Selamat Tinggal Korea

1.2K 130 19
                                    

Seharusnya, tidak perlu mencintai sebegitu dalam, tidak perlu percaya pada ciptaan Tuhan yang bernama "Manusia". Tidak perlu muluk-muluk berharap pada seseorang yang bahkan kamu cintai sekalipun.

Sebab, semua manusia itu mengecewakan, seseorang yang kamu cintai sekalipun nyatanya masih bisa menghancurkan hatimu berulang kali. Dan jika kamu terus menerus hancur karenanya, mungkin sudah waktunya kamu harus berhenti dari segala perasaanmu. Sudah seharusnya kamu tidak tinggal di tempat yang sama..

Kamu akan terus terluka jika memaksa untuk mencintai.

Gadis bersurai panjang tengah duduk di kursi kebesarannya. Matanya fokus membaca beberapa berkas yang akan ia tanda tangani.

Beberapa hari ini, ia memaksa untuk kembali bekerja meski suasana hatinya benar-benar berantakan. Emosinya benar-benar tidak stabil semenjak kejadian beberapa hari yang lalu.

Drett! Drett! Drett! Drett!

Getaran ponsel membuat fokusnya buyar. Ia melirik ke layar persegi panjang tersebut, dilihatnya 1 panggilan suara dari sang ibu.

Gadis itu menghela nafasnya, sebelum menerima panggilan suara itu.

"Ada apa okaasan?" Tanyanya di ujung telefon.

"Sana.. apa kau sudah menemukan jawabannya?"

Sana terdiam. Pikirannya kembali memutar percakapan ia dengan sang ibu 2 hari yang lalu.

Saat itu, ibu sana memaksanya untuk kembali ke jepang karena keadaan sang ayah yang kesehatannya semakin memburuk. Dan lebih mirisnya lagi, gadis itu dipaksa untuk segera menikah bersama seseorang yang memang sudah dipersiapkan oleh sang ayah.

Memang, sejak dahulu ayah sana selalu tidak menyukai dahyun. Bukan tanpa alasan, tapi ayah sana hanya tidak ingin jika cucu dari mantan presiden jepang itu menikah dengan seseorang yang bukan berasal dari negara yang sama. Terlebih, beberapa tahun belakangan ini jepang dan korea selatan sempat berselisih satu sama lain.

"Keadaan otousan semakin memburuk sana, apa kau tega melihat otousan seperti itu? Kata sang ibu lagi.

"Aku paham okaasan. Berikan aku 2 hari lagi untuk mengurus segalanya sebelum aku berangkat ke jepang. Aku janji setelah 2 hari tersebut, aku akan pulang dan menuruti semua kemauan otousan" jelas gadis itu.

Helaan nafas terdengar di ujung telefon.

"Baiklah, cepatlah kembali setelah semua urusanmu beres. Kami menunggumu disini"

"Ya okaasan."

Setelah mendengar jawaban dari sana, panggilan telefon dimatikan sepihak oleh sang ibu.

Kini, sana menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Matanya memejam sejenak.

Keputusannya kali ini sudah ia pikirkan matang-matang. Toh berlama-lama di negara ini malah membuatnya sesak setengah mati. Belum lagi dengan banyaknya kenangan yang ia buat bersama seseorang yang kini bukan lagi miliknya.

Terkadang, ia merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh dalam mencintai. Ia begitu percaya diri bahwa seorang kim dahyun tidak akan mungkin menyakitinya. Namun, kenyataan yang terjadi sekarang sungguh berbeda.

Siapapun bisa membunuh hatinya meski orang tersebut adalah seseorang yang ia cintai. Meski seseorang tersebut adalah kim dahyun.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu membuat mata gadis itu kembali terbuka sempurna. Ia mengijinkan seseorang tersebut untuk masuk ke ruangannya.

Pintu terbuka.

Boys With the Girls (Real Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang