CINDY
Jam menunjukkan pukul 16.10. Sudah beberapa menit sejak mas Hendro dan Riki turun ke lantai enam. Tanganku serasa gemetar dengan hape mas Hendro di tanganku.
"Gimana nih, Nik?" tanyaku. "Apa yang harus aku lakukan dengan hape mas Hendro?"
"Udah, yang penting kamu tenang aja dulu. Coba kamu cari di daftar panggilan, siapa yang paling sering menghubungi hape mas Hendro-mu!"
"Iya, bentar! Tapi kalian berdua ga boleh lihat, ya! Biar aku aja!"
"Iyaa. Kami berdua nggak bakal banyak ikut campur urusan kamu kok, Cin!" kata Yona.
"Sori ya, Yon. Nanti kalo aku udah siap. Kalian bakal kukasi tau kok." Kubuka daftar riwayat panggilan terakhir hape mas Hendro. Di situ tampak sederet tujuh panggilan terakhir dari nomor yang sama. Tanpa nama kontak. Hanya nomornya aja. Baru setelahnya ada namaku yang masuk dalam daftar penelepon. Kalo kuingat, aku menelepon mas Hendro sekitar satu jam yang lalu. Jadi setelah itu, dia menerima telepon dari orang yang sama sampai tujuh kali.
Siapa ya yang menelepon mas Hendro? Apa teman sekantornya? Tapi kok nggak diberi nama?
"Udah ketemu belum siapa yang paling sering nelepon mas Hendro-mu?" tanya Nunik.
"Iya, udah nih!" jawabku.
"Bukan nomor kamu, kan?"
Aku menggeleng."Nomor Asing, nih. Nomor cantik."
"Ya udah, kamu telepon aja langsung!" kata Yona.
Aku segera mengikuti kata-kata Yona. Kutekan tombol menelepon. Lalu kudekatkan hape mas Hendro ke telingaku.
Beberapa kali terdengar nada panggil, akhirnya terdengar suara seseorang di seberang sana. Suara laki-laki.
"Gimana, udah siap kah sayang. Langsung ke TKP ya sayang!"
"Siapa ini?" Kataku gusar. Bisa-bisanya dia memanggil mas Hendro dengan sebutan 'sayang'.
Begitu mendengar suaraku, telepon langsung diputus.
"Gimana, Cin? Siapa yang menjawab?" tanya Nunik.
"Nggak tahu, Nik. Laki-laki. Dia manggil pake 'sayang-sayang'!" Suaraku mulai bergetar. Aku sama sekali nggak menduga dengan apa yang baru saja aku dengar. Apakah selama ini mas Hendro menjalin hubungan dengan seorang laki-laki? Jelas sekali laki-laki tadi menjawab panggilan dari hape mas Hendro dengan sebutan 'sayang!'
Mas Hendro tadi bilang kalo dia ke sini bareng temannya yang bernama Nino. Jangan-jangan yang barusan kutelepon itu adalah Nino dan mereka memiliki hubungan khusus?
"Udah kuduga kan. Neneng kayaknya nggak bohong soal perselingkuhan suaminya dulu. Calon kamu kayaknya homo deh, Cin," kata Yona.
"Nggak mungkin, Yon. Aku tuh tau betul siapa mas Hendro. Aku udah membuktikan sendiri mas Hendro tuh jantan banget sama aku..."
"Kalian berdua udah pernah?" Tanya Yona begitu menyadari aku keceplosan ngomong.
"Dulu sih, Yon. Udah enam bulan yang lalu. Sekarang nggak pernah lagi," kataku akhirnya mengakui.
Aku memang dulu sering banget ngeseks sama mas Hendro. Mas Hendro jago banget di ranjang. Setiap kali melakukannya, mas Hendro selalu berhasil membuatku menggelepar dengan kejantanannya yang kokoh itu. Keperkasaannya mungkin bisa dua kali lipat dibanding mantan suamiku dulu.
"Kamu selingkuh dari Neneng?" tanya Yona lagi.
"Udah ah, Yon. Aku nggak mau bahas itu. Yang jelas mas Hendro bukan tipe penyuka sesama jenis lah. Kamu pun bisa lihat sendiri kan bagaimana orangnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset View Hotel
Mystery / ThrillerSunset View Hotel. Sebuah tempat dimana Cindy mengundang lima orang temannya untuk reuni - dan sekaligus memanfaatkan moment itu untuk memperkenalkan calon suaminya. Sinopsis selengkapnya bisa baca di bagian PENGANTAR.