Satu

24 3 1
                                    

Setelah enam bulan ia menghilang, aku pun saat ini berusaha untuk melupakannya. Entahlah, aku tidah tahu. Apa aku dan dia sudah tak lagi menjalin hubungan seperti dulu? Apa dia sudah mendapatkan sosok perempuan pengganti diriku?

Tokk ... Tokk ... Tokk !!!

Terdengar suara ketukan pintu rumahku, pertanda ada seseorang yang datang ke rumah. Suster yang merawatku pun datang membukakan pintu dan terlihatlah orang yang dibalik pintu tersebut.

Aku terkejut setelah melihat seseorang itu, ternyata dia adalah kekasihku. Yang tiba-tiba pergi meninggalkanku tanpa pamit sedikit pun kepadaku.

Ia menghampiriku dan berlutut dihadapanku yang duduk diatas kursi roda. "Lily, maaf aku telah pergi meninggalkanmu tanpa memberikan kabar sedikit pun untukmu. Aku adalah kekasih yang bodoh! Tidak bisa selalu ada didekatmu."

Aku meneteskan airmataku perlahan. "Kamu kemana saja? Kenapa kamu pergi disaat aku membutuhkanmu? Kamu anggap apa aku ini? Kamu tidak suka melihatku lumpuh seperti ini, iya?" Tanyaku bertubi-tubi, hatiku sudah sangat sakit.

"Maafkan aku, Ly..."
"Kamu ini kenapa, sih? Ada apa sama kamu, De?"

Tak ada jawaban apapun dari Deo, ia hanya terdiam dan menunduk sambil memegang erat kedua tanganku.

"DEO, JAWAB PERTANYAANKU !" Bentakku lalu menatapnya tajam.

"Aku sudah ada perempuan lain yang lebih dari kamu." Jawabnya setengah berbisik.

"Apa kamu sudah gila? Tujuh tahun kita bersama-sama, lalu kamu menghilang begitu saja tanpa memberiku kabar terus sekarang kamu kembali dengan tujuan mematahkan hatiku yang lebih sakit dari kepergianmu?" Tanyaku dengan penuh kebencian.

"Kamu ini lelaki macam apa, De? Kamu tega nyakitin perasaanku semudah ini?" Lanjut ku yang masih tidak puas mendengarkan pengakuan Deo.

"Maafkan aku sekali lagi, Ly!"

"Apa maaf? Kamu kira kata maaf bisa merubah semua perasaanku ke kamu dengan secepat kilat?" Kali ini aku lebih murka kepada Deo.

"Lily, aku sudah berkali-kali minta maaf kepadamu! Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Ucapnya tajam yang berhasil menusuk jantungku.

Aku membekap mulutku tidak percaya, Deo benar-benar ingin meninggalkanku sendiri.

"PERGI KAMU DARI SINI. AKU TIDAK MAU LAGI BERTEMU DENGANMU !" Teriakku dengan menangis histeris.

Susterku yang berada disampingku pun ikut terkejut melihatku yang menangis histeris. Ia pun menyuruh Deo keluar dari rumah untuk tidak menggangguku sementara waktu.

'Maafkan aku, Lily. Aku tidak mau melihatmu sakit hati lebih dari ini.'

————

Setelah insiden Deo datang kerumah untuk menemuiku dengan semua pengakuannya, aku mengurungkan diri saat ini, kalimat-kalimatnya masih terngiang-ngiang diotakku dan telingaku.

Aku tidak tahu sudah berapa banyak airmata yang ku keluarkan hanya untuk menangisinya. Jika aku berada di dunia ini seorang diri, mungkin akulah orang yang paling menyedihkan.

Aku tidak mau menemui orang-orang yang berada diluar sana. Aku hanya ingin sendiri bersama rasa sepiku. Yang ku perbolehkan masuk hanyalah perawatku, suster Alena, namanya. Asisten dokter muda yang mau merawatku dengan senang hati.

Sedangkan, kedua orangtuaku sangat gila akan pekerjaannya, hingga melupakan anak semata wayangnya ini yang lebih membutuhkan semangat dan dukungan darinya.

Rain And Traces Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang