"Eh jeng sekarang tinggal dimana, kok enggak pernah kabar-kabar kalo udah kembali?"
"Daerah Puri Indah, iya sibuk ngurus kepindahan baru sempet sekarang. Gimana kabar Mas Roy sama Karin?" sahut Mia, Mama Reivan sambil menggunting daun-daun menguning di rumahnya.
"Baik jeng, gimana kabarnya Reivan? Sekolah dimana sekarang?"
"Reivan sekarang di SMA IBU LUHUR, mau nerusin kuliahnya disini tahun depan. Jeng 2 minggu lagi saya sama Mas Irfan mau ada syukuran nanti dateng ya."
"Karin masih 1 tahun lagi, iya nanti saya usahakan sama Mas Roy datang."
Xxxxxxxxxx
Sudah sebulan anak sekolahan masuk dan kembali ke rutinitas biasanya, yups BELAJAR. Enggak ada yang lebih penting lagi dari tugas anak selain belajar. Karin, Tari, dan Poppy kembali satu kelas lagi. Takdir or ikatan persahabatan yang kuat memang membuat selalu bersama, kini mereka berada di kelas XI IPS-4 dan Rangga naik menjadi kelas XII IPS-1.
Namun ternyata takdir juga berpihak kepada Nita dan Edward. Mereka kembali satu kelas lagi dengan Karin. Tak habis pikir, mereka masih saja terus bertengkar setiap harinya. Mungkin ini menjadi salah satu cara melepas rasa kangen mereka setelah berpisah beberapa minggu. Dan kini ada satu spesies lagi yang melingkupi kehidupan kelas XI-nya sekarang. Spesies yang tidak diharapkan Karin. Bukannya tidak diharapkan, namun sama sekali tidak diharapkan.
"Sam, tahajud lo ternyata berhasil. Sekarang lo sekelas sama Karin. Bener-bener salut gue sama lo," seru salah seorang temannya, Amir. Dengan gaya sok tepuk tangan menandakan kemenangan akan memihak kepada Sammy, cowok yang enggak pernah diharapkan Karin.
"Iye bro, langkah gue mendapatkan adinda Karin tinggal sedikit," celetuknya dengan kepercayaan tinggi tingkat maksimum. Dengan gaya favorit, jari telunjuknya menyangga dagu.
"Rin ada yang nyariin lo," teriak Tari setelah mengembalikan sapu di belakang. Terlihat jelas wajah Tari seakan menahan tawa sekeras mungkin. Teriakannya sungguh terdengar jelas, semua mata anak XI IPS 4 menatap Tari.
"Siapa?" Karin dan Poppy yang duduk di depan menengok ke arah Tari. Mulut Karin masih dipenuhi keripik kentang yang dibawa Poppy dari rumahnya.
Dagu Tari mengarah ke gerombolan cowok yang menamai mereka "Cowok Cowok Kangen". Filosofi dari mereka, arti kata kangen itu sendiri adalah tanpa mereka semua akan kangen kepadanya. Tanpa mereka, semua orang akan ngilu hatinya kalo enggak bertemu mereka. Karena mereka si cowok penebar hawa happy. Aneh?!? Memang. Tari melirik ke arah Sammy. Sammy yang menyadari mata Karin kini bertemu dengan Sammy, sigap merapikan kerahnya lebih keatas dan matanya terus berkedip seperti kemasukan debu. Dan tak lupa senyum pepsodentnya terus dilontarkan.
Sudah menjadi reflek dari seluruh anak sekolah di Indonesia, jika ada salah satu yang menggoda maka akan ada seruan "Cieeee.....cieeeee...", "Cihuyyyy", "Sikatttttt Hajarrrrrr", "Jadian sana" dan masih banyak seruan lainnya. Tanpa sadar Karin bergidik dan satu alisnya mengangkat sebelah. Hanya gelak tawa yang terdengar dari suara Poppy yang sadar Karin menjadi pusat perhatian. Bukannya Karin il-feel sama Sammy, namun Karin risih dengan gaya sok kepedeannya dan satu lagi yang menjadi masalahnya dan juga anak satu kelas. Parfumnya itu strong, dan aromanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahu Karin. "Rin, ada yang manggil lo. Dia di depan," ucap Devi, partner sponsornya dulu yang sekarang menjadi teman sekelas.
Dilihatnya Rangga di depan pintu kelas. Karin masih duduk di tempat duduk seolah berbicara tanpa bersuara dan menggunakan bahasa isyarat. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Datang,., [END]
Teen FictionKarena Cinta Bukan Obsesi "Tapi kan gue masih punya Reivan." ucapannya terlontar begitu saja. "Lo masih belum punya ikatan, plis deh. Dia cuman cinta bayangan lo. Lo emang cinta, tapi si Reivan?" FIRST LOVE??!? Mungkin banyak orang sudah merasakan a...