; 1

34.1K 1.6K 103
                                    

Tempat yang penuh dengan orang, dentuman musik yang memekakkan telinga, sebenarnya bukanlah gayanya. Ia bahkan hanya memakai kaus dengan jaket rajut dan jeans lamanya yang tampak tak sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang, Wonwoo setuju dengan istilah kutu buku yang diberikan oleh teman-temannya di sekolah. Di luar jam sekolah ia memang lebih suka menyendiri, menghabiskan waktu di kamarnya dengan membaca komik atau menonton netflix. Lagipula dia juga tidak benar-benar punya hobi. Mungkin karena itulah Wonwoo lebih senang belajar daripada bermain di luar seperti anak-anak yang lain.

Tapi malam ini berbeda. Ia ikut Soonyoung ke club malam sebagai perayaan kelulusan mereka. Ia tidak tahu apa esensinya.

Wonwoo hanya duduk di kursi bar, memandang orang-orang yang berjoget di lantai dansa, memastikan Soonyoung tidak terlalu jauh darinya, dan tentu saja mewajibkan dirinya sendiri untuk tidak memesan yang aneh-aneh karena dia tidak mau mabuk. Belum saatnya. Karena jika Soonyoung juga mabuk, hanya dia yang bisa bertanggung jawab pada mereka berdua.

Tapi tentu saja meski dunia tidak pernah melihatnya, ada beberapa pasang mata yang menatapnya di sana. Itu membuatnya tidak nyaman. Ini club malam, apapun bisa terjadi. Wonwoo berusaha mengabaikan tatapan-tatapan itu.

"Kau baru disini?" seorang pria duduk di sampingnya. Usianya sekitar empat puluh. Wonwoo hanya terseyum kecil, tidak terlalu menanggapi.

"Hei, cobalah sesuatu yang lebih keras. Aku traktir." Ia melihat pria itu memesan sesuatu pada bartender. Wonwoo tidak tahu maksudnya, tapi ia punya firasat buruk untuk itu. Segelas minuman datang dengan cepat. Pria itu mempersilakan Wonwoo untuk minum. Kaki Wonwoo bergerak-gerak gelisah. Ia tidak yakin apakah minuman itu benar-benar bisa diminum atau tidak. Ketika tangannya hampir mencapai gelas, seseorang merangkul pundaknya.

"Hei, maaf aku terlambat." Wonwoo terkejut, tentu saja. Juga pria di sampingnya. Pria itu terlihat tertawa kecil, kemudian menatap Wonwoo dan seseorang yang baru datang itu sebelum beranjak dari kurisnya. Pemuda itu melepaskan rangkulannya. "Maaf aku mengejutkanmu," dia berdiri tepat di samping Wonwoo, dan membuatnya gugup.

"Aku tahu kau tidak akan percaya, tapi aku bukan orang jahat," Wonwoo masih menatapnya. "Sungguh. Paling tidak bukan seperti yang tadi. Dia kurang ajar."

"Kau mengenalnya?" tanya Wonwoo. Ia menenggelamkan tangannya di antara paha, meremas mereka karena gelisah.

"Kau tidak bisa mengatakan kau mengenal orang atau tidak mengenal orang di tempat ini. Aku hanya sering melihatnya. Dan kau, adalah mangsa sempurna untuk mereka."

"Maksudnya?" Wonwoo semakin ketakutan. Pemuda itu tersenyum kecil. "Kau polos, dan lugu, dan manis." Kata-kata itu dikatakan tepat di depan muka Wonwoo, dan ia bahkan tidak bisa memalingkan wajahnya. Ia melihat pemuda itu menyeringai tipis, tapi Wonwoo tidak merasakan takut. Ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ketertarikan. Dan, pemuda ini tampan. Matanya indah, dan Wonwoo tidak sanggup melepaskan tatapannya darinya.

"Baiklah, aku tahu aku memang tampan. Jadi, siapa namamu?" Wonwoo mengerjap, dan memalingkan muka malu. Ia mengambil mojitonya dan meminum mereka.

"Aku Mingyu." Pemuda itu tampak tidak sabar, dan mengulurkan tangan. Wonwoo awalnya ragu. Tapi kemudian ia menyambutnya. "Wonwoo," katanya. Mingyu tersenyum, dan mengeratkan genggamannya pada Wonwoo. Ada sesuatu yang menggelitik perut Wonwoo karenanya. Itu tidak baik.

"Kau mau ke tempat yang lebih sepi?" tanya Mingyu. Wonwoo membulatkan mata. "Oh, maksudku bukan seperti itu. Club ini punya atap yang lumayan bagus. Dan lebih sedikit suara. Hanya jika kau ingin melihatnya," Mingyu tersenyum kikuk sambil mengedikkan bahu. Wonwoo melipat bibirnya. Ia menemukan jika itu adalah gerakan yang lucu dari Mingyu. Ia kemudian mengangguk pada Mingyu. Pemuda itu mengepalkan tangannya dan membuat sebuah selebrasi kecil; gestur lucu lainnya.

[✔] what happen last night? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang