang tidak memilihmu itu, eoh?" Tanya Johnny yang seketika membuat Hyein meluruhkan air matanya.
Johnny segera berlutut di hadapan sang Kakak, dan Hyein langsung saja memeluk leher Johnny. Dia menumpahkan kesedihan yang selama ini dia tahan.
"Aku hanya ingin membuat keluarga lengkap yang selalu Eunji impikan.. dia rindu dengan Ayahnya.. dia rindu dengan kedua Adiknya.. dia rindu melihatku memasak untuk Ayahnya.." Ucap Hyein dengan tersendat. Dia menangis sampai cegukan.
"Lantas kenapa kamu tidak kembali mengejarnya? Kenapa kamu malah kembali ke Canada dan mengatakan ingin bertunangan dengan Luhan?" Tanya Johnny dengan pelan, dia mengusap pelan punggung belakang Kakaknya.
"Dia tidak memilihku, dia marah padaku, dia mengatakan bahwa aku mempermainkan dia, dan dia tidak menyukai itu. Dia lebih memilih Dokter itu daripada aku karena Dokter itu pernah membuat si kembar sembuh." Jawab Hyein sambil menyandarkan dahinya di leher Johnny.
"Dokter? Siapa namanya? Biar aku urus Dokter itu." Kata Johnny dengan suara tertahan. "Ti-tidak!" Teriak Hyein, dia segera melepaskan pelukannya. "Ja-jangan lakukan hal itu, atau dia akan semakin membenciku, aku mohon, John." Ujar Hyein memohon, dia menangkup kedua telapak tangannya di hadapan Johnny.
"Beritahu saja namanya, aku tidak akan membunuhnya. Lagipula semenjak kamu tahu pekerjaanku, aku sudah tidak bisa melakukan itu. Aku akan terbayang wajahmu yang menangis jika ingin membunuh orang." Ucap Johnny sambil tersenyum tipis, Hyein hanya mengangguk kecil untuk menanggapi ucapan sang Adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Shall We Reunite? || Chanyeol ✔️
Fanfic[Complate || Revisi] •Sequel of story Heart Attack• Manipulasi. Ya. Statusnya sedang di manipulasi oleh seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya di saat seharusnya dia telah mati. Dia harus mengikuti apa yang di katakan orang itu demi terbebas da...