Love part 6

127 6 2
                                    

Seperti yang di katakan Fikri bosnya benar benar datang ke perpus untuk bicara dengan Bu Indah. Dan Fikri melakukan berbagai macam cara agar aku yang di kirim kesana. Entah apa rencana sebenarnya.

Sekilas aku melihat bosnya seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi aku nggak nggak ingat dimana.

"Terima kasih atas kerja sama nya bu Indah," ucap Ilham bos Fikri.

"Sama sama, saya dengan senang hati jika bisa membantu, apa lagi yang berhubungan dengan buku" mereka berdua bersalaman. Tanda persetujuan kerja sama. Tak lama mereka pamit untuk pergi.

Fikri menoleh padaku dan mengerlingkan mata. Eissh apa maksudnya dia. Ya, karena orang paling beruntung itu dia. Lha aku?

Aku hanya menatapnya penuh tanda tanya. Apa maksud kerlinganya itu seakan dia merencanakan sesuatu.

Ilham bos Fikri menoleh padaku dan tersenyum. Subhanallah senyum itu.

"Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan anda" ucapnya secara formal.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku menundukkan kepala. Entah kenapa detak jantungku berdebar begitu cepat. Ah mungkin hanya perasaanku saja. Aku cuma bisa berdoa semoga semua bisa lancar.

Ilham dan Fikri pun meninggalkan perpusatakaan. Bu Indah meengantar mereka hingga depan perpus. Beliau kembali masuk.

"Riri, kamu ke atas ya. Saya mau bicara soal projek pak Ilham "

"Iya bu"

Ninis yang saat itu sedang menyusun buk .menoleh padaku. Perlahan ia berjalan mendekat.

"Ri, lumayan tuh. Bos nya ganteng haha" ucapnya

"Eissh, aku mau kerja bukan mau flirting, lagian dia kan bukan barang, main bilang lumayan. Emang barang diskonan "

"Nggk papa barang diskon klo kualitas kaya gitu mah jarang ada haha"

"Eh, mulai"

"Nggak papa lah kali aja jodoh, lagian kamu tuh udah pantas nikah"

"Iya, iya bu. Yang baru jadi newlyweds "

aku berlalu dari hadapan Ninis yang masih cekikikan di belakang ku. Memang Ninis lebih muda dari ku setahun, tapi dia sudah dulu menikah. Wallahualam. Hanya Allah yang tahu kapan waktu terbaik akku bertemu jodohku nanti.

**--**

Masih seperti biasa aku, Erly dan Natha. Kami bertiga makan malam di sebuah kafe tak jauh dari rumah Natha. Meskipun Natha masih terlihat melipat muka namun ia selalu tersenyum di depan kami. Memang nggk mudah dengan posisinya saat ini. Seakan hubunganya saat ini sedang di gantung.

" Ri, kamu gimana. TAdi udah ketemu sama bosnya Fikri?" Tanya Erly.

"Iya mereka tadi siang dateng ke perpus"

"Gimana ganteng nggak?"

"Lumayan sih"

"Eissh lumayan dia bilang, Tha kamu mau tahu nggak bos Fikri kaya apa" tanya Erly, Natha menoleh padanya. Erly mengambil selembar foto dari tasnya. Dan menaruhnya di depan NAtha. "Yang tengah itu bosnya, single ganteng pula" ucapnya.

"Waaaah, Riri. Kaya gini kamu bilang lumayan? Ini mah A+" ucap Natha seketika membuat orang sekitar menoleh ke meja kami.

" hehe tuh kan, Ri kalo dia aku bisa jamin baik hati, rajin solat dan patuh sama orang tua, kata Fikri dia lebih sering habisin waktu di kantor. Dan nggak pernah ia deket sama cewek klo bukan muhrim"

"Tapi Er, bukanya kamu sendiri yang bilang orang ganteng itu pasti ada sesuatu" ucap Natha yang terlihat semangat.

"Kata Fikri dia itu beda, sama staff kantornya palagi yang cwek nggk pernah ia salaman. Dan kalo pun dia punya cewek pasti langsung nikah. Fikri aja sering di tegur karena sering telponan sama aku hehe"

"Makanya tuh kalian cepet nikah" ledeku.

"InshaAllah, kita juga lagi cari modalnya kok" jawab Erly dengan tersenyum. "Eh Ri, nggk papa gih. Kli aja jodoh, ini kan kamu banget. Cocok langsung deh nikah nggak perlu pacaran"

"Udah deh aku nggak mau ngomong masalah cowok lagi ya, baru kemarin kalian bilang aku jodoh sama Damar"

"Sorry "

Mereka berdua menatapku penuh tanda maaf. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan acara makan ku yang sempat tertunda.

"Ah, Ri aku tuh nyium bau nggak enak sama Fikri" ucap Erly tiba tiba.

"Nggak enak? Apaan? Bau keringet?" Celetuk Natha.

"Eisssh bukan itu, kayanya dia tahu sesuatu deh soal Irfan" ucapnya, Natha yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya pun berhenti.

"Maksud kamu?" Tanyaku mewakili Natha.

"Kali aja dia ada memghubungi Irfan, jadi kamu pasang telinga aja"

"Eh? "

"Ri, please" kini giliran Natha memohon.

"Ri, lihat deh kamu nggk kasian apa sama temen kita yang satu ini. Di gantungin tanpa kepastian. Ini udah hampir sebulan tahu"

"Bener juga sih, tapi gimana ya. Masa aku suruh nguping kan dosa"

"Ri aku nggak tahu lagi mau minta tolong sama siapa, please cuma kamu harapan aku" ucap Natha kembali memohon.

Ini nih kalo udah gini aku nggak bisa berbuat apa apa.

"Ok, i will try but im not sure if can find out something, but i will try my best"

"Makasih, " ucap Natha.

Kulihat senyumnya kini lebih cerah tidak di buat buat. Aku berharap bisa membantu. Karena aku nggak mau melihat Natha terus terusan murung menanti kepastian.

**--***--**

♡♡Tiga sahabat mencari cinta♡♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang