4

6 1 0
                                    

"Sungwoon-ah." panggil paman Baekhyun.

"Iya paman." jawabku.

"Sini." lambainya menyuruh mendekat.

"Gue kesana dulu ya." kataku pada Minhyun dan Seongwu yang sedang asik dengan tugas mereka.

Mereka berdua hanya mengangguk.

"Ada apa paman?" tanyaku dan duduk di sampingnya.

"Tidak ada, hanya ingin mengobrol denganmu. Daripada kau hanya bengong disana melihat mereka." katanya ramah.

Aku tersenyum malu.

"Apa kau mempunyai adik?"

"Punya paman."

"Siapa namanya?"

"Jaehwan." jawabku sopan.

"Kapan kapan ajak dia main kesini, paman ingin bertemu dengannya juga. Oh iya kenapa dia tidak ikut kemarin?"

"Jaehwan ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan paman."

Tiba-tiba Sari masuk kedalam rumah diikuti oleh Woojin dan Daniel yang pamit untuk pulang.

"Paman, bibi, kami pamit pulang dulu ya." kata Daniel mewakili.

"Loh kok sudah mau pulang? Tinggallah sedikit lebih lama dan makan malam bersama kami." kata paman Baek.

"Iya, makan malam lah dulu baru pulang. Bibi sudah memasak banyak hari ini." timpal bibi Suzy.

"Terima kasih banyak bibi, tapi maaf kami harus pamit sekarang karna ada keperluan." tolak Daniel sopan.

"Baiklah kalau kalian memang ada keperluan. Tapi lain kali jika kalian menolaknya, bibi tidak akan mengizinkan kalian main kesini lagi." ancamnya bercanda.

"Tenang bi, lain kali kami akan mengosongkan perut dan mengisi penuh dengan makanan bibi." jawab Woojin.

"Yasudah kalian hati-hati dijalan, jangan ngebut." ucap paman mengingatkan.

"Siap komandan." jawab keduanya kompak sambil memberikan hormat.

Setelah mengantar kedua temannya ke pintu depan, Sari yang tidak berminat bergabung dengan kami dan berjalan menuju kamarnya.

"Sari-ya, kau mau kemana?" tanya paman Baek.

"Ke kamar appa." jawabnya.

"Sini duduk dan temani Sungwoon."

Sari menatapku tak senang, "Kan dia temannya Minhyun, kenapa aku yang disuruh menemaninya."

"Tapi kalian kan berada di kelas yang sama, jadi bukankah itu artinya dia temanmu juga?" Sari tidak bisa menjawabnya dan duduk disamping ayahnya dengan wajah cemberut.

"Sungwoon-ah, lihatlah putriku. Bukankah dia sangat menggemaskan jika sedang cemberut seperti ini?" goda paman Baek.

Mendengar ayahnya berkata begitu, Sari semakin menekuk wajahnya.

"Oh iya appa baru ingat, bukankah ini sudah waktunya kau update dan melakukan pemeriksaan?"

Sari menepuk jidatnya dan meringis malu, "Maaf appa aku lupa, aku akan melakukannya sekarang."

Setelah mengatakan hal itu, dia membuka laptop yang masih dibawanya dan mulai melakukan pekerjaannya. Wajahnya yang sangat serius membuatku semakin terpesona.

"Kau menyukai putriku Sungwoon-ah?" tanya paman Baek tiba-tiba dan sukses membuyarkan lamunanku.

"Ti..tidak paman." jawabku gugup.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang