13

2 0 0
                                    

Sari mulai memainkan piano dan mengiringi musik di awalnya, begitu dia mulai bernyanyi dia beranjak dari sana dan berdiri bersamaku di tengah panggung.


Rasa gugup yang menyerangku tadi sirna entah kemana saat mendengar suaranya, dan secara ajaib aku mengingat lagu ini dengan sangat jelas.

Tiba giliranku untuk bernyanyi, aku mengambil napas sebelum mulai bernyanyi. Aku akan menampilkan yang terbaik dan tentu saja tidak ingin Sari kecewa dengan penampilanku.

Entah perasaanku saja atau gimana, tapi aku rasa harmoni kami sangat cocok. Dan tentu saja aku sangat senang bisa bernyanyi bersamanya.

Kami mengakhiri penampilan kami tanpa membuat kesalahan sedikit pun. Tidak ada yang bersuara dan bereaksi begitu penampilan kami selesai. Namun entah darimana satu persatu mulai bertepuk tangan dan bersorak sorai dengan semangat dan antusias.

Aku tersenyum puas dan memandang Sari, sama sepertiku dia tersenyum puas. Senyum tulus yang baru kali ini kulihat.

Saat sedang memandang senyum Sari yang tulus itu, aku tak sengaja melihat kearah belakang panggung tepat diarah aku memandang Sari.

Disana aku melihat Anna yang mendesak Jessica untuk melakukan sesuatu, jelas Jessica seperti menolak walau Anna terus mendesaknya. Namun entah apa yang dikatakan Anna, hingga akhirnya Jessica melakukan apa yang disuruh Anna.

Aku menyipitkan mata untuk melihat apa yang dikeluarkan Jessica dari dalam sakunya. Pisau lipat? Untuk apa dia membawa bawa benda itu? Pertanyaanku terjawab saat Jessica mulai berusaha memotong seutas tali yang menahan lampu gantung yabg menghiasi atas panggung.

Sontak aku melihat keatas panggung, dan benar seperti yang kuduga. Lampu gantung tepat diatas panggung bergoyang goyang karena diujung sana dipotong. Aku kembali melihat kearah belakang panggung. Dan seperti tidak sabar dengan yang dilakukan Jeasica, Anna dengan kasar mendorong Jessica dan melepaskan tali yang sedari tadi di potong Jessica.

"Sari-ya awas!" teriakku dan mendorongnya secara spontan.

Aku dan Sari terlempar tak jauh dari posisi kami berdiri tadi. Namun karena tidak memprediksikan keadaan sekitar, kepalaku terantuk pengeras suara yang ada di panggung.

Seketika kepalaku sangat sakit dan pandanganku berputar.

"Sungwoon-ah, lo gak apa-apa?" tanya Sari panik dan meletakkan kepalaku di pangkuannya.

"Lo gak apa-apa Sari-ya?" tanyaku lemah.

"Gue gak apa-apa, khawatirkan saja diri lo sendiri sekarang. Minhyun-ah cepat panggil ambulance!" teriaknya panik.

"Woojin-ah, Daniel-ah, angkat dia keruang kesehatan sekarang." perintahnya dengan nada sangat panik.

"Sungwoon-ah lo baik-baik saja? Lo bisa dengar gue? Sungwoon-ah? Sungwoon-ah?" panggilnya makin panik.

Aku ingin sekali menjawabnya, namun aku tidak punya tenaga lagi untuk menjawab. Dan seketika pandanganku menggelap dan kesadaranku menghilang.

.
.
.

Aku tidak bisa berfikir jernih saat ini, tidak saat melihat Sungwoon terluka karena menyelamatkanku.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang