; 5.a

13.1K 1.1K 266
                                    

gaes, krn chapter ini hampir 10k words, gw mutusin buat jadiin ini dua part

pesen gw sih, semoga kalian ga bosen baca chap ini



–o0o–

Sejak satu minggu sebelum acara inisiasi Klub Fotografi berlangsung, Seungcheol sudah sulit tidur. Siang malam, ia merasa cemas tanpa alasan. Ia berulang kali melakukan pengecekan di setiap tempat, juga selalu memperingatkan semua pengurus harian klub untuk melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan baik. Tapi, kecemasan itu belum hilang juga. Hal ini membuat emosinya tidak stabil dan sering marah-marah tidak jelas.

Hingga akhirnya pada malam ketika semua orang sedang menyiapkan makan malam di perkemahan tempat acara inisiasi berlangsung, ia melihat Jeonghan menjambak rambut Mingyu, menyeret pemuda itu menjauh dari keramaian. Ada Minghao dan seorang peserta inisiasi yang mengejarnya. Beban di pundak Seungcheol perlahan hilang, sekaligus membuat sakit kepalanya bertambah. Ia sekarang mengerti kenapa ia selalu merasa cemas-itu hanyalah firasat buruk tentang kekacauan ini. Seungcheol tersenyum-senyum, sambil berjalan mengikuti Jeonghan dan Mingyu. Ia bahkan menyempatkan diri mengambil seember air, berjaga-jaga siapa tahu ia butuh itu nanti.



–o0o–

Daripada merasa sedih, Wonwoo lebih merasa takut Jeonghan akan membunuh Mingyu. Dari caranya menjambak rambut Mingyu, pemuda itu tampak tidak akan melepaskan Mingyu paling tidak sampai Mingyu mendapatkan lima patah tulang rusuk. Dan meski sudah berusaha di lerai, Jeonghan tetap saja menyeret Mingyu sampai ke tempat yang sepi di bagian belakang perkemahan. Di sana, ia melempar Mingyu ke tanah dan mulai menghajarnya.

Wonwoo baru pertama kali ini melihat Jeonghan sangat marah, dan semakin heran karena Mingyu seolah tidak ingin melawannya. Ia membiarkan Jeonghan melampiaskan kemarahannya. Karena hal ini, Wonwoo merasa bersalah bukan hanya kepada Jeonghan tapi juga kepada Mingyu.

"Apakah kau sudah lama berhubungan dengan Mingyu?" tanya Xu Minghao. Wonwoo yang awalnya sedang memikirkan cara untuk menghentikan Jeonghan, menatap senior yang berdiri di sampingnya itu dengan tatapan tidak percaya.

"Apakah ini waktu yang tepat untuk menanyakan itu?" Wonwoo balik bertanya dengan nada kesal. Minghao masih tersenyum, terlihat tidak khawatir sama sekali. Ia kemudian menunjuk sesuatu dengan dagunya, sambil berkata, "Bantuan datang."

Wonwoo berbalik, dan melihat Choi Seungcheol, ketua Klub Fotografi datang membawa seember air. Wonwoo tidak yakin untuk apa air yang Seungcheol bawa, dan rasanya jantung Wonwoo lepas dan jatuh ke dasar kakinya ketika melihat Seungcheol menyiramkan air itu kepada Jeonghan. Minghao yang berdiri di sampingnya, tidak bereaksi apa-apa selain mengangguk-angguk.

Ketika air menyentuh tubuhnya, Jeonghan seketika menghentikan pukulannya pada wajah Mingyu yang sudah berdarah di beberapa tempat. Wonwoo yakin, bukan hanya ujung bibir Mingyu yang sobek, tapi juga ujung alis kanannya. Mungkin, tulang hidung Mingyu juga sudah retak. Pemuda itu akhirnya bisa benapas dengan benar ketika Jeonghan berhenti memukulinya dan menatap Seungcheol dengan tatapan marah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jeonghan yang sudah basah kuyup pada Seungcheol.

"Kau sendiri, apa yang kau lakukan?" Seungcheol melipat tangan di dada, dan Jeonghan melepaskan cengkramannya pada kerah baju Mingyu. Pemuda itu lemas di tanah. Darah merembes dari luka-lukanya, dan semakin terasa perih karena terkena air yang disiramkan Seungcheol kepada Jeonghan.

[✔] what happen last night? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang