3

5 1 0
                                    

Aku menghentak-hentakkan kaki ku saat masuk kedalam rumah, dibelakang ibu ku masih belum berhenti mengomel sejak diperjalanan pulang.

"Ya! Apa kau tidak mendengarkan perkataanku." bentaknya frustasi.

"Aaa wae? Aku mendengarnya sepanjang jalan." kataku berbalik menghadapnya.

"Apa kau tidak bisa bersikap sopan? Setidaknya sopanlah dihadapan orang lain, kau mempermalukan ayahmu didepan sahabatnya sendiri." ulangnya lagu untuk kesekian kalinya.

Aku mengalihkan pandanganku pada ayah, "Apakah ayah malu dengan sikapku?"

Ayah hanya menatapku dan menghela napas, jelas saja dia kecewa. Telihat jelas dari wajahnya walau dia tidak mengungkapkannya.

"Ternyata ayah sama saja dengan mereka." kataku sinis.

"Sari-ya tidak seperti itu." kata ayah namun dia tidak meneruskan kalimatnya.

"Kau berhentilah membela dan memanjakannya, karna perlakuanmu dia menjadi semaunya sendiri dan tidak menghormati orangtuanya sedikit pun." ucap ibu menatapku tajam.

"Aku bahkan tidak tau darimana sifat ini diwariskan, bahkan ayahmu tidak memiliki satu pun sifat yang ada didirimu." tambahnya.

"Ah mungkin dari gen hewan seperti kata Minhyun, bahkan dia menyuruh sahabatnya untuk menjinakkanku." kataku tajam dan dingin.

Plak

Satu tamparan keras mendarat dengan telak diwajahku, rasanya panas begitu pula dengan mataku yang mulai memanas.

"Eomma." kata Minhyun dan Daehwi, bersamaan dengan ayah yang juga memanggilnya "Sayang."

"Kau sungguh sudah keterlaluan kali ini." katanya geram.

Aku menegakkan kembali kepalaku dan menatapnya tajam. "Bahkan sepertinya aku bukan anak kandungmu."

Seusai berkata begitu, tanpa menghiraukan panggilan mereka aku segera berjalan menuju kamarku dan menghempaskan dengan kuat pintu kamarku.

Begitu dikamar aku melepaskan hills yang ku kenakan dan melemparnya secara asal dengan kuat, bahkan sepertinya salah satunya mengenai cermin riasku. Kemudian aku menghempaskan tubuhku ke kasur, menutupi seluruh tubuhku dengan selimut dan mulai terisak tertahan.

Tak berapa lama terdengar pintu kamarku diketuk dari luar.

Tok tok tok.

"Sari-ya, kau sudah tidur? Bolehkah aku masuk?" tanya Minhyun dari luar kamarku.

Aku tidak menjawabnya, bergeming pun tidak. Saat dia masuk ke kamarku, aku menutup rapat mulutku agar dia tak mendengar isak tangisku.

Bisa kudengar helaan napasnya begitu memasuki kamarku, dan bisa kurasakan juga dia kemudian duduk di ujung ranjangku.

"Sari-ya, maafkan aku." katanya tanpa niat aku untuk menjawabnya.

"Maaf karena aku sudah melukai hatimu dengan mengatakan hal seperti itu, seharusnya aku tidak mengatakannya." katanya lagi.

"Aku tidak akan membela diriku, karena aku tau bahwa ini memanglah kesalahanku. Aku terima jika kau semakin membenciku karna hal ini, tapi aku mohon padamu satu hal." dia menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang