Hiro menepati janjinya. Menjadikan Yasa sebagai kambing kali ini, tentunya agar Mala dibelikan oleh-oleh.
Awan sudah pulang dari Korea kemarin. Hari ini rencananya Mala mengajak Naher untuk bertemu dengan Yasa di salah satu mal dekat sekolah mereka -Yasa satu sekolah dengan Hiro-.
Mala dan Naher sudah memesan menu terlebih dahulu, tak lupa Mala juga membelikan minuman kesukaan Yasa di kedai ini.
Beberapa menit kemudian, Yasa datang dari arah pintu kaca, Mala segera berdiri dan melambaikan tangannya.
"Hai!"
"Hai! Lama nggak ketemu, kenalin Naher. Temen gue," kata Mala mengenalkan Naher.
"Naher."
"Yasa," katanya semringah. Gadis itu tersenyum sehingga matanya menjadi segaris. Sangat terlihat blasteran Jepang seperti kakaknya padahal mereka hanya numpang lahir saja di sana.
"Nih, gue bawain skincare. Lo nggak bilang mau apa sama gue, ya gue minta skincare ajalah, mana gue nggak tau juga jenis kulit lo apa."
"Thanks ya!"
"Sip! Gue nggak tau Mala bakal bawa temen ke sini, minta sheetmask aja sana, gue kasih dia banyak," kata Yasa pada Naher.
"Nggak pa-pa, lagian gue cuma nemenin dia, katanya mau ketemu adik ipar."
Yasa tersenyum sangat menggemaskan, ia menyesap frapuccino-nya lalu berbisik, "Gue kasih lo sheetmask pencerah paling hits di Jepang yang ampuh banget itu loh btw, eh ternyata lo udah glowing."
"Nggak ah, biasa aja. Tetep kalah sih kalau dibandingin Suhay Salim."
"Eh ini minuman lo yang bayar?"
Mala menggangguk saat ditanya Yasa.
"Berapa?""Delapan puluh juta, udahlah nggak usah. Kayak sama siapa aja," ujar Mala.
"Oh iya lupa, lo kan kakak ipar gue," Yasa tersenyum lagi, namun kali ini sangat menyebalkan bagi Mala. Ingatkan ia untuk melempar Naher ke Arab karena berani-beraninya sudah membocorkan perihal adik ipar, "nanti deh gue bilang ke Kak Hiro buat ganti sama pabrik-pabriknya."
"Siap, jangan lupa. Bilangin gue mau se-Indonesia!"
"Semua cabang di dunia kayaknya Kak Hiro kasih buat lo deh," kata Yasa.
"Bucin, bucin." Naher ikut menimpali.
"Mohon maaf, Yas, jomet dia mah." Mala menyatukan kedua telapak tangannya dan meletakkan di depan dada.
"Jomet? Apaan jomet?" Yasa yang baru mendengar kata itupun kebingungan.
"Jomblo culametan, pacar orang juga ntar di leg-leg sama dia mah."
Naher mulai geram dan tak lama, perempuan itupun menoyor kepala Mala.
"Nggak sopan, njir!" Naher hanya meleletkan lidahnya.
"Abis ini mau kemana lagi?" tanya Mala pada Yasa.
"Ini mau pulang, mau jemput Shaka dulu di daycare kasian dia."
"Oh oke-oke."
Yasa meraih totte bag-nya sebelum beranjak diikuti Mala dan Naher.
"Hati-hati ya, makasih nih oleh-olehnya jadi ngerepotin lo."
"Enggak kok, makasih juga ya. Dahh duluan," kata Yasa lalu menatap Naher, "duluan, Her."
"Balik nggak?"
"Makan dulu lah, laper euy!" Naher mengusap-usap perutnya yang keroncongan.
"Ya udah makan dulu," kata Mala. "Eh supermarket dulu yuk, gue mau beli bahan buat bikin Mentai Rice."

KAMU SEDANG MEMBACA
HIROSHIMA
Teen FictionMala tidak seberuntung Hiro juga saudara-saudaranya yang lain. Mereka dapat melanjutkan pendidikan kemanapun yang Mala mau, sedangkan Mala tidak. Dan menjadi anak dari istri kedua adalah hal yang membuat Mala selalu ditolak mentah-mentah oleh keluar...