; 7

7.7K 713 153
                                    

ini bahkan kurang dari 2000 words, which is the shortest part of this whole story. sorry

-



Ada banyak hal yang bisa terjadi di dalam ambulance. Mingyu beberapa kali mengalaminya. Tapi, sepanjang yang ia ingat, menggenggam tangan Wonwoo yang hampir hilang kesadaran dengan luka di sekujur tubuh adalah yang paling membuatnya gila.

Mingyu tidak mau membayangkan apa saja yang sudah Daewon lakukan pada Wonwoo, tapi pikiran tentang itu tidak juga mau meninggalkan kepalanya. Ia bisa membayangkan sesuatu yang lebih baik dari apapun yang sedang ia pikirkan. Tapi tentu saja mereka tidak akan bertahan lama. Selain itu, ia telah menganggap Daewon seperti adiknya sendiri, dan hal gila seperti ini bukanlah sesuatu yang pernah Mingyu bayangkan akan terjadi pada Wonwoo. Apakah ini karenanya? Apakah setelah ini Mingyu masih sanggup menatap mata Wonwoo? Apakah Wonwoo akan memaafkannya? Itu bukan pikiran-pikiran yang baik, tapi jenis yang lebih baik dari apapun.

Ia tidak tahu apakah ia menggenggam tangan Wonwoo terlalu kuat atau bagaimana, tapi Wonwoo kemudian membuka mata sebentar. Mingyu yakin Wonwoo bisa melihat kekacauan dalam dirinya, tapi ia idak peduli.

"Kita sedang menuju rumah sakit. Kau akan baik-baik saja," kata Mingyu. Ia bisa melihat sebuah senyum di wajah Wonwoo, tapi itu tidak mengurangi rasa khawatirnya. "Aku baik, Gyu." Wonwoo berusaha bicara, namun kemudian meringis karena rasa sakit yang pasti ia rasakan.

Mingyu tahu jika Wonwoo hanya sedang membuatnya tidak terlalu khawatir. Tapi saat ini, kata-kata 'baik' terdengar sangat menyakitkan untuk Mingyu.



-o0o-

Ketika ia membuka mata, Wonwoo mendapati dirinya sudah ada di sebuah kamar inap. Ia berusaha untuk menggeliat sedikit, tapi sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia samar-samar bisa mendengar suara Jeonghan, dan baru benar-benar menyadari jika Jeonghan ada di dekatnya, setelah ia membiarkan rasa sakitnya mereda.

"Apa aku perlu memanggilkan dokter?" tanya Jeonghan seperti berbisik. Wonwoo menggeleng, tapi masih menutup mata sambil pelan-pelan mengambil napas dari mulut.

"Apakah sakit?" tanya Jeonghan lagi. "Perih, dan rasanya seperti baru saja dihantam ke tanah." Jawab Wonwoo.

"Apakah... mereka...," Jeonghan menggantung pertanyaannya di udara, sampai Wonwoo membuka mata.

"Apa?"

"Yah... apa mereka, menyentuhmu?" rasanya, lidah Jeonghan baru saja menggigit buah yang sangat pahit setelah megatakannya. Tapi, Wonwoo jusru tertawa kecil yang disusul dengan erangan pelan.

"Tentu saja aku tidak membiarkan itu terjadi." Wonwoo seperti orang yang sangat mengantuk, tapi itu hanyalah efek dari lelah yang ia alami.

"Kau yakin? Aku memang mendengar jika salah satu dari mereka bahkan sampai mengalami patah tulang tangan tapi aku tidak menyangka jika kau...," Wonwoo memandangi Jeonghan yang panik, yang membuat Jeonghan menggigit lidahnya agar ia tidak lagi bersuara.

"Maukah kau menceritakannya padaku?" Jeonghan meremas tangan Wonwoo pelan, berusaha memberitahunya jika ia lega Wonwoo baik-baik saja.

"Ya, aku rasa karena Daewon atau anak buahnya tidak pernah ikut pramuka dengan benar. Simpul mereka payah. Tapi terasa sangat sakit karena dipaksakan. Daewon sempat menamparku hingga aku jatuh ke lantai, tapi itu justru membuat simpulnya longgar. Selagi dia mengoceh, aku berusaha untuk melepas tali yang mereka ikatkan di tanganku."

[✔] what happen last night? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang