14; was a tragedy

645 93 11
                                    


Chaeyeon
Subsub, dimana?

Subin
Kampus. Kenapa?

Chaeyeon
Mau jemput boleh gak? Aku capek banget. Pusing pula

Subin
Kamu kenapa? Ini mau ke parkiran kok. Kamu dimana? Aku ke sana sekarang

Chaeyeon
Nanti aku jelasin kalo udah ketemu

Subin
Share loc, bae

Chaeyeon
/share loc
Take care

Subin
Okay. Kamu juga, sampe aku sampe

Chaeyeon
Iyaaa

ㅡㅡ

Subin mengikuti arahan maps yang Chaeyeon berikan kepadanya 20 menit yang lalu. Ternyata itu alamat dimana mereka menjalin hubungan dan mengakhirinya. Setelah melepas helm kebanggaannga, Subin segera masuk untuk mencari Chaeyeon-nya.

Netranya tidak salah memang kalau untuk perempuan berparas ayu itu. Segera langkah kakinya makin cepat untuk sampai di tempat Chaeyeon berada. Kemudian ia duduk di hadapan Chaeyeon yang masih menangis.

"Chae, kamu kenapa? Siapa yang berani bikin kamu nangis hah? Chaeyeon jawab," ujar Subin yang terdengar khawatir.

Kedua tangannya sibuk mengeratkannya pada tangan Chaeyeon, menguatkan. Dahinya masih mengernyit sampai akhirnya Chaeyeon mengeluarkan suaranya yang parau.

"Papa. Papa yang udah bikin aku nangis," jawab Chaeyeon.

Genggaman Subin pada Chaeyeon terasa mengendur setelah mendengar jawabannya. Subin membatin bahwa Om Jinhyuk adalah sosok ayah yang bisa putrinya banggakan, nyatanya tidak seperti itu. Tapi kenapa?

"Papa minta aku jauhin kamu. Aku gak mau."

"Alasannya?"

Ada jeda cukup lama sebelum Chaeyeon kembali bersuara. Namun kali ini diiringi dengan tangisan cukup menyesakkan, lagi.

"Sebentar lagi ada anak temen papa yang mau melamar, katanya. Tapi aku yakin itu karena urusan bisnis. Klasik banget gak sih? Dan aku paling benci sama alasan klasik gitu-gitu. Makanya aku berani jalin hubungan sama kamu, Bin."

Posisi mereka yang tadinya saling berhadapan, berubah ketika Subin melangkah mendekat pada Chaeyeon untuk memeluknya. Ia tidak tahu harus berucap seperti apa lagi. Apa harus kisah cintanya selalu dibumbui aroma masa lalu kedua orangtuanya dan Chaeyeon?

"Sabar dulu, bae. Aku di sini sama kamu. Bahkan sampe besok pun gak apa-apa, aku udah kabarin Dongpyo kok."

Mendengar penuturan Subin, malah membuat Chaeyeon makin mengeraskan tangisannya. Dadanya masih sesak semenjak keputusan mereka untuk berpisah, dan hari ini ditambah dengan keadaan yang sama sekali tidak pernah Chaeyeon bayangkan.

"Papa kamu kemana?" tanya Subin.

"Di kantor. Tadi aku cuma ditelepon."

"Ah, soal bodyguard kamu itu ...," ujar Subin ragu-ragu ketika kembali pada posisi duduknya.

Chaeyeon tertunduk cukup malu. Kata papanya, Chaeyeon butuh bodyguard untuk mengawasi gerak-geriknya dan kalau-kalau Subin ada di dekatnya. Untungnya Chaeyeon dengan segala cara meluluhkan hati para bodyguard nya untuk mengawasinya dari jauh dan tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Mereka gak ada di deket sini kok. Tenang aja."

"Ck, orang dewasa emang gak pernah pengertian ya. Pasti selalu aja anak polos kaya kita yang jadi korbannya," kata Subin.

"Sebel banget gak sih. Aku muak banget liat orang dewasa, apalagi papa selalu sok benar padahal belum tentu dan gak mau dengerin pendapat yang lebih muda," keluh Chaeyeon lalu mengusap air mata yang tadi membasahi pipinya.

Subin tertawa ringan. Ia teringat ayahnya yang juga orang dewasa. Tidak semua memang, hanya beberapa orang dewasa yang menjadi menyebalkan.

Ponsel Chaeyeon berdering cukup kerasa ketika itu juga. Tertera nama papanya di layar ponsel. Ia sungguh tidak ingin mengangkatnya. Tapi karena hati kecilnya berkata lain dan dorongan Subin, akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Kenapa?" ucap Chaeyeon ketus.

"Ngㅡngga kok, aku sendirian aja, Pa. Kenapa sih Chaeyeon gak bisa bebas buat hidup? Chaeyeon capek, Pa," lanjutnya.

"Ha? Subin? Astaga, Papa! Gak usah jadi nyebelin bisa gak sih? Chaeyeon bukan anak kecil lagi yang kebahagiannya kudu ditentuin sama orangtuanya. Chaeyeon punya caranya sendiri, Pa. Papa ngerti gak sih?!"

"Gak! Chaeyeon gak mau pulang!"

"Gak ada Subin, Pa. Chaeyeon sendirian. Pak Lee Jinhyuk, bisa gak ngertiin anaknya sedikit aja?"

"Pa? Papa?! Papa Jinhyuk? Ish, kok mati sih."

Kurang lebih 25 detik kemudian, datang tiga orang berperawakan tinggi dan besar juga mengenakan jas berwarna hitam menghampiri mereka berdua dan hendak membawa paksa Chaeyeon. Tentu saja Subin tidak membolehkannya.

"Subin, tolongin akuuu!! Aku gak mau kaya gini, Bin. Tolong..."

Suara minta tolong berkali-kali dari Chaeyeon tidak dapat Subin kabulkan. Salah satu dari tiga orang tadi menahannya untuk tetap tinggal. Bahkan sampai memukulinya hingga memar pada wajah dan mungkin perutnya.

Dengan sekuat tenaga yang Subin masih miliki, ia berusaha mengejar mobil yang membawa Chaeyeon pergi. Penglihatannya samar-samar karena kepalanya tadi terbentur meja cukup kerasa ketika berusaha melawan pria tadi. Subin terus melajukan motornya sampai dimana ia belum pernah sama sekali mengendarai motornya secepat ini.

Puncaknya ketika Subin mendengar bunyi nging cukup lama dan netranya benar-benar buram pun ia merasakan ada cairan berwarna merah keluar dari hidungnya. Subin hampir kehilangan fokusㅡ

SSRAAAAAKK! BRAAAAK! JDAAAG! DUUUG!

ㅡsudah kehilangan fokus sampai ia tidak mengetahui kalau perempatan itu seharusnya ia berhenti karena lampu merah. Sebuah truk pengangkut barang menyeruduknya hingga ia terseret lalu terpental dan kepalanya lagi-lagi terbenturㅡmembentur pembatas jalan. Pandangannya perlahan kabur, lalu menghitam dan hilang.

Subin merasa dirinya berada dalam keadaan sangat nyaman. Ia merasa tubuhnya lebih ringan seperti kapas yang berterbangan. Tubuhnya tidak merasa lelah sama sekali.

"...ini dimana? Ayah, Dongpyo, kalian dimana? Kok di sini sepi...?












THE HAN

ㅡㅡ

Yeaaayy kita ketemu lagiiiii~

gimana? paham gak kenapa subin bisa di rumah sakit? dan berita yang seungwoo baca tentang Lee Corps itu adalah....

simpulkan sendiriiii hahahaa

semoga masih enjoy yaaa bacanyaa. Thank youuu💙💙💙

[4] Ayah: Parallel ㅡ han seungwoo [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang