Love part 1

632 12 0
                                    

Sore yang cerah setelah seharian di guyur hujan. Kulihat toko toko sedang sibuk merapihkan dagangan mereka. Sebagian ada yang membersihkan air yang masuk ke toko, sebagian ada juga yang sedang mengepel lantai.

Aku sendiri duduk terpaku di kursi. Hari ini cukup sepi karena hujan. Jarang ada pengunjung yang datang. Ada beberapa dari mereka yang masih sibuk membaca. Seakan tak ingat waktu sudah senja.

"Mbak mau pinjam buku ini" ucap seorang pelajar dengan buku di tangannya.

"Sebentar ya, emmm kartu anggota kamu?" Tanyaku dengan ramah. Ia memberikan kartu anggotanya. "Okay, take your time and enjoy your book" ucapku kemudian. Gadis itu tersenyum dan mengangguk.

Aku kembali duduk. Kali ini aku mengambil majalah yang terletak di meja. Masih baru dan hangat, beritanya maksudku hehe. Perlahan ku buka dan ku baca tiap lembar isinya.

Pengusaha muda dan sukses. Hemmm kira kira udah punya pacar belum ya? Kubaca setiap kalimat dengan teliti. Barang kali kami berjodoh hehe.

'Sedang mencari pasangan hidup yang mau menerima apa adanya' hehehe. Cewek mana yang nggak mau nrima cowok sukses kaya kamu. Lagian kalau ad terus nggak selevel pasti di tolak.

"Hayoo. Ngegosip lagi bukanya kerja" ucap Erly yang tiba tiba muncul.

"Ssstt, masih ada pengunjung tuh" ucapku.

"Hehe maaf" ia lanhsung duduk di sampingku. "Artikel apaan sih?"

"Kok sendiri, Natha  mana? " tanyaku heran karena biasanya mereka berdua bareng.

"Bentar lagi juga nongol" jawab Erly tanpa beralih dari majalah di depanya. "Wah, keren ya. Masih muda ganteng sukses pula. Ri gimana kalau kamu daftar jadi istrinya kan lumayan"

"Lumayan? Emang aku mau lamar kerja?"

"Hehe, kerja meraih masa depan hehe "

Hampir saja kujitak kepala Erly, tapi urung karena tiba tiba Natha datang dwngan berlari dari luar. Ia langsung menuju Erly dan marah marah.

"Apa maksud kamu coba ninggalin aku, aku udah selesein kerjaan aku. Dan tiba tiba kamu pergi gitu aja ninggalin aku...aku...."

"Sssttt" aku dan Erly bebarengan.

Natha langsung diam. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. "Sorry" ucapnya pelan. "Lagian sih, kamu ninggalin. Mana tadi aku kaya orang bego lagi nyariin kamu" lanjutnya masih dengan suara pelan.

"Maaf deh maaf, lagian kamu udah di sini sekarang" ucap Erly sambil ber hehe ria.

Natha dan Erly adalah sahabatku. Kami bersama sudah sangat lama. Bisa di bilang teman selama hidup hehe. Meski pun kami sering bersama, menghabiskan waktu bertiga. Tapi kami memiliki kisah yang berbeda. Apalagi soal cinta.

Erly dan Natha memiliki pacar, sedangkan aku sudah lama menjomblo. Tapi nggak papa aku adalah jomblo bahagia karena memiliki teman yanh selalu setia menemani kapan pun di butuhkan.

Beberapa kali mereka menawariku teman kerja mereka. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada di antara mereka yang cocok dengan ku. Bukan berarti sombong, tapi karena jalan pikiran berbeda jadi kalau ngomong nggak pernah nyambung.

Diyo berjalan mendekat ke meja di depanku. Dia adalah pelajar yang menjadi langganan di perpus ini. Jadi aku sudah hafal denganya. Apa lagi dia paling betah duduk berjam jam hanya untuk membaca atau mengerjakan tugas sekolahnya.

"Mbak mau pinjem ini deh, belum selesai bacanya" ucapnya sambil menyerahkan buku dan kartu anggotanya.

"Kamu sering banget kesini" ucap Natha.

"Iya, mbk abisnya klo di perpus sekolah nggak bisa fokus bacanya" jawab Diyo.

"Ciee, nggak fokus kenapa? Pasti ada gebetan ya?" Ucap Erly sekenanya. Membuat wajah Diyo bersemu merah.

"Er, nggak usah iseng deh" ucapku karena tak tega melihat Diyo. "Okay, makasih ya. Enjoy your book"

"Makasih juga mbak" ucapnya sambil berjalan keluar.

"Kalau kamu mau solusi cinta kesini aja kita siap bantu" teriak Natha.

"Hehe, iya mbk" jawab Diyo malu.

Ada ada aja nih Natha. Emang ini tempat apaan. Aku beranjak menuju lantai dua. Sebelum pulang aku harus menemui manager lebih dahulu.

Ku biarkan Erly dan Natha sibuk dengan majalah di depan mereka. Aku naik melewati tangga. Ku lihat Bu Indah masih sibuk dengan komputernya.

"Bu Indah?" Panggilku pelan.

"Ah, Riri udah mau pulang?"

"Iya bu,"

"Ya udah hati hati. Makasih buat hari ini"

"Iya bu sama sama, saya pulang dulu bu. Assalamualaikum"

"Walaikum salam"

Aku berbalik menuruni tangga. Erly dan Natha sudah menunggu tepat di bawah tangga.

"Why?"

"Aku pengen nasi goreng pak Karim" ucap Natha.

"Mau kan?" Ucap Natha.

"Why not, udah lama juga nggak kesana"

Mereka langsung tersenyum cerah. Warung pak Karim memang memiliki kenangan tersendiri. Kami langganan di sana ketika SMA. Tempat makan, nongkrong dan ngecengin cowok. Tapi tempat itu ada kenangan sedih tentang ku. Tempat itu dimana cinta pertama ku berakhir. Makanya Erly dan Natha sangat hati hati ketika mereka mengajakku kesana.

Kami keluar dari perpustakaan. Kami memutuskan jalan kaki. Karena tempatnya nggak begitu jauh dari perpus tempat ku bekerja.

**--**

Kemunculan kami langsung di sambut dengan ceria oleh pak Karim. Beliau selalu ramah seperti biasanya. Yang berbeda kini ada seorang cowok yang membantu pak Karim. Ketika kami iseng tanya. Ternyata dia suami dari Hana, putri pak Karim. Kami sampai melongo mendengarnya. Karena Hana lebih muda dari kami. Alhasil aku yang jadi sasaran. Erly dan Natha menatapku.

"Kenapa lagi?" Tanyaku. Kesal juga kalau masalah gini pasti aku yang kena. Mentang mentang aku jomblo.

"Hana aja udah nikah, masa pacar aja kamu belum" ucap Natha dengan sadisnya.

"Eh tengok kalian, pacar ada tapi nikah aja belum. Ntar deh kalau aku dapet nggak perlu pacaran langsung nikah" jawabku dengan percaya diri.

"Bener ya, inget loh. Ketemu langsung nikah nggak perlu pacaran" ucap Natha. Aku mengangguk pasti. Entah apa yang membuatku percaya diri. Mungkin karena aku sudah cukup dewasa dan siap untuk menikah. Hanya saja yang diajak menikah belum ada.

"Lho kalian belum nikah?" Tanya pak Karim ketika sampai di meja kami dengan tiga piring nasi goreng. Kami hanya menggeleng. "Saya kira nggak main kesini karena sibuk sama suami. Jadi masih sibuk kerja?" Lanjutnya.

"Iya pak" jawab kami berbarengan.

"Nggak papa mumpung masih muda" ucapnya lagi sambil tersenyum.

Pak Karim bilang kami bertiga masih muda. Tapi anaknya yang lebih muda dari kami malah sudah menikah.

Kami bertiga hanya tersenyum kecut. Aku yakin suatu hari nanti hri yang indah itu akan tiba.

**-**

The story still in process, wait a while okay. I will share next part soon. ^^

♡♡Tiga sahabat mencari cinta♡♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang