Jeongyeon pov
Sudah seharian ini aku berada di dalam apartementku dengan ditemani nayeon. Dia tidak pernah pergi kemanapun saat aku mengalami masa-masa sulit.
Bahkan, dia meninggalkan semua pekerjaannya hanya untuk menjagaku disini. Aku menyuruhnya untuk menyelesaikan semua pekerjaan terlebih dahulu di kantor, tapi ia selalu keras kepala.
Ia selalu mengatakan bahwa aku jauh lebih penting dari sekedar pekerjaannya. Terkadang, ada rasa bersalah yang memuncak saat ia mengatakan hal tersebut.
Aku tidak bisa meninggalkan jadwalku hanya untuknya, tapi ia dengan rela meninggalkan pekerjaannya hanya untukku.
Aku sangat tidak adil dan sangat egois pada kekasihku.
Aku hanya menatapnya yang tertidur di atas sofa. Dia kelelahan karena seharian membereskan apartementku dan memasak untukku.
Meski hanya makanan sederhana, tapi aku sangat mengapresiasi hal itu. Ia menunjukan rasa cintanya padaku, itu membuatku terharu.
Aku menghampirinya, mensejajarkan tinggi badanku untuk lebih leluasa menatapnya. Dari mulai dahi hingga bibirnya aku perhatikan baik-baik.
Aku baru tersadar, bahwa nayeon selalu terlihat cantik. Dia selalu terlihat sempurna bagiku.
Aku membelai kepalanya dengan lembut, namun ia sedikit terganggu dan membuka kedua matanya yang sempat terpejam.
"Mian jika membangunkanmu"ungkapku dengan lembut.
Ia hanya tersenyum kearahku. Kemudian, ia mengelus lembut pipiku dengan tangannya.
"Tidurlah di kamarku, badanmu akan sakit jika tidur di sofa" kataku.
Ia menggeleng tak setuju.
"Aku lapar dan ingin makan sesuatu" rengeknya seperti anak kecil.
Ah iya, benar, nayeon belum makan apapun sejak siang tadi.
Aku melirik kearah jam dinding berwarna hitam. Malam ini baru saja menunjukan pukul 8 malam.
"Baiklah, aku mengganti pakaianku dulu.."ujarku disertai dengan tubuhku yang reflek berdiri.
Nayeon menahanku dan menatapku.
"Kita bisa memesan makanan saja, kondisimu sedang tidak baik" katanya dengan mimik wajah yang terlihat khawatir.
Aku tersenyum kearahnya.
"Aku baik-baik saja. Kita bisa menikmati beberapa jam kedepan untuk berkencan"
"Serius? Kau sudah baik-baik saja kan?" Tanyanya lagi. Ia masih saja terlihat khawatir.
"Aku baik-baik saja, lagi pula kita jarang sekali berkencan, aku rasa tidak ada yang salah mengajakmu keluar untuk menghabiskan waktu bersama.."
Aku menundukan kepalaku untuk menyamainya. Kemudian mengecup lembut keningnya.
"Tunggu sebentar, aku tidak akan lama mengganti pakaianku."
Setelah mengatakan hal tersebut, aku menuju kamarku dan mengganti pakaianku.
Aku harus menggunakan pakaian hangat karena cuaca di luar suhunya cukup tinggi dan lumayan dingin.
.
.
.
.15 menit kemudian, aku keluar dengan pakaian musim dingin yang cukup sederhana. Aku hanya mengenakan kaos turtleneck, celana bahan dan coat berwarna coklat.
Sedangkan nayeon hanya mengenakan pakaian turtleneck berwarna putih, celana levis dan makeup tipis yang sudah sangat pas di wajahnya.
Dia sedikit bingung saat aku menenteng sebuah coat berwarna coklat juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys With the Girls (Real Part 2)
Любовные романыKamu harus baca part 1 nya dulu biar ngerti jalan ceritanya. Kalo langsung baca part 2nya, dijamin kamu bakal kebelinger😂 dan gak akan ngerti hehehe..