; 10.a

4.8K 377 50
                                    

selamat, kamu sudah sampai di chapter terakhir cerita ini. berikan dirimu sendiri tepukan di punggung atau pelukan kecil karena sudah bersabar begitu lama

semoga, cerita ini tidak mengecewakan

selamat membaca



-------------

-----------------



empat tahun setelah hari itu...


Wonwoo sekarang sudah terbiasa bangun tidur dengan keributan. Entah itu tangisan atau teriakan, tak kurang juga suara derap kaki yang berlari-lari. Tapi hari ini, dia dikejutkan dengan suara alarm dari ponsel, berbarengan dengan suara benda berjatuhan. Wonwoo tak sempat mematikan alarm dan bangun dengan terburu, menabrak kaki meja kopi yang tak ia ingat ada di depannya karena masih setengah mengantuk, dan berakhir dengan terjatuh ke lantai.

Kepalanya mencari-cari sesuatu ketika ia bangkit. Jantungnya sudah hampir lepas karena memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, tapi kemudian dia menemukan dua gadis kecil yang berdiri bersebelahan di dapur, menatapnya dengan bingung. Wajah dan pakaian gadis-gadis kecil itu penuh tepung. Mereka saling menatap untuk sesaat, sebelum Wonwoo kembali jatuh berlutut di lantai karena perasaan lega.

"Dapur bukan tempat bermain, ingat?" Wonwoo menghampiri bocah-bocah itu, dan menggiring keduanya ke sofa depan televisi tempat ia tidur semalam. Wonwoo berusaha mengenyahkan pikiran kusutnya kala menatap lantai dapur yang penuh tepung dan beberapa peralatan masak berceceran. Ia akan membersihkan kekacauan itu nanti.

"Tapi hari ini ayah ulang tahun," kata salah satu gadis yang berambut panjang. Ada nada protes dalam suaranya. Ia menekuk bibir dan melipat tangan di dada.

"Kue coklat untuk ulang tahun," sahut yang berambut lebih pendek, sambil melipat tangan juga.

Wonwoo yang duduk di karpet itu menutup mata sambil mengusap muka kasar. Ia sudah hampir kena serangan jantung, tapi ternyata keributan yang dua gadisnya lakukan hanyalah karena sebuah kue coklat.

"Nanti kita beli kue coklat setelah kalian pulang sekolah. Sekarang jadilah anak baik dengan membiarkan ayah tidur lagi dengan tenang selama setengah jam. Oke?" Setelah selesai membersihkan wajah dan pakaian keduanya dari tepung, Wonwoo mengusir gadis-gadis kecilnya itu ke kamar bermain mereka dan kembali merebahkan diri di sofa. Ia kembali terlelap dengan cepat, secepat pula suara ribut pertengkaran terjadi lagi.

Wonwoo membiarkan keduanya berteriak dan menangis selama beberapa saat. Ia masih menikmati saat tidurnya sampai salah satu dari mereka yang berambut panjang keluar dari kamar bermain, dan berbaring di atas dadanya dengan wajah penuh air mata.

"Ayah, Hana mematahkan crayonku."

Wonwoo menepuk-nepuk pelan punggung putrinya tanpa membuka mata. "Iya, nanti beli baru."

Jawaban itu tak membuat anaknya senang. Gadis itu masih menangis, dan menggumam hal-hal yang tidak dianggap terlalu penting oleh Wonwoo. Keadaan jadi lebih buruk ketika gadis kecil lain yang berambut pendek akhirnya ikut keluar dari kamar bermain karena bosan, dan melihat saudarinya bermanja dengan sang ayah. Gadis itu, Hana, langsung memprotes dengan tangisan dan naik ke sofa, naik ke dada ayahnya, berusaha merebut tempat Haru, saudara kembarnya. Mereka hampir kembali bertengkar, tetapi Wonwoo memeluk keduanya masing-masing dengan tangan kanan dan kirinya sedangkan matanya masih terpejam.

[✔] what happen last night? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang