21. Guilt

159 28 8
                                    

Chapter 21: Guilt

Enjoy!

Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian menegangkan itu.

Kini, Seo Kwangho sudah kembali lagi ke rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga tercintanya. Berusaha untuk membangun kembali pondasi keluarga yang sudah hilang dan rusak selama dua puluh lima tahun lamanya.

Tetapi, kebahagiaan itu masih sangat semu. Ya, Lee Changsub sampai saat ini masih enggan untuk kembali bersama mereka bertiga. Matanya terus terpejam tanpa ada keinginan untuk terbuka.

Eunkwang sebagai anak tertua dan kakak dari Changsub selalu menyalahkan diri sendiri karena kelalaiannya malam itu. Malam yang menyebabkan adiknya harus menghadapi wanita gila itu sendirian. Kejadian yang membuat Changsub harus terbaring tak berdaya seperti sekarang.

"Changsub-ah, bangun. Kau tak mau cepat berkumpul bersama aku, ayah dan ibu, hah?"

"Mana 'Si Tangan Besi' yang aku kenal itu? Mana?"

"Adikku, bangun."

Tak ada hari yang pernah Eunkwang lalui tanpa menjaga Changsub. Hampir-hampir saja ia memindahkan seluruh kantor Seo Group ke dalam ruang rawat VIP itu. Bagaimana tidak? Kini rumah sakit sudah seperti ruangan serbaguna untuknya.

Rumah, kamar mandi, tempat makan, hingga kamar tidur. Semuanya Eunkwang lakukan di sana. Ia hanya akan pulang beberapa hari sekali untuk menengok keadaan sang ayah dan ibu. Selebihnya? Ia akan berjaga di samping ranjang Changsub.

Katakan saja dia berlebihan, tetapi Eunkwang tidak bisa berhenti. Bukan berarti ia juga tidak lelah. Tanggung jawabnya sebagai kakak, terlebih kembaran Changsub, berhasil membuatnya bertahan.

"Apakah kau sedang bermimpi sekarang, Changsub-ah? Apakah mimpinya indah sampai-sampai kau tidak bersedia bangun?" tanya Eunkwang sambil mengelapi tubuh adiknya telaten.

.

"Permisi, Eunkwang-nim."

"Masuklah," sahut Eunkwang serius ketika salah satu anak buahnya masuk ke dalam ruangan rawat itu dengan membawa berbagai tumpukan dokumen.

"Kau sudah membawa apa yang kuminta kemarin?" ucap Eunkwang sambil melirik kertas-kertas dalam genggaman orang itu.

"Ya, ini sudah saya bawakan. Kemarin, saya meminta tolong kepada sekretaris di KL Corps untuk menyerahkan laporan ini," sahutnya sopan, ia meletakkan tumpukan kertas itu di atas meja, "silahkan anda periksa terlebih dahulu. Saya permisi."

"Terimakasih ya," jawab Eunkwang.

Memang sejak Changsub tak sadarkan diri, Eunkwang menjadi begitu sibuk. Ia berusaha untuk mengambil alih pekerjaan adiknya di KL Corps maupun 'Akademi L'. Rasanya memang melelahkan untuk mengepalai tiga perusahaan besar sekaligus, tetapi Eunkwang ingin memastikan bahwa adiknya akan bangun dengan kondisi perusahaan yang baik. Beruntung karena Seo Kwangho sudah lebih sehat sekarang hingga dapat berpartisipasi dalam kepemimpinan Seo Group kembali.

"Heh, Lee Changsub, dasar adik kualat. Bukannya bangun dan membantuku, kau justru enak-enakan tidur di sana!" ujar Eunkwang bercanda sambil membaca apapun yang berada di hadapannya sekarang.

Ia tampak begitu serius, tetapi tak bisa dipungkiri wajahnya menggambarkan perasaan stres yang teramat sangat. Rambut halus menumbuhi dagu lancip hingga bawah hidung Eunkwang, menandakan berapa lamanya ia tak bercukur dengan pantas.

.

Changmi dan Kwangho datang ke sana setiap tiga hari sekali, dan hari ini adalah salah satunya. Hati Changmi terasa begitu perih. Putra pertamanya hidup bagai zombie, sedangkan si bungsu terbujur kaku di atas kasur.

"Eunkwang-ah," panggil Changmi sambil mengguncangkan tubuh Eunkwang yang teridur di sofa dalam posisi duduk.

