"Aku gak setuju kamu menerima tawaran film ini!"
"Aku memberitahumu bukan untuk meminta pendapatmu."
"Sasuke!"
"Sakura film ini karya Masashi Kishimoto. Kamu tahu sendiri semua aktor berlomba untuk dipanggil dengannya. Kesempatan itu ada di depanku sekarang, dan sangat gila kalau aku membuang kesempatan emas ini. Ini cita-citaku dari dulu. Kamu tau itu kan?!" Ucap Sasuke kesal.
Sakura memalingkan wajahnya tak mau menerima penjelasan Sasuke, ia menatap hamparan bunga diluar jendela yang terlihat buram karena tertutup genangan air matanya. "Kamu juga tau alasanku melarang mu." lirih Sakura.
"Aku tidak tau." jawab Sasuke cepat.
"Sasu, please..."
"But, why?"
"Lawan main mu Hinata!"
"Memang kenapa kalau dia?!"
Sakura menatap Sasuke dengan tatapan marah dan terluka. Tangannya terkepal kuat dibalik meja, ia mencoba menahan air mata yang sudah di ujung pelupuk mata dengan sekuat tenaga.
"Kamu makin kesini makin mengekang aku tau gak! Aku sesak aku juga butuh bernapas! Aku tau kamu kekasihku tapi aku juga butuh ruang pribadi, aku butuh privasi! Ini hidupku jadi aku yang akan menentukan apa yang harus kulakukan. Kamu gak berhak ikut campur!"
Air mata Sakura langsung jatuh tak menyangka mendengar ucapan tajam Sasuke yang demikian.
"Maaf-" Sakura menghapus kasar air mata yang menggantung di pipinya. "-maaf kalau selama ini aku mengganggumu." Sakura tersenyum miris lalu pergi dari kafe itu meninggalkan Sasuke.
Tak ada panggilan, Sasuke membiarkan Sakura pergi begitu saja tanpa mau repot-repot mengejarnya atau membujuknya.
Tanpa disadari Sakura, Sasuke sedari tadi memandang sendu kepergian Sakura.
"Sialan!" Makinya entah ditujukan pada siapa.
Sesampainya di dalam mobil, Sakura kembali menumpahkan air matanya. Disana ia bisa teriak sekuat tenaga melepaskan kesakitan hatinya.
Semenjak perdebatan sebulan yang lalu. Sakura dan Sasuke tidak pernah lagi berkomunikasi, baik secara langsung maupun via telepon. Keduanya sama-sama saling menghindar.
Sakura yang sibuk dengan pasiennya sementara Sasuke sibuk dengan film barunya. Ya, akhirnya Sasuke memutuskan untuk bergabung dengan proyek film itu. Hal itu pula yang menjadi salah satu penyebab hubungan mereka semakin renggang.
-11 Januari 2019-
Tepat pukul dua belas malam Sasuke datang ke apartemen Sakura. Tanpa membawa kue atau kado seperti biasanya. Sakura sedikit sedih melihat itu namun ia tetap mempersilakan Sasuke masuk ke dalam apartemennya.
"Ada apa?" Sakura melihat Sasuke yang tampak gelisah dalam duduknya.
"A-aku, aku bingung mau mulai bicara dari mana." Sasuke berbicara dengan gugup.
"Langsung ke inti saja kalau begitu."
Sasuke berfikir sejenak untuk merangkai kata yang tepat. "Hn, intinya itu aku sudah tidak nyaman dengan hubungan kita yang seperti ini."
Sakura mengernyit bingung "Maksudmu?"
"Kita gak bisa begini terus. Kita butuh ruang untuk sendiri."
Sakura memejamkan mata sejenak mencerna kata-kata Sasuke. "Kamu, mau kita putus?"
Sasuke mengangguk pelan. "Tapi aku ingin kita putus baik-baik. Tidak ada amarah dan dendam, jadi kita bisa tetap berteman."
"Oh, baiklah kalau begitu." Sakura tidak bereaksi apa-apa, tidak ada air mata, tidak ada teriakan atau drama lain sebagainya. Rasanya hampa, hatinya kosong.
Sebenarnya Sakura sudah pernah memprediksi hal ini akan terjadi hingga ia tidak terlalu terkejut ketika hal ini benar-benar terjadi. Namun tetap saja rasa sakit itu ada.
"Sekarang kita teman kan, Saki?"
Sakura tersenyum kecut mendengar panggilan itu. "Iya, kita teman."
Setelah Sasuke pamit pulang Sakura kembali masuk ke kamarnya. Ia duduk di pinggir ranjang sambil mengamati seluruh dinding kamarnya yang penuh dengan foto dirinya dan Sasuke. Sakura tidak menangis, ia hanya tersenyum perih mengingat kenangan yang tersimpan dibalik setiap foto.
"Semudah itu kau mengucapkan kata putus, Sasu." Sakura tersenyum miris.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Berakhir di Januari
Short StoryBagaimana perasaanmu, ketika kekasihmu merasa bosan dengan hubungan kalian yang sudah berjalan selama sepuluh tahun? Lebih parahnya lagi tiba-tiba kekasihmu jatuh cinta dengan adik tirimu sendiri? Kalau ingin tahu perasaanku, silakan baca ceritaku i...