Suara alarm di ponselku sudah berkali-kali berbunyi, tapi aku tak bergeming sedikitpun dari posisi tidurku di dalam selimut. Aku sudah sadar, tapi enggan untuk beranjak bangun.
Braak!
"Ya! Sari-ya! Apa kau akan terus tidur? Ini sudah jam berapa, kau bisa terlambat kuliah." teriak ibuku melihatku masih dalam posisi tidurku.
"Kalau terlambat, aku tidak usah kuliah saja." jawabku masih tidak bergerak sedikitpun dari posisiku.
"Apa? Tidak tidak. Bangun sekarang, bangun!" teriaknya lagi kini sambil menarikku paksa dan mendorongku ke kamar mandi.
"Aaaah eomma, aku masih mengantuk." rengekku ketika berhasil diseret ke kamar mandi.
"Mengantuk? Siapa yang menyuruhmu pulang larut malam hah? Hanya kau anak perempuan dirumah ini, tapi kau juga yang paling susah diatur. Mandi sekarang atau aku yang akan memandikanmu!" ancamnya kemudian membanting pintu kamar mandi.
Aku mendengus kesal, tapi tetap menggerakkan badanku untuk mandi. Beginilah keadaan sehari-hari dirumah kami, ibu selalu berteriak-teriak membangunkanku dan menyeretku ke kamar mandi jika aku tidak mau bangun juga.
Setelah beberapa lama dikamar mandi, aku mulai bersiap-siap untuk ke kampus. Aku menggunakan hoodie ku yang kegedean, celana jins yang juga kegedean. Walaupun ibu selalu mengomel jika melihatku memakai ini, tapi aku tidak peduli. Aku memakai apa yang menurutku nyaman.
"Ahhh! Kenapa sih aku tidak boleh memotong saja rambut ini! Ribet banget rambut panjang gini, mana kusut lagi!" keluhku sambil menyisir rambutku dengan paksa.
Tok tok tok
"Sari-ya, kau sudah siap? Ayo turun dan sarapan." panggil Minhyun.
Aku berjalan menuju pintu kamarku, dan membukanya. "Ayo."
Minhyun menahan tanganku, "Kau akan pergi dengan penampilan seperti ini?"
Aku mengangguk cuek. "Eung, wae?"
"Yayaya, eomma bisa mengamuk jika kau berantakan seperti ini. Lalu mana jilbabmu?"
Aku menghela napas kasar, namum tidak menjawabnya. Hanya menatapnya kesal.
"Ayo masuk, biar aku sisirkan rambutmu." katanya dengan sabar.
Aku balik masuk kedalam kamarku dan menuju meja riasku, kemudian duduk di depan cermin rias. Minhyun mengambil sisir yang masih menyangkut dirambutku dan mulai menyisirnya dengan lembut.
"Kenapa kau tidak menyisir rambutmu dengan benar?" tanya.
"Kusut." jawabku singkat.
"Tapi tidak akan kusut jika kau menyisirnya perlahan."
"Kelamaan."
Minhyun menghela napas mendengar jawabanku, dalam waktu singkat rambutku sudah rapi dan juga sudah diikatnya kencang menjadi sebuah sanggul.
"Nah sekarang sudah rapi."
"Hmmm." aku menjawab dengan dengungan.
Aku mengambil tas dan ponselku kemudian turun ke bawah.
"Ya Jihoon-ah, kenapa lo gak banguin gue?" kataku sambil meninju bahu adikku Jihoon.
Jihoon meringis saat bahunya ku tinju, "Eomma melarangnya."
"Kau bukan membangunkannya, kau hanya akan kembali tidur dikamarnya." kata ibu tapi aku mengabaikannya.
"Kesekolah bareng gue aja ya." kataku lagi pada Jihoon.
Sebelum Jihoon sempat menjawab, ibu sudah memotongnya. "Tidak, Jihoon dan Daehwi akan diantar Jisung. Kau akan berangkat ke kampus dengan Minhyun."
Aku mendelik kesal kearahnya, "Eomma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
FanfictionAku terus berlari darimu, tapi kau tidak pernah berhenti mencariku. Apakah kau akan berhenti kemudian aku akan menyesal nantinya? Atau kau akan tetap setia mencariku dan aku mulai bisa menerimamu?