15

3 0 0
                                    

Aku memutuskan untuk tidak kuliah hari ini. Kondisiku baik baik saja dan sakitku tidak parah, hanya saja aku tidak bergairah melakukan apa pun hari ini.

"Eomma, aku ke kantor imo sebentar mengambil tas ku yang ketinggalan." kataku memberitahu.

"Kau mau kesana? Tapi kau masih lemas, biar Minhyun saja yang mengambilnya nanti." kata ibu dari dapur.

"Aku baik-baik saja eomma, aku hanya akan mengambil tas lalu pulang. Aku akan mengemudi dengan pelan dan hati hati." janjiku.

"Baiklah, segera pulang setelah mengambil tasmu." kata ibu akhirnya.

Aku mengangguk, kemudian berjalan ke garasi dan menuju mobilku. Sebenarnya ini hanya alasanku saja untuk melihat keadaan Sungwoon, toh di dalam tas ku tidak ada yang penting selain dompet dan ponsel.

"Mina-ya, dimana imo?" tanyaku ramah pada salah satu perawat magang di rumah sakit.

"Sari-ya, kau disini? Tidak kuliah?" tanyanya bingung.

Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak, dimana imo?" tanyaku lagi.

"Di kantornya, kau mau kesana?" tanya Mina.

"Tidak, aku mau keruangan Sungwoon. Dia ada diruangannya kan?"

Mina mengangguk, "Ada, disana juga ada..."

Aku memotong perkataan Mina, "Oke aku akan keruangannya dulu, terima kasih Mina-ya."

"Ya ya, Sari-ya. Aku belum menyelesaikan perkataanku." teriaknya tertahan.

Aku hanya melambaikan tanganku dan terus berjalan.

Tok tok tok.

Aku mengetuk pintu ruangan dimana Sungwoon dirawat, tidak seperti kemarin saat aku masuk keruangan ini dengan cara membuka pintu secara kasar.

Tapi walaupun sudah mengetuk pintu secara sopan, aku membuka pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban terlebih dahulu. Sama saja tidak sopan ya? Hehehe.

"Oh Sari-ya, kau mau menjenguk Sungwoonie?" sapa bibi Wendy begitu melihatku.

Aku tersenyum gugup dan mengangguk ragu-ragu.

"Ah iya imo." kataku gugup.

"Sini sini nak, mendekatlah." katanya memanggilku mendekat.

Aku mendekat perlahan dengan ragu-ragu.

"Imo, aku...aku..." kataku ragu-ragu.

"Sari-ya, tidak apa-apa. Ini bukan salahmu." katanya lembut seakan tau apa yang akan aku katakan.

"Benar Sari-ya, ini bukan salahmu. Sungwoon juga pasti akan melakukan hal yang sama walaupun saat itu bukan kau yang berada disana, kau tidak perlu merasa bersalah Sari-ya." timpal paman Chanyeol.

"Tapi karna menyelamatkanku, Sungwoon jadi terluka." kataku dengan suara bergetar, oh sial nafasku mulai sesak.

"Sari-ya dengarkan aku, ini bukan salahmu. Kau tidak ada hubungannya dengan luka yang kudapat, aku yang akan merasa sangat bersalah jika saat itu aku tidak menolongmu." kata Sungwoon lembut.

"Benarkah?" tanyaku memastikan.

Sungwoon mengangguk, "Tentu saja. Dan juga aku tidak terluka parah, aku bahkan sudah bisa pulang saat ini juga."

Ahh mataku mulai berkaca-kaca, dan juga napasku semakin sesak. Sebaiknya aku keluar sekarang daripada membuat mereka repot jika sampai asma ku kambuh.

"Terima kasih Sungwoon-ah, dan maafkan aku imo, samchon. Aku pamit dulu." kataku dan berbalik tanpa menunggu jawaban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang