PROLOG

1.4K 93 16
                                    

Seorang pria berusia 30 tahun duduk di sebuah ruangan gelap, mengamati layar komputer sambil bertopang dagu. seorang wanita cantik ikut mendampinginya, duduk bersandar dengan manja sambil membelai bahu pria itu. Tidak ada yang istimewa dari pemandangan itu, selain sepasang kekasih biasa.

Hanya saja, saat itu masing-masing dari mereka mengenggam pistol semi otomatis yang sama.
pistol dengan dua puluh butir peluru yang siap di tembakkan dari Magazen-nya, mengundang maut bagi musuh-musuh mereka.

Ruang sempit di sekeliling mereka berpendar redup, cahayanya mengenal sebagian wajah sang pria.
Tato naga hitam kecil di pelipisnya yang mulai berkerut, konsentrasinya terarah ke layar komputer.
mengamati refleksi gorong-gorong gelap di luar. keadaan di sana sangat bertolak belakang dengan ketenangan di dalam ruangan. suasana teramat kacau saat itu. Roda-roda terbakar berserakan di sana sini. gorong-gorong penuh dengan sosok tubuh berlumuran darah.

sebuah perkelahian besar sedang terjadi. puluhan anggota geng terlibat baku hantam di gang-gang sempit. Mendengarkan bunyi-bunyian berisik dari senjata mereka. Linggris, parang, juga dongkrak mobil bergerak bergantian membentuk sebuah okestra perang, bersamaan dengan senjata-senjata lain yang beradu nyali. Berebutan menyesap kehidupan dari sisa-sisa darah manusia.

Sosok pria berdiri dengan angkuh, menerobos perkelahian di sekitarnya tanpa dapat di robohkan oleh orang-orang yang mencoba menyerangnya. Wajahnya dingin dan keras, seolah baku hantam orang-orang itu tidak mempengaruhinya sama sekali. Beberapa kali dia menjatuhkan orang-orang yang berebut menyerangnya hanya sedikit menggerakkan tubuhnya, seolah-olah dia sedang menepuk nyamuk.
sosok itu kini mempercepat langkahnya melihat tujuannya sudah hampir dekat. pemimpin geng kobra, seorang pria jepang yang bahkan dia tidak tahu namanya.

seorang pria botak bertubuh seperti raksasa tertawa masam melihat sosok kokoh tegar itu menghampirinya. Dia adalah pemimpin geng pencundang itu. Kakinya gemetar melihat pria itu menghampirinya, Rencananya tidak seperti ini,..Dia menginginkan pertarungan tak seimbang yang memaksa lawannya berlutut di depan puluhan anak buahnya. Bukan pertarungan berlevel jauh di atasnya.

Tiga orang pelindung dan seorang ketua klan telah berhasil memporak-porandakan pasukannya. Empat lawan Dua puluh delapan orang. Suatu hal yang mustahil. Dia telah kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Sikapnya luar biasa defensif,satu tangan mengarahkan pistol tepat ke depan, satu tangan lagi mempererat cengkaramannya pada Eunha. Satu-satunya peluang meloloskan diri hanya satu. Seorang gadis berasal jepang bernama minatozaki sana.

"Yugyeom kyouhei" pria itu mengarahkan pandangan sinis pada sosok di depannya, "Aku sudah bilang kau harus datang sendiri"

Wajah yugyeom dingin seperti es. sama sekali tak memperlihatkan adanya emosi.

"kalau kau maju, dia akan mati" Pria itu menarik gadisnya yang bernama eunha itu, dan mengalungkan sebelah tangan ke leher eunha, sehingga tubuh sang gadis menjadi tamengnya.

"Siapa yang menyuruhmu?"

pria itu kembali tertawa, "Ketua naga korea selatan. Kalau aku membunuhmu,aku akan terkenal sepertimu, yang selalu mendapatkan apa yang kau mau..."pria itu menyorong pistolnya sehingga menyentuh sang gadis

"buang senjatamu, ketua... atau tunangan mu ini akan mati."

"Kasihan sekali..." yugyeom tersenyum mengejek, "kau bahkan tak pantas menjadi pimpinan sekumpulan pecundang itu." Dia memukuli orang-orang yang tidak sadarkan diri di atas aspal, seolah mengejek kepada pria itu,bahwa dia tidak pantas menjadi pemimpin.

"DIAM!" bentak pria itu garang, ia membuat eunha sanderanya kehabisan nafas karena tercekik, "Sudah ku bilang ini hanya antara kau dan aku!"

"kalau begitu lakukan saja"

"apa?"

"kalau kau tak mau, aku yang akan melakukannya, "Satu tangan yugyeom ini menganggkat pistolnya dengan sebuah gerakan cepat, sebuah peluru timah melesat ke depan, seketika mengakhiri nyawa pria itu, setelah terlebih dahulu menembus leher eunha yang menjadi tamengnya.

"kau keliru..."gumamnya,seakan berbicara pada sang pria, "Aku tidak pernah mendapatkan apa yang benar-benar ku inginkan" ia memandang jasad eunha, dengan pandangan menyesal. lalu mengambil ponsel dari saku sang pria. yugyeom membuka daftar panggilnya, menemukan nama yeri di sana. Ceroboh seperti biasa!  keluh yugyeom dalam hati. Jarinya langsung menekan tombol panggil.

Dari kejauhan, wanita berambut kepirangan itu menoleh pada ponselnya yang mendadak berbunyi.
Sejenak, dia tampak berpikir,keragu-raguan tampak pada wajahnya, sedikit ketakutan karena merasa dirinya terlalu ceroboh sehingga meninggalkan nomor telepon pada ketua geng kobra yang bodoh itu. pikirnya. untungnya, pria di sebelahnya tidak terlihat marah. Dia memberi tanda kepada sang wanita untuk mengangkat teleponnya. Mata tajam sang pria mengarah pada monitor yang memperhatikan yugyeom menempelkan ponsel pria tadi di telinganya.

"permainan mu, mulai membosankan yeri." desis yugyeom, "Geng kecil seperti ini bahkan tak pernah sanggup menyentuhku. Kau lupa dengan siapa kau berurusan." Dia tertawa yang di panggil yeri itu gemetar. untung yugyeom tidak bisa melihatnya sekarang.

"Benarkah?" yeri tertawa dalam nada yang di buat-buat, alisnya mulai naik turun antara gugup dan ketakutan, "Tapi kau telah membunuh eunha, "katanya dengan suara bergetar, "Dan dia juga tunanganmu sendiri."

yugyeom terdiam. yeri melihat pandangan dingin pria itu dari monitor. sama sekali tidak terlihat duka di wajahnya. Apalagi perasaan bersalah telah membunuh tunangannya.

"Arigato gozaimasu." Dengan sebuah kecupan jauh, yugyeom menutup telepon.

Yeri terpana, memutar kursi yang di dudukinya sehingga menghadap ke arah pria sebelahnya. Pria itu tampan. luar biasa tampannya, hingga tampak tak manusiawi. Hanya saja, tato naga hitam di pelipisnya membuat pria itu terlihat berbahaya.

"kalian berdua adalah monster." desis yeri pada pria itu, yang kemudian memamerkan senyum dingin memesona. Pria itu membungkuk di hadapan yeri. Lengannya terulur menyentuh wajah yeri, membuat pola melingkar di pipi yeri dengan ujung jarinya.

"Kau masih mencintai ku?"

"Tentu saja," yeri mengangguk ragu, karena sentuhan pria itu perlahan berubah menjadi sentuhan dingin. Dan terasa mematikan. pria itu memandang sekikas kepergian yugyeom kyouhei melalui layar komputer. kemenangan mereka cukup membuat harga dirinya terluka.

"jadi semuanya gagal,"Yeri mendesah. pria itu tersenyum kembali, mengamati geng kecil ciptaanya telah porak-poranda di tangan yugyeom kyouhei bersama kelompoknya.

"ini baru permulaan" ia berkata tenang. sorot matanya mulai memancarkan aura pembunuhan.

"Permainan baru saja di mulai..."

***

TBC.

MY BOY GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang