enam

2 0 0
                                    


"Terlalu rapuh untuk bertahan, tetapi terlalu kuat untuk dihancurkan"

Tak terasa hubunganku dengan Arka telah berjalan sebulan. Pada saat itu juga hidupku dipenuhi warna-warna cerah. Semakin lama rasa cintaku padanya juga semakin bertambah. Masalah pun belum menyerang hubungan kami.
Kini aku tahu mengapa saat awal bertemu ia berbicara dengan bahasa baku seperti saya-kamu. Ternyata dia berbicara seperti itu karena menurutnya tak sopan jika harus berbicara santai pada perempuan yang belum dikenalinya.  Mungkin maksudnya belum terlalu akrab, akibatnya ia lebih memilih bahasa yang lebih sopan agar orang tersebut tak merasa tersinggung.
Dalam hubungan kami kata selamat pagi, selamat siang,  selamat sore hingga selamat malam itu adalah salam yang wajib sekali diutarakan. Entahlah mengapa, setiap hubungan pasti memiliki ciri khas masing-masing untuk saling bertegur sapa dengan penuh kasih sayang,  dan mungkin kata-kata selamat itu merupakan salah satunya dalam hubunganku dengan Arka.
Setiap hari, rasa sayangku pada Arka semakin bertambah, beserta perasaan takut kehilangan itu juga muncul. Entahlah aku belum sepenuhnya yakin padanya. Aku menganggap semua laki-laki itu sama saja.  Sama-sama bisa menyakitkan.
Saat kutanya mengapa dia bisa menyukaiku, jawabanya pasti selalu sama.
"Entahlah, biar kutanya apa warna kesukaanmu?" Tanya Arka padaku saat kutanya alasan dia menyukaiku.
"Biru tua" jawabku.
"Mengapa kau suka warna itu?" tanyanya lagi.
"Bagaimana ku tahu,  aku menyukainya  begitu saja" jawabku lantang.
"Seperti itulah rasaku padamu,  menyukaimu yang entah dari mana asalnya. Yang kurasakan aku hanya mencintaimu.  Mencintaimu saja,  dan aku merasa bahwa aku memiliki kewajiban untuk melindungimu. Ditambah aku tak perlu memiliki alasan untuk mencintaimu" Jawabnya serius sembari meminum minuman coklat di tangannya.
"Iya iyaa" jawabku mengalah.
Aku bangga sekali memiliki dirinya. Entahlah apakah pasangan diluar sana juga pernah merasakan hal yang sama sepertiku atau tidak. Pasalnya Arka orang yang amat pendiam sekali. Tapi saat bersamaku ia tak terlihat pendiam sama sekali.
Ia menjauhi semua perempuan bahkan teman-teman sekolahnya hanya karena ingin menghargai perasaanku.
Dan yang membuat aku bangga lagi padanya, ia sering sekali menceritakan aku pada teman-temannya. Aku tahu itu saat terjadi konfik kesalah pahaman antara aku dengan Arka.
Saat itu sedang ada acara kemerdekaan. Ia ditugaskan menjadi ketua pelaksana, tak kusangka aku melihat pesan dari Wirdha muncul di hpnya. Langsung hal itu membuatku marah padanya, mengingat Wirdha salah satu orang yang pernah menyukai Arka.
Aku merasa tegar saat itu, walau memang kenyataanya aku sangat sakit. Tapi ia langsung meminta maaf, menangis dihadapanku. Aku tetap diam, tak tahu apa yang harus kulakukan. Lantas kutanyakan pada temannya yang selalu bermain dengannya. Dan temannya itu bilang bahwa Arka sangat tulus kepadaku. Ia sering sekali menceritakan diriku pada teman-temannya. Jika saat berkumpul tiba, ia tiada hari menceritakan diriku pada temannya. Hal itu membuatku luluh padanya, dan membuatku yakin bahwa ia sangat serius sekali padaku.
Setelah kejadian itu ia pun langsung mengundurkan diri dari kepanitiaan hanya karena ada perempuan itu. Sebenarnya aku tak enak pada anggota lain, mengingat acaranya sebentar lagi. Tapi mau bagaimana lagi, ia amat sangat keras kepala. Aku tak bisa memaksakan kehendaknya itu.
***
"Kau terlihat lebih sering main,  dengan siapa kau bermain?  Tanya ibuku saat aku tiba dirumah. Memang hari ini aku meminta izin ibu untuk pergi keluar, dengan alasan bermain dengan teman. Padahal sebenarnya aku bermain dengan Arka.
"Bermain dengan Siska Bu, kan sudah kukatakan sebelum berangkat tadi. " jawabku dengan gugup. Jujur saat ditanya oleh Ibu adalah hal yang paling menegangkan.
"Oh, tapi mengapa pulangnya sore sekali" tanya Ibu yang terlihat diwajahnya tidak menaruh kecurigaan.
"Iya bu tadi tak terasa sudah pukul segini, saking asik mengobrolnya" ucapku pada Ibu.
Setelah itu aku langsung pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku. 
"Untung saja ibu percaya" ucapku dalam hati. Karena aku yakin jika ibu mengetahuinya pasti akan terjadi masalah besar. Hal yang akan merusak semuanya. Dan semoga itu tak terjadi.
***
Hubunganku berjalan dengan baik,  entahlah sudah berapa lama. Mungkin sekitar 5 bulan. Dan selama itu juga hubunganku dan Arka belum diketahui banyak orang. Yang tau hanya orang terdekat kami. Seperti Arsya, Siska,  Fany, Humaira dan teman-teman yang lainnya.
Kami juga tak menggumbar hubungan yang sedang dijalani. Karena menurut Arka hubungan bukanlah hal yang harus ditunjukan. Semua orang tak perlu tahu apa yang sedang dilakukan.
"Banyak cerita di luar sana, bagaimana mereka membuat cerita, membuat ke indahan, dan kebahagiaan, dan aku tau itu, semua cerita berbeda, selebihnya aku tidak mau tau, karna disini, aku mempunya cerita yang lebih indah, cerita, keindahan dan kebahagiaan, kami sudah memiliki nya, aku sudah cukup bahagia bersamamu, bagiku kau adalah seseorang yang sangat istimewa, aku benar benar sangat mencintaimu Rey" ucapnya saat kutanyakan tak apa jika kami tak mengumbar hubungan di sosial media.
Dia benar-benar pengetian,  ia tak menuntutku untuk menjadi pacar seperti kebanyakan. Walau memang terkadang rasa tak berguna itu muncul,  ia tetap memberikan kekuatan padaku.
"Kau tak melakukan kesalahan,  ini bukan salahmu. Ini salahku Rey"  jawabnya.
"Tuhan kumohon jangan pisahkan aku dengan dia. Aku tak mampu jika ia berada jauh didekatku. Aku tak kuat tuhan". Ucapku dalam hati dan semoga saja tuhan berpihak padaku.
***
"Ibu tau kau sekarang sedang berhubungan dengan Arka, Rey" ucap ibu.
Deg. Tiba-tiba jantungku berhenti,  aku tak mengerti bagaimana ibu bisa tahu. Dari mana?  Dan dari