Eunkwang membuka matanya perlahan, meresapi cahaya yang begitu silau menyapa indera penglihatannya, "Oh, ibu, ayah, kalian sudah datang."

Eunkwang bangkit dari sana dan mempersilahkan orang tuanya duduk. Ia sendiri segera berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajah.

Kwangho berkata khawatir begitu Eunkwang kembali ke hadapan mereka, "Kwang-ah, kau sudah makan?"

Pertanyaan itu dijawab dengan gelengan kecil. Kwangho menatap putranya, "kalau begitu makan ini," tunjuknya pada tempat makan yang dibawa oleh Changmi. "Itu japchae favoritmu."

Eunkwang menurut, perutnya baru terasa lapar saat itu. Eunkwang duduk di sana dan memakan masakan itu dalam diam.

Di satu sisi, Changmi sudah bangkit dari sofa dan beranjak ke sisi Changsub. Mengambil lap basah yang ada di atas nakas  dan mengusap badan putranya lembut. Tatapannya sendu. Bagaimanapun Changsub adalah anak yang ia besarkan sendiri dan telah bersama dengan dirinya selama ini, jadi hatinya tentu sangatlah sakit.

"Masih belum ada perkembangan jugakah?"

Pertanyaan retorik itu membuat mulut Eunkwang yang sedang mengunyah berhenti. Suasana di dalam sana begitu suram. Kwangho menoleh ke arah sang istri dan Changsub, menatap meteka berdua lama dan merasa sedih karenanya.

"Maafkan aku. Andai dulu aku lebih berpendirian keras dan mencarimu untuk menjelaskan segalanya, Changsub tak akan berada dalam kondisi ini sekarang," ujar Kwangho tiba-tiba. Ia merasa bahwa sudah sepantasnya ia meminta pengampunan atas apa yang ia sebabkan dulu. Keluarga Seo hancur bukan karena Kim, tetapi karena dirinya sendiri.

"Jangan meminta maaf kepadaku. Akulah yang bersalah karena meragukanmu dengan begitu mudahnya," Changmi membalas sambil duduk di samping ranjang rawat. Ia menggenggam tangan putranya yang masih terasa hangat, "Salahku yang sudah memisahkan anak-anak dari saudaranya. Menghancurkan keluarga bahagia yang mereka punya."

Kwangho tertunduk menatap sepatunya yang dipoles hingga mulus, seakan mencari penghiburan dari sana, jikapun ada. Ia menggeleng, "semua adalah salah kita sebagai orang tua yang tidak baik. Eunkwang-ah, maafkan kami ya, Nak."

"Ayah dan ibu tak perlu meminta maaf, tanpa itupun aku dan Changsub sudah tahu. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi," sahut Eunkwang lembut. "Changsub juga pernah berkata kepadaku bahwa ia ingin kembali lagi seperti dulu setelah semua ini berakhir. Tapi lihatlah dia, Yah, Bu, dia malah keasikan tertidur," ujarnya berusaha bercanda. Mencoba mencairkan suasana sedih yang menyelimuti ketiganya.

Changmi tersenyum mendengar candaan Eunkwang, "Sub-ah, kau tidak dengar? Hyung-mu sedang meledekmu, kau tahu?"

.

Padahal kali ini mereka sudah berhasil berkumpul lagi sebagai keluarga dengan anggota empat orang. Tetapi mengapa harus dengan kondisi seperti ini? Mengapa sulit sekali mencapai bahagia itu?

Mau sejauh apakah lagi takdir membawa keluarga mereka? Sejauh apa lagi takdir ingin bermain bersama keempatnya?

.

Namun, pada detik itu, tepat ketika mereka ingin mengeluh kembali akan kekejaman sang takdir, kelopak mata Changsub mulai bergerak terbuka. Pandangannya masih kabur dan ia berusaha keras menyesuaikannya dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam bola matanya.

Tak berapa lama ia akhirnya berhasil melihat siapa yang duduk di samping tempat tidurnya. Tubuhnya terasa kaku dan berat tetapi bibirnya masih dapat bergerak.

"Ibu," panggil Changsub pelan dengan suara parau.

T.B.C

Hanya satu chapter lagi menuju ending. bagaimana menurut kalian sejauh ini?

jangan lupa komen dan vote, ya💙

-changsub's wifey-

FATE [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang