Senin pagi Hiro sudah siap dengan seragam putih-abu. Laki-laki itu mulai melajukan vespa maticnya menuju rumah seseorang. Hal ini runtin dilakukannya sejak tiga bulan ke belakang. Beberapa menit setelah berkendara, ia sudah sampai di tempat tujuan.
Hiro
Saya sudah sampai
Mba saya udah sesuai titik ya
Ditunggu
Mala
Mas cancel aja, saya nggak sekolah hari ini. lagi ada jerawat
Hiro berdecak, ia memutuskan untuk mengalihkannya pada panggilan suara.
“Cepet keluar, aku udah di depan rumah kamu,” kata Hiro tanpa basa-basi.
Panggilan suara itu tiba-tiba dialihkan menjadi panggilan video.
Kini layar gawai Hiro dipenuhi oleh wajah seorang gadis cantik dan selalu cantik di matanya.
“Tuh liat Ro, aku ada jerawatnya. Udah ah besok aja sekolahnya.” Gadis itu mengarahkan kamera gawainya pada bentol di pipi yang sebentar lagi akan menjadi jerawat bernanah.
“Itu kamu udah pake seragam kan?” tanya Hiro. “Mal? Sekolah dong biar pinter, nanti aku temenin treatment deh.”
“Ada masker nggak?”
“Ada. Udah deh buruan ntar aku kesiangan, tau sendiri ‘kan sekolah aku peraturannya lebih ketat dari sekolah kamu.”
“Nggak perlu dikasih tau, udah tau. Sekolah kamu mantan calon sekolah aku juga, tapi daripada peraturannya kayaknya lebih ketat baju cewek di sana deh.” Mala mencibir.
Tak berapa lama, gadis tadi yang bernama Mala keluar dari dalam rumah sudah membawa helm, menggendong tas dan memakai sepatu membuat Hiro bernapas lega.
“Loh ini motor siapa? Aki mana?” Mala mengernyitkan keningnya.
“Motor aku lah.”
Aki yang dimaksud Mala adalah motor jenis KLX yang biasa kendarai Hiro. Namun beberapa hari yang lalu, gadis itu pernah protes karena tangannya tak sengaja memegang knalpot juga menyulitkannya yang tak mampu naik karena motor tersebut sangat tinggi dan berbanding terbalik dengan Mala yang memiliki tinggi badan rata-rata.
“Vespa banget ya?”
“Yoi. Bagus nggak? Kasih nama siapa ya Mal, kira-kira?”
“Siapa ya?” Hiro tidak tahu apakah gadisnya sedang berpikir atau pura-pura berpikir agar terlihat pintar.
“Papa aja kali ya?”
“Nggak sekalian Mama aja?”
“Ya kan yang lama namanya Aki soalnya Kawasaki, terus ini Papa soalnya Vespa.”
“Boleh deh, pulang sekolah aku jemput ya kita ke KUA.”
“Ngapain?”
“Bikin akte kelahiran buat Papa.”
“Bikin akte kelahiran kan di Disdukcapil, kok di KUA sih?”
“Kan kalau sama kamu maunya bawa ke KUA aja. Niatnya ke sekolah eh nyampenya di KUA."
“Ro, tadi kamu ngomong apa? Nggak kedengeran ini berisik banget terus tadi ngomongnya kecepetan.”
“Serius?” tanya Hiro. Yang ditanya pun mengangguk, semoga saja Hiro melihatnya dari kaca spion. Bukannya bohong, tapi memang benar, Mala kurang jelas mendengarkan apa yang Hiro katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIROSHIMA
Teen FictionMala tidak seberuntung Hiro juga saudara-saudaranya yang lain. Mereka dapat melanjutkan pendidikan kemanapun yang Mala mau, sedangkan Mala tidak. Dan menjadi anak dari istri kedua adalah hal yang membuat Mala selalu ditolak mentah-mentah oleh keluar...