36. Cemburu

2.9K 192 37
                                    

Budayakan vote sebelum/sesudah membaca.
Jangan lupa komen juga karena komenan kalian berharga bagi Author


❄️❄️❄️


Alan, Melanie, Ryan dan Nial memulai pencariannya berbarengan dengan anggota OSIS yang lain hanya saja berpencar.

Melanie memilih untuk ikut di tim Alan karena ia merasa tak akan ada yang canggung diantara mereka. Kalian tau sendiri bagaimana perilaku Alan dan Melanie ketika bertemu kan?

Sebenarnya bagi Melanie tak ada yang mendingan. Hanya saja kalian tau, Melanie sering berbuat onar karena cintanya yang ditolak oleh Aldi. Ya sebagai pelampiasan. Ia sering sekali menyusahkan anak-anak OSIS, ia sadar betul bahwa keberadaannya akan memperkeruh suasana. Jadi tim Alan adalah tempat terbaik, selain karena ia merasa lebih senior.

Untuk beberapa saat suasana diantara mereka berempat cukup hening. Tak ada yang bersuara dan fokus untuk untuk berjalan. Alan memimpin di depan diikuti oleh Melanie dan kemudian Nial dan Ryan yang berjalan beriringan sembari memberi tanda pada pohon-pohon yang mereka lalui sebagai alat agar tidak tersesat.

Melanie masih anteng meski beberapa kali sempat mendengus karena jalanan yang tidak rata. Tapi hal itu tak mengusik Alan. Karena pikirannya sekarang hanya tertuju pada Kailee.

Khawatir? Jelas saja. Ia takut Kailee sekarang tengah mengalami kesulitan. Ia bingung memikirkan bagaimana kondisi Kailee, apakah ia baik-baik saja, apakah ia sudah makan, dan bla bla bla. Ia juga memikirkan bagaimana jadinya jika ia tak menemukan Kailee, bagaimana ia akan mengatakan hal itu pada bundanya dan bagaimana kehidupannya setelah ini tanpa dia.

Kailee memang bukan gadis ceria yang mampu mencairkan suasana, tapi bagi Alan, Kailee itu istimewa. Apapun yang ada pada dirinya selalu membuatnya penasaran, dan selalu ingin membuat Kailee yang dingin mencair menjadi gadis yang hangat, dan itu karena dirinya.

Sudah 15 menit mereka berjalan. Fokus Alan masih belum teralihkan. Ia masih terus menatap ke depan, sedangkan Melanie mulai kesal karena beberapa kali jalannya harus terganggu oleh ranting ataupun semak belukar, sedangkan Nial dan Ryan sudah berisik dari tadi, saling menjahili satu sama lain.

Melanie menggeram, mulai tak tahan. "Iih jalanannya gini amat sih?! Kaki gue sakit lagi kena ranting-rantingnya."

Alan menoleh kearah Melanie yang tengah menampilkan wajah kesal. Beberapa kali Melanie memegangi kakinya. Alan menghela napas sambil merotasikan bola matanya.

"Lo yang salah, jalan yang disalahin. Lo tau kan, ini tuh hutan bukan aspal."

"Loh, kok lo malah marahin gue sih? Lo tuh yang nyari jalan kek begini, susah tau buat ngelewatinnya."

"Nggak susah kok, buktinya gue b aja. Lo aja yang ribet. Harusnya tuh sekarang lo pake sapu terbang, bukan jalan. Lo kan mak lampir." Alan seketika tergelak diikuti Nial dan Ryan yang ternyata sedari tadi tengah menyimak.

"Diem kalian berdua! Ngikut aja! Berisik tau nggak." Melanie memarahi Nial dan Ryan yang seketika itu langsung menahan tawa mereka.

"Plis deh gue tuh bukan mak lampir! Jauh tau! Lo nggak liat apa muka gue cantiknya udah kayak Emma Watson gini!"

"Apaan Emma Watson. Udah jangan ngimpi mulu woy. Sadar! Lo tuh nggak ada cantik cantiknya."

"APA LO BILANG?" Seketika Alan, Nial dan Ryan langsung tersentak kaget mendengar suara Melanie yang mirip toa, cempreng dan mampu membuat gendang telinga seketika pecah.

"Lo apa apaan sih? Berisik tau nggak?" Alan bersungut-sungut, ia memegangi kedua telinganya yang terasa berdenging karena ulah Melanie.

"Kak Mel, suara lo tuh merdu tau." Celetuk Nial, Ryan mengangguk setuju.

The Cold Waketos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang