; 4

15.4K 1.2K 301
                                    

tembus 6k+ words, jadi panjang bgt

.

______________________


Lima menit menuju pukul sembilan, Wonwoo baru keluar dari perpustakaan. Petugas perpustakaan, Nyonya Lim, mengunci pintu di belakang mereka. Tiga teman magangnya telah pulang lebih dulu, sekitar lima belas menit sebelum Wonwoo dan Nyonya Lim menutup perpustakaan.

"Terima kasih untuk hari ini, sampai jumpa besok." Wanita itu tersenyum sambil menepuk lengan Wonwoo pelan, kemudian pamit pulang. Wonwoo membungkuk sopan seiring dengan kepergian Nyonya Lim. Pustakawan itu adalah wanita yang lembut, dan sangat mengayomi para mahasiswa magang. Adalah sebuah keajaiban bagi Wonwoo mendapat mentor magang seperti beliau. Ketika Nyonya Lim menghilang di belokan, Wonwoo berbalik, mengambil jalan yang berbeda dari biasanya. Ia harus pergi ke parkiran belakang, karena seseorang sedang menunggunya di sana sejak empat jam yang lalu.

Di bawah lampu lorong menuju parkiran belakang yang semakin redup, Wonwoo memilin jari-jarinya dan tidak bisa berhenti memikirkan keputusannya. Di kepalanya, bayangan Jeonghan terus muncul. Tapi, kakinya antusias untuk betemu Mingyu, sesuai dengan kesepakatan mereka.

Tadinya, Mingyu hampir menculik Wonwoo dari kewajiban magangnya karena ia tidak tahan untuk mengurung bocah itu di apartemennya. Tapi, otak Mingyu masih waras, dan dia tahu hukuman macam apa yang harus ditanggung Wonwoo jika sampai ijin tanpa keterangan yang jelas. Mingyu tidak sejahat itu, dan ia sekali lagi memilih untuk mengalah.

"Temui aku setelah jam magangmu selesai. Aku akan menunggu di parkiran belakang."

Wonwoo begitu saja menyentujui permintaan yang lebih tua, dan mendapatkan sebuah kecupan di bibir sebagai salam perpisahan sesaat dari Mingyu. Bocah itu menyentuh bibirnya secara spontan, keheranan karena terus merasakan bekas bibir Mingyu yang tak mau hilang. Tapi, melakukan itu membuat separuh hatinya merasakan sakit yang luar biasa karena rasa bersalah telah mengkhianati Yoon Jeonghan.

Ini tidak seperti yang Wonwoo harapkan. Otak dan tubuhnya, bekerja dengan cara yang berlawanan. Isi kepalanya terus saja mengatakan jika berdekatan dengan Mingyu hanya akan membuatnya lemah, teperdaya oleh pesona pemuda itu. Tapi tubuhnya berkata lain. Mereka mendekat secara alamiah. Wonwoo bahkan masih bisa terkejut setelah menyadari kakinya benar-benar membawa seluruh tubuhnya menghadap Mingyu yang sedang berdiri di sisi mobil hitamnya. Mobil itu terparkir di kotak parkir ketiga dari lampu yang menerangi area parkir. Wonwoo menebak-nebak, mungkinkah Mingyu sengaja menunggunya di sudut yang lebih gelap agar tidak ada yang bisa melihatnya? Kenapa dia harus melakukan itu? Apakah ada teman atau bahkan Yoon Jeonghan belum pulang dari kampus?

Ada senyum samar di wajah tampan Mingyu, dan Wonwoo hampir menaikkan tangannya untuk menyentuh wajah itu dan kemudian mengecup bibirnya. Ia memeluk tubuhnya erat, berusaha untuk menahan diri. Tindakan Wonwoo itu, memicu Mingyu untuk melingkarkan jaket ke tubuh Wonwoo. Jaket itu tadinya hanya ia gantungkan di lengan. Wonwoo menatapnya, dan Mingyu hanya memberinya senyuman. Pemuda itu membukakan pintu mobilnya untuk Wonwoo, dan Wonwoo perlahan melangkahkan kakinya masuk. Ia tak percaya, ia duduk lagi di mobil ini. Wonwoo merasa jantungnya berdegup sangat kencang ketika ia tanpa sadar mengendus bau Mingyu yang ada di jaketnya. Ia mengeratkan jaket itu perlahan, membayangkan Mingyu mendekapnya erat padahal pemuda itu ada di sampingnya, baru saja masuk ke mobil.

"Kau sudah makan?" tanya Mingyu seraya menghidupkan mobil. Wonwoo menggeleng pelan, dan Mingyu menawarkan untuk mampir membeli makanan. "Tidak perlu, aku baik-baik saja." Wonwoo mengerut di kursinya, memandangi luar mobil. Mingyu berujar, "Jika nanti berubah pikiran atau perlu sesuatu, katakan saja. Oke?"

[✔] what happen last night? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang