love part 4

119 5 0
                                    

Hujan masih mengguyur kota. Aku duduk bermalasan di balik meja kasir. Masih da beberapa pelajar yang serius dengan buku di depan mereka.

Sudah satu minggu berlalu semenjak aku bertemu dengan Damar. Cowok yang aku temui di bus. Dan sudah beberapa kali ia mengajak ku makan siang. Yups tidak terkecuali hari ini. Ia mengajakku makan dan ngobrol. Aku akui dia orangnya asyik di ajak ngobrol dn cepat nyambung. Yang membuatku heran sampai sekarang dan selalu aku tanyakan pada Natha pertanyaan yang sama. Masa cowok kayak dia belum punya pacar? Tapi jawaban Natha sama. Dia lagi cari calon istri.

Pintu perpus terbuka. Natha berjalan masuk dengan malas menuju ke arah ku. Ia tidak terlihat semangat seperti biasanya.

"Kenapa?" Tanyaku setelah ia duduk di sampingku. Ia hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. "Erly mana?"

"Dia masih ada kerjaan katanya bakal pulang lambat, jadi dia nyuruh aku pulang dulu" jawabnya.

"Owh"

Satu persatu pelajar yang tadi membaca pun keluar. Ada beberapa yang meminjam. Salah satu di antara mereka seorang cowok. Terlihat masih muda. Mungkin seumuraan dengan ku atau malah lebih tua. Ia meminjam buku tentang design. Mungkin dia mahasiswa. Ucapku dalam hati. Pemuda itu tersenyum dan aku balas senyumnya.

"Keren juga tuh cowok" ucap Natha setelah cowok itu keluar.

"Huss!" Tapi ia hanya manyun.

Aku menutup tirai jendela perpus, kemudian berjalan ke atas untuk minta ijin bu Indah karena sudah waktunya aku pulang.

"Yuk, jalan"

Natha ngkut di belakang ku tanpa berkata apapun. Dia cukup diam hari ini yang membuatku nggak nyaman.

Ketika aku hendak naik bus ia menarik jaketku.

"Aku nginep rumah kamu boleh?" Tanyanya. Kulihat ada sesuatu yang ingin ia ceritakan padaku. Aku mengangguk. Ia tersenyum dan langsung naik bis bersama ku.

Sepanjang jalan Natha hanya diam. Aku juga tidak ingin bertanya macam2 ku biarkan dia bermain dengan pikiranya. Natha yang selalu ceria, tidak biasanya ia diam seperti ini. Padahal beberapa hari ini ia selalu bertanya tentang Damar.

"Assalamualaikum" ucapku ketika kami sampai di rumah.

"Walaikum salam" ibuku menjawab sambil berjalan ke arah kami "eh, sama Natha? Gimana kabar kamu, udah lama nggak kesini"

"Kabar Natha baik bu, ibu sendiri?" Ucap Natha.

"Baik juga, kebetulan ibu baru selesai masak, ayo sekalian. Natha mau nginep kan?" Tanya ibuku.

"Iya bu, malam ini Natha nginep" jawabku.

Natha tersenyum padaku. Kami mengikuti ibu ke ruang makan. Bapak juga sudah disana. Beliau menyapa ku dan Natha. Aku Natha dan Erly. Ketika kami sedang bareng. Kami seperti saudara. Orang tua kami menganggap kami semua anak mereka. Tidak terkecuali. Jadi kami selalu merasa nyaman ketika menginap.

**--**

Aku membawa dua cangkir teh ke kamar. Kulihat Natha masih saja diam. Ia sedang asyik dengan laptopnya. Padahal besok hari sabtu yang artinya nggak ada kerja.

Aku menaruh satu cangkir di dekat Natha. Ia menoleh dan tersenyum. Aku duduk di sebelahnya. Baru saja aku ingin buka laptopku, tiba tiba Natha memelukku dan menangis. Aduh kenapa nih anak. Dari tadi diem. Kok sekarang malah nangis.

Aku mengangkat wajahnya. Senyum itu hilang. Aku baru sadar semenjak tadi Natha hanya berpura pura. Natha kembali memelukku. Ia menangis aku bisa merasakan basah air mata di pundakku.

"Ri, kenapasih dia nggak ngabarin aku?"ucapnya "udah mau dua minggu aku nggak dengar kabar dari Irfan, aku nggak tahu lagi harus apa" sambungnya sambil terus menangis.

"Tha, mungkin aja dia lagi sibuk"

"Meski pun sibuk biasanya dia tetep bales sms aku kok. Tapi sekarang boro boro. Aku capek Ri capek"

Aku mengusap punggung Natha, mencoba menenangkanya. Ia terus saja bercerita tentang apa yang ia rasakan saat ini. Aku bisa paham, mereka sudah lama berhubungan. Mereka selalu memberi kabar satu sama lain. Tidak heran jika Natha seperti ini ketika Irfan tidak memberi kabar padanya.

**--**

Malam ini Erly menyusul ke rumah ku. Setelah aku bercerita tentang keadaan Natha ia langsung berinisiatif untuk datang.

Natha sudah lebih dulu tidur. Ia terlihat capek. Aku duduk di ruang keluarga bersama Erly. Kami berdua nonton tv di temani gorengan, yang kebetulan tadi ibu buat.

"Kamu udah coba telpon Irfan nggak?" Tanya Erly.

"Udah, cuma ya itu. Nggak di angkat. Padahal ini kan weekend"

"Masa sih? Aduh, kenapa sih tuh Irfan. Harusnya dia nggak boleh ngilang tiba tiba kayak gini"

"Makanya, aku juga heran. Eh Fikri dekat sama Irfan kan. Coba deh kamu tanya dia"

"Bener juga, bentar ya"

Erly menelpon Fikri, ia menanyakan tentang Irfan. Tapi sepertinya ia juga tidak tahu. Benar saja Erly menggeleng pasrah.

"Kita harus apa?" Tanya Erly, aku hanya terdiam. Karena memang tidak ada yang bisa kita lakuin. Apalagi Irfan di luar kota. "Ah, gimana kamu sama Damar?"

"Damar?" Erly mengangguk "entahlah, kemarin dia ngingkapin perasaanya ke aku"

"Udah? Cepet amat?"

"Well, ya dia cuma bilang pengen lebih deket gitu sih sama aku"

"Trus kamu jawab apa?"

"Aku belum bilang apa apa, lagian aku belum yakin aja dia orangnya. Lagipula aku dan dia kan baru kenal"

"Bener juga sih, tp kalau emang dia serius kenapa nggak hehe"

"Well, ya besok aku janji ketemu dia untuk makan siang. Mungkin aku akan kasih tahu apa yang ada dalam pikiranku"

"Siipp, apapun keputusan kamu akan aku dukung" ucap Erly sambil merangkulku.

***---***

♡♡Tiga sahabat mencari cinta♡♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang