I'M IN LOVE

62 17 20
                                    

Mama Karin tahu akan jadwal anaknya pulang terlambat, jadi setiap hari Rabu dan Sabtu selalu mebuat bekal lebih untuk Karin. Bagi Karin, Mamanya orang yang super duper cerewet. Suka ngatur ini itu, sering ngomelin Karin, tetapi Mamanya selalu tak tertinggal membuatkan bekal untuk sang anak. Karena Karin menderita maag, dan apalagi kalau Mamanya lupa membawakan bekal pasti Karin sangat malas hanya untuk sekedar membeli makanan. Sehingga Mamanya selalu tahu jadwal Karin, agar tak melupakan membuat bekal.

"Karin, ini Mama bawain bekal lebih ya. Kamu ada jadwal rapat kan hari ini?" teriak Melati yang mengoleskan selai coklat hazelnut ke beberapa roti tawar.

Karin mulai menuruni anak tangga menuju meja makan bersama Papanya, "Iya Ma. Mang Udin kapan baliknya Ma?"

"Katanya, kira-kira Mang Udin bisa kerja lagi dua mingguan. Kamu bisa kan naik taksi sementara waktu ini. Nanti uang saku kamu Papa tambahin," sahut Roy yang asyik sarapan makanan favoritnya, nasi goreng.

Setelah mendengar ucapan Papanya, Karin mulai bergumam, "Kenapa sih minggu-minggu ini kok pada enggak bisa semua nemenin Karin." Karin duduk disebelah Papanya mengambil telor dan nasi goreng.

Sahut mamanya, "Nanti Mama sama Papa mau jenguk Istri Mang Udin, mungkin 11 malam baru nyampe rumah. Kamu nanti jangan keluyuran ya, jaga rumah."

"Imbalannya donggg," Karin mengadah tangannya ke arah Papanya dengan nada dan gaya sok manja.

Papanya mengeluarkan selembar 100 ribuan yang akan diberikan Karin, "Ini, tapi ingat jangan jaga lupa rumah," Roy kembali melanjutkan makannya.

Salah satu makanan terenak yang bisa membuat Roy jatuh cinta dengan Melati adalah nasi goreng teri medannya. Karena dulu waktu jaman kuliah, bekal Roy dan Melati tertukar saat di perpustakaan. Lewat masakan nasi goreng teri medan lah yang bisa menyatukan mereka dan muncul sesosok gadis periang, smart, dan manjanya enggak ketulungan seperti Mamanya.

"Siap Pak booss." Karin langsung mencium pipi Papanya cukup lama membuat Roy tertawa melihat tingkah laku anaknya.

Tiba tiba Melati mencubit kecil lengan Karin yang mungil karena tingkahnya yang sangat manja, "Dasar ya anak nakal."

Xxxxxxxxxx

Tiiiing toong tiiiinggg tonggg ting tong ting tongggggg....... Tingg.. Ting.. Ting

Keunikan tersendiri bagi SMA BAKTI MULIA karena jam yang digunakan terhitung jam lawas. Model jam yang digukanan adalah jam tahun 70'an. Modelnya seperti jam kotak dari kayu jati yang kokoh besar dengan ciri khas setiap jamnya berdenting sebanyak jam berapa yang sedang ditunjukkan. Bagi para siswa hal yang paling menjengkelkan ketika berada jam 12, karena dentingannya berdenting selama 12 kali. Padahal jam 12 adalah surganya para murid-murid, surga tidur di siang bolong. Siapa sih yang betah mendengarkan di waktu terik matahari di titik maksimal? apalagi kalo udah didongegin, siap-siap tergeletak pulas. Banyak yang tertanggu dan ada yang protes juga. Namun Kepala Sekolah tetap saja tidak menghiraukannya.

Dentingnya bergerak tiga kali , jam 3 menunjukkan waktunya pulang untuk semua siswa. Namun khusus panitia lomba basket dan cheerleaders diperbolehkan pulang jam 16.30 wib.

"Selamat sore semuanya.... disini saya akan menjelaskan denah ruangan dan sistem peraturan yang akan digunakan dalam lomba kedepan. Pertama mengenai denah ruangan, parkiran atas akan digunakan sebagai stand-stand yang disewakan untuk berjualan makanan dan minuman. Jadi untuk semua motor akan dialihkan ke parkiran bawah dengan penjaga parkiran bawah adalah Bambang dan Tora," Ketua divisi koordinasi lapangan menjelaskan berbagai denah dan system.

Dan saat ini, Karin yang bergantian menjelaskan berbagai macam informasi mengenai tentang sponsor. Sebelum Karin akan berdiri tepat di depan whiteboard, kedua bola matanya sempat melirik Rangga yang sedang asyik berdiskusi dengan Ricko, Ketua koordinasi lapangan. Karin tahu, mungkin hanya dirinya yang merasakan perilaku aneh Rangga saat itu. Sadar pikirannya tiba-tiba terfokus kepada Rangga, Karin mengenyahkan semua pikiran itu dan berjalan dengan tegap menuju whiteboard tanpa melirik kembali Wakil Koordinasi lapangan itu. Tanpa sadar, Rangga sebenarnya tahu bahwa Karin sempat melirik kearahnya. Hanya dia tak ingin mengacaukan semua pikiran Karin jika dia membalas pandangannya tadi. Rangga hanya ingin yang terbaik bagi Karin.

Dia Datang,., [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang