Empat

5 2 0
                                    

"Berlarilah ketika kau bisa, berjalan jika harus, merangkak jika perlu, Tetapi jangan pernah kau berfikir untuk menyerah."

Setahun kemudian

Saat ini aku sudah duduk di kelas 6, tak terasa kelulusan sebentar lagi. Sejak meninggalnya bibi, kehidupanku dan keluargaku terjadi perubah. Sangat datar sekali. Tak ada lagi orang yang sering mengajaku untuk menonton drama dari negri Gingseng itu. Minggu-minggu pertama sejak Bibiku meninggal amatlah terasa. Tapi mulai kesini kami sudah mulai terbiasa.

Hari ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Dengan mengenakan seragam batik dan tas di punggung aku berpamitan lalu langsung pergi ke sekolah.

Di kelas, kami sedang mempersiapkan ujian nasional. Bayangkan saat ini ujian sudah dapat dihitung oleh hari. Kami pun belajar maksimal selama seminggu.

"Kau sudah mengerjakan yang ini Rey?" tanya Siska padaku. sembari menunjukan soal Matematika nomber 13.

"Sudah. Itu sangat mudah sekali. Mau ku ajarkan?" tawarku pada Siska.

"Iyaa bagaimana caranya aku tak mengerti" ucap Siska.

Aku mengambil pensil di tempat pensil pinkku,  lalu mulai mengerjakan soalnya. Dengan lihai aku menghitung soal itu. Setelah selesai aku langsung menjelaskan kepada Siska bagaimana cara memperoleh jawabannya.

"Oh seperti itu, mudah juga ternyata. Terimakasih Reina" lalu setelah itu dia mencatat apa yang telah ku jelaskan padanya.

***

Hari ini perlaksana Ujian Nasional. Para siswa pun sudah mempersiapkan apa yang harus mereka bawa. Mulai dari pensil, penghapus, penserut, dan alat tulis lainnya. Ujian kali ini berlangsung khidmat, tak ada masalah apapun. Begitupun hari-hari berikutnya.

Tetapi ada perubahan di hari ke-3, semua orang terasa berbeda. Mereka lebih terlihat cuek, entahlah mungkin mereka lelah akibat belajar seharian. Aku tak memikirkan hal yang aneh kala itu. Sampai suatu ketika saat ujian selesai mereka mengucapkan selamat padaku. Aku tersadar bahwa kali ini aku sedang dikerjai oleh mereka. Hari ini tepat hari ulang tahunku.

Semua yang ada di dalam kelas mengucapkan selamat, dan meminta maaf karna mendiamiku. Menurut salah satu temanku,  ini adalah rencana dari Siska yang menyuruh mereka untuk tidak berbicara sepatah katapun padaku. 

"Terimaksih semuanya,  ternyata kalian mengingat hari ulang tahunku. Padahal aku saja melupakannya" kataku pada mereka.

"Iya sama-sama Rey" ucap mereka serentak seperti paduan suara yang hendak bernyanyi. Lalu mereka berpamitan dan pergi meninggalkan kelas.

"Jika hari ini ulang tahunku, berarti esok ulang tahun Arka" Ucapku dalam hati sembari berjalan melewati koridor sekolah.

Aku mengetahui tanggal ulang tahunnya karna aku penasaran padanya. Setelah aku merasa mantap akan perasaan ini, aku mulai mencari tahu tentang siapa dia. Dengan hanya melihat dari sosial medianya aku sudah mendapatkan informasi yang lumayan banyak. Salah satunya hari ulang tahunnya yang hanya berbeda satu hari denganku.

"Ya ampun Rey, buat apa kau memikirkannya. Toh dia juga sudah pergi meninggalkanmu begitu saja, membiarkanmu memapah perasaan ini sendirian, seolah-olah hanya kau saja yang menyukainya."  Ucapku pada diri sendiri. Ya,  Arka sudah pergi, entah ada dimana ia sekarang. Yang jelas Ia telah Meninggalkanku sendiri. Seakan ia hanya menitipkan hatinya kepadaku lalu saat dia sudah tak butuh. Hatinya kembali ia rampas lantas setelah itu  aku diabaikan olehnya.

Jika kukatakan sakit, ya ini amat sangat sakit. Dia adalah cinta pertamaku. Dia orang pertama yang membuatku sadar bahwa ketiadaanya adalah hal yang sangat mustahil untuk hidup. Tetapi dia juga orang pertama yang memberi luka dihatiku.

Sebuah Cerita TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang