RIKI POV.
Kulihat jam sudah pukul 15.50. Baru saja aku hendak ngacir buat gabung ikut pesta babi yang kuyakini belum selesai, ternyata lagi-lagi aku kecewa. Babi yang udah sejak tadi kubayangkan buat disantap - yang tidak lain adalah pak Hendro - ternyata sudah datang. Polisi itu masih mengenakan celana PDL nya yang ketat seperti semula dan baju kaos abu-abu ketat dengan logo polisi di dadanya. Sangat jantan!
Pak Hendro datang tanpa Adi dan Putra. Dia kembali duduk di tempatnya tadi, pas di depanku.
"Udah selesai, pak?" tanyaku kecewa karena kurang gerak cepat sehingga gagal mencicipi tubuh jantannya yang luar biasa itu.
"Sudah selesai," jawab pak Hendro sambil tersenyum.
Bangsat! Aku pengen!
"Cepat juga ya!" kataku.
"Ya, kan cuma ganti baju. Jadi tidak perlu lama-lama," jawabnya lagi. Padahal maksudku bukan itu, tapi pesta seksnya kenapa cepat sekali?
"Mana Putra sama Adi, Mas?" tanya Cindy kepada pak Hendro.
"Wah, Mas kurang tahu. Katanya dia ada urusan sedikit, mau ke tempat oleh-oleh, kurang lebih begitu," jawab pak Hendro.
"Tempat oleh-oleh?" tanya Cindy heran sambil mengernyitkan dahi.
"Iya, tadi Adi juga ada kirim pesan. Katanya dia mau ke tempat oleh-oleh buat ngambil pesanan," jawabku. "Tadi siang kan barangnya udah dipesan dan dari pihak tokonya mengatakan akan membantu mengantar barangnya ke hotel ini, tapi berhubung karyawannya ada urusan mendadak, jadi ya... Akhirnya mereka minta dari kita yang mengambil," jelasku lagi.
"Iya kah?" tanya Cindy.
"Nggak tau juga. Aku juga nggak terlalu percaya. Tapi mungkin aja, sih!" kataku.
"Wah, payah banget tokonya. Kan mereka udah menyanggupi. Kalo kayak gitu malah bikin bolak-balik aja!" Kata Cindy dengan nada tidak senang.
"Iya juga, sih. Malah jadi merepotkan!" Nunik ikut mengomentari.
"Tapi kok mesti berdua, sih. Kan cukup Adi sendiri udah bisa beresin masalah yang begituan!" kata Cindy lagi.
"Putra bilang, dia ada mau nambah barang oleh-olehnya," jawabku.
"Udah, ah. Paling juga nggak lama. Kan tokonya nggak jauh," kata Yona.
Sementara grup istri sedang mengomentari perihal toko oleh-oleh, aku menyempatkan untuk sesekali melirik ke arah pak Hendro. Wajahnya sangat manly dan sungguh menarik. Aku jadi semakin tidak sabar buat segera menggagahi pria ini secepatnya.
Sialan Adi sama Putra udah duluan. Tapi nggak apa-apa, habis ini giliran aku yang bakal merasai tubuh perkasa pak Hendro!
Saat pandanganku terkunci menatap pak Hendro, tiba-tiba pria jantan itu balas menatapku lagi seperti waktu di lobby. Tapi kali ini lebih lama. Mungkin sepuluh detik. Aku sampai merasa tidak enak dengan bertatapan selama itu. Mungkin pak Hendro juga merasakan hal yang sama. Tapi entah kenapa aku tetap enggan memalingkan pandanganku. Aku menikmati ketampanannya. Sampai akhirnya pak Hendro yang lebih dulu memalingkan pandangannya ke bawah. Dia tampak salah tingkah.
Sejujurnya aku pun juga merasa sedikit 'aneh'. Jantungku berdetak begitu cepat. Bagian 'bawah'ku juga bereaksi positif. Terasa keras dan tegang.
Aku rasanya semakin nggak sabar buat menjamah pria jantan itu. Andai grup istri tidak ada di sini, mungkin aku udah menerkam babi besar itu dari tadi. Bangsat!
Kukeluarkan hapeku dari saku celanaku. Kubuka aplikasi pesan, dan kutulis sesuatu di situ. Begitu pesan sudah selesai kutulis, langsung segera kukirim ke nomor kontak yang belum lama kusimpan. Nomor kontak atas nama HENDRO BIG PIG.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset View Hotel
Mystery / ThrillerSunset View Hotel. Sebuah tempat dimana Cindy mengundang lima orang temannya untuk reuni - dan sekaligus memanfaatkan moment itu untuk memperkenalkan calon suaminya. Sinopsis selengkapnya bisa baca di bagian PENGANTAR.