Freya Prov
Selama bersama Hans memang cukup menyenangkan, dia tahu bagaimana cara menenangkanku dan meredam emosiku ketika sedang marah. Hans sosok yang dewasa, tanggung jawab, dan pekerja keras. Aku menemukan figur pria idaman dalam dirinya.
Bagaimana tidak, Hans cukup rupawan, bertubuh tinggi, tidak terlalu kurus apalagi gemuk. Yang membuatku kagum terhadapnya adalah, dia pekerja keras demi mengubah nasib keluarganya, dan kemanapun dia pergi selalu membawa tuntunan hidupnya. Ya, Hans selalu membawa Al-Quran.
Pernah satu waktu, ketika Hans pertama kali berkunjung ke kota asalku, dia belum tahu dimana rumahku. Kami berjanji untuk bertemu di sebuah Masjid yang tidak terlalu besar, juga kecil. Aku memang datang cukup terlambat ketika Hans mengabariku sudah tiba di tempat yang kami janjikan. Hans tidak marah walaupun aku datang terlambat, padahal dia jauh-jauh berkunjung ke kota ku hanya untuk bertemu denganku.
Lelah, pasti dia lelah karena telah menempuh perjalanan mengemudi selama hampir lima jam. Belum lagi kondisi cuaca yang panas, yang sudah terbayang menambah kelelahan.
Selepas shalat, sambil menungguku, Hans sengaja menyempatkan diri untuk membaca kitab tuntunannya itu. Aku yang sudah beberapa menit melihatnya dari kejauhan, ingin segera memastikan apa yang sedang dibacanya itu.
"Hai," sapaku sembari mendekat. Saat itu kitab mungil tepat berada di tangannya. Mendengarku menyapanya, dia menoreh, tersenyum, dan menutup kitabnya dengan bacaan.
Untuk pertemuan pertama di kota asalku, kesan baik dari dalam diri Hans berhasil membuatku nyaman dan bertekad untuk mencoba menjalin hubungan dengannya.
Aku kenal Hans pada sebuah pertemuan di luar kota. Ketika itu, aku melihat sosok Hans sebagai pria dewasa dan bertanggung jawab. Tidak dipungkiri, Hans memang tampan. Kulitnya putih, bersih. Gaya berpakaiannya rapih, memakai celana jeans berwarna dark blue, sepatu semi formal, atasannya memakai kemeja yang dilapisi sweater hitam. Tubuhnya yang tinggi, semakin memperlihatkan kewibawaannya. Hans termasuk pria yang tidak banyak bicara, cuek. Aku suka!
Dalam pertemuan itu kami belum saling mengenal, bahkan tidak tahu nama satu sama lain. Di pertemuan pertama itu, aku hanya mengagumi rupanya saja.
Sepertinya Tuhan memang sudah mengatur semuanya. Selang beberapa minggu dari pertemuan itu, aku kembali di undang dalam sebuah kegiatan rapat oleh organisasi yang sama dan di tempat yang sama pula. Aku kembali bertemu dengan pria itu!
Tidak seperti pertemuan pertama yang hanya berlangsung setengah hari saja, di pertemuan kedua agenda kegiatan kami berlangsung hampir tiga hari. Tiga hari, aku terus bersama Hans!
Perkenalan itu dimulai ketika kami di tempatkan di satu divisi yang sama. Benarlah, Tuhan memang sudah mengatur perkenalan kami dengan begitu sempurna. Kami berkenalan, bertukar nomor handphone dengan alasan agar mudah melakukan koordinasi. Dalam perkenalan itu kami terlarut, dari mulai membicarakan program kerja yang akan kami buat nanti, hingga saling bercerita pribadi masing-masing.
Hans orang yang hangat, walaupun sisi cueknya selalu melekat dalam dirinya. Untuk tiga hari itu, aku terpesona kepada sosok Hans. Terlebih ketika aku tahu bahwa dia lulusan psikologi di salah satu universitas yang cukup terkemuka.
Psikologi, ya itu salah satu jurusan yang aku damba-dambakan ketika duduk dibangku SMA. Namun mau dikata apa, ketika orang tua tidak mengijinkanku meneruskan kuliah di luar kota. Aku hanya mengikuti kemauan orang tuaku saja untuk tetap tinggal di kota yang telah membesarkanku itu, dan memasuki Jurusan yang aku sendiri ragu menyukainya atau tidak.
Hans mencoba untuk membaca sifat dan karakterku melalui tulisan dan gambar yang ia suruh. Aku menuruti perintahnya. Bagaimana tidak, aku yang telah memaksa Hans untuk menebak karakter dan sifatku itu. Walaupun Hans beberapa kali menolak dengan alasan takut salah, akhirnya dia luluh dengan sedikit rayuan dan rengekan andalanku.
Kami semakin dekat, terlarut dalam bahasan yang kami buat. Dan hampir semua tebakan dengan kemampuan ilmu psikologinya itu sempurna. Aku semakin terpesona olehnya.
Ayooo voteee dan kasih komentarnya!!! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
That's You!
Romantizm"Lalu, apa yang bisa aku perbuat, jika kemaunku tidak sejalan dengan apa yang kamu mau. Aku terima jika kamu mau menjauhiku, tetapi bukan berarti aku rela untuk melepaskanmu. Nanti, ada waktunya aku kembali mengejarmu, dan pada saat itu, kamu tidak...