16; scars

566 82 3
                                    


Terdengar ketukan berirama dari sepasang sepatu wanita yang berjalan melewati lorong sepi nan dingin menuju kediaman tak bertuan. Langkah wanita tersebut mengikuti jejak si penuntun yang berjalan lima tiga langkah di depan. Sesekali ia membenarkan rambutnya yang menutupi wajah rupawannya atau mengangkat tas selempangnya lebih tinggi agar tidak melulu melorot.

Ketukan sepatunya terhenti ketika si penuntun juga berhenti. Ia dipersilakan memasuki ruangan yang tidak terdengar gaduh sedikitpun. Hanya suara napas dan coretan pena di kertas dari si penjaga ruangan tersebut.

"Silakan. Saya panggilkan beliau dulu."

Wanita tersebut hanya mengangguk setelah duduk di bangku berhawa dingin itu. Netranya mengeliling mengedar ke seluruh ruangan. Kepalanya mengangguk-angguk memperhatikan setiap detail yang tertera di ruangan tersebut.

"Mau ketemu siapa, Mbak?" tanya si sipir penjaga yang tadi sibuk dengan penanya.

Tidak ada jawaban. Wanita itu hanya melirik sebentar, lalu memalingkan kembali wajahnya. Suaranya enggan keluar sejak enam bulan lalu. Ia hanya tidak ingin kembali menyakiti siapapun yang berbicara dengannya. Sekalipun orang yang baru ia kenal.

"Ohh, kayaknya sih mau ketemu Pak Jinhyuk yang ganteng itu ya? Wajah kalian mirip loh, Mbak. Apa kalian sodaraan?" tuturnya lagi.

Wanita berambut cokelat panjang bergelombang hanya mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya. Rasanya cukup emosional ketika seseorang menyebut nama ayahnya. Entahlah, sudah berapa lama ia tidak mendengar seseorang memanggil ayahnya dengan sebutan yang layak.

"Kok saya gak pernah lihat Mbak jeguk Pak Jinhyuk?"

Chaeyeonㅡwanita itu, hanya tersenyum membalasnya. Ia tidak jengah sama sekali dengan pertanyaan si sipir penjaga itu. Sejujurnya banyak yang ingin disampaikan dan ceritakan, tapi ia membungkamnya.

"Silakan, Pak. Putri anda sudah menunggu."

Mendengar ucapan tersebut, Chaeyeon segera memalingkan tubuhnya menghadap sesosok pria yang selama ini ia rindukan. Matanya terlihat sayu, tulang pipinya terlihat lebih menonjol, dan senyuman itu bukan yang terbaik dari sosok tersebut. Secepat kilat, Chaeyeon merengkuh tubuh sosok tersebut yang memang terlihat lebih lemah dari sebelumnya.

"Papa... kangen..."

Suaranya bergetar seketika setelah memeluk tubuh yang dipanggil Papa. Chaeyeon makin mengeratkan pelukannya sambil menangis membasahi pakaian yang dikenakan Papanya itu. Lee Jinhyuk.

"Papa juga... How's life? Maaf, Papa gak bisa dampingin kamu selama ini."

"Pa, jangan kaya gini. Aku yang perlu minta maaf... Semua salah aku. Kalau aja akuㅡ"

"Ssstt, Papa memang yang harus membayar semua kesalahan-kesalahan ini, sayang. Kamu ... cuma korban dari keegoisan Papa. Maaf..."

Ruangan yang luas namun senyap itu menjadi saksi bagaimana pedihnya kehidupan Chaeyeon selama 5 tahun ini. Rasa bersalah masih memiliki ruang yang besar pada dirinya, juga kehidupannya. Kuliahnya berantakan, keluarganya menolak dirinya, begitupula teman-temannya, semuanya pergi meninggalkan Chaeyeon seorang diri. Beruntungnya ia masih memiliki sahabat kecil di Negeri Paman Sam ketika dulu ia terpaksa mengikuti kepindahan dinas Jinhyuk. Lima tahun berlalu, Chaeyeon kembali menantapkan diri untuk bertemu Jinhyuk dengan segala kemampuan yang ia miliki untuk mengajukan banding atas hukuman yang diterima Papanya.

"It's okay. I'm okay with all of this."

"But I'm totally not, Pa... Aku mau kita sama-sama lagi, ya? Chaeyeon bakal lakuin yang terbaik buat Papa. Just believe me."

[4] Ayah: Parallel ㅡ han seungwoo [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang