17. Hunter's Trap

143 22 19
                                    

Chapter 17: Hunter's Trap

Enjoy!

Seo Kwangho sudah diijinkan untuk pulang oleh dokter. Dalam perjalanan menuju kembali ke kediaman besarnya, Kwangho terus berpikir bagaimana cara untuk berbicara dengan temannya, Jongnam. Belum lagi dengan posisi pria itu yang tiba-tiba saja menghilang seperti ditelan bumi.

Nomor telepon Jongnam yang selalu berada di urutan teratas panggilan daruratnya sudah lama tak bisa dihubungi. Niatnya untuk bicara baik-baik menjadi terhalang karena itu.

Kwangho mendesah di kursi penumpang, "Pak, tolong putar arah ke kediaman Kim," perintahnya kepada sang supir. Kwangho sudah bertekad untuk menghampiri pria itu sendiri dengan paksa.

Tetapi, ia harus menelan kecewa ketika mendapati rumah yang tampak kosong dan lengang didepannya. Asistennya menekan bel berulang-ulang, tetapi tidak ada satupun orang yang keluar dari sana. Kwangho mulai merasa putus asa sekarang, bertanya-tanya ada dimanakah sahabat sejak mudanya itu.

.

Kim Jongri melihat Kwangho berada di sana dari kejauhan. Mulutnya tersenyum sinis dibalik masker yang ia gunakan. Jongri membuka masker cepat dan membuang topi dari kepalanya, membiarkan rambut panjang tergerai di belakang punggung.

Senyuman sinis yang tadi ia sematkan diwajah berganti seratus delapan puluh derajat dengan ekspresi sedih yang begitu memilukan. Jongri berjalan menuju Kwangho dan menyapa, "Maaf, anda siapa?"

Kwangho yang sudah siap membalikkan badan untuk pergi dari tempat itu seketika berhenti. Mata rentanya menatap wanita muda didepannya seksama, tanpa menjawab pertanyaan Jongri, Kwangho malah bertanya balik kepada wanita itu, "Kau sendiri siapa?"

"Tuan, bukankah saya yang harus bertanya begitu? Anda siapa berdiri di depan rumah saya dengan begitu mencurigakan?" tanya Jongri pura-pura waspada. Padahal di dalam hatinya, ia sudah tahu identitas pria tua ini.

"Rumahmu?" sahut Kwangho terkejut, "Bukannya ini rumah Kim Jongnam?"

"Anda mengenal ayah saya?"

Nada terkejut yang menyertai pertanyaan itu membuat Kwangho membelalakkan mata. Ia menatap Jongri dari atas ke bawah, "Kau putrinya Jongnam? Kau sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik rupanya."

Jongri tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Namun, ekspresinya tetap datar dan waspada, "Bagaimana anda bisa tahu?"

Melihat betapa waspada wanita muda itu kepada dirinya, Kwangho memberikan sebuah senyum kebapakkan yang menenangkan. "Saya Seo Kwangho, kawan lama ayahmu. Apakah ayahmu di dalam?"

Air mata mengalir dengan mulusnya di pipi Jongri, membuat orang lain dapat dengan mudah tertipu dan menaruh kasihan kepada wajah penuh muslihat seperti miliknya itu, "Paman Kwangho? Kenapa paman baru datang sekarang?"

"Ayah sakit, sekarang hidupnya sudah tidak akan lama lagi."

"Apa?"

Kwangho terkejut bukan main, kekhawatiran merambati hatinya dengan cepat, membuat otaknya tak bisa berpikir jernih dan menurunkan kewaspadaan. "Dimana dia sekarang?"  tanya Kwangho panik.

Jongri hampir tak bisa menjaga ekspresinya karena tawa yang sudah tertahan lama di kerongkongan. Pantas saja ayah dapat dengan mudahnya bermain dengan aset milik pria ini, lihatlah betapa bodohnya dia.

Jongri melanjutkan akting sempurna itu dengan bicara terbata-bata menjelaskan bagaimana ayahnya kolaps, tiba-tiba penyakit lambung yanf sudah lama dideritanya menjadi parah hingga harus dirawat di rumah sakit karenanya.

"Bawa aku kesana, kau boleh naik mobilku," putus Kwangho pada akhirnya. Jongri ikut naik ke dalam dan membawa mobil itu ke arah yang sudah ia rencanakan. Kim Jongri tak pernah tahu kalau akan semudah ini menipu Seo Kwangho.

FATE [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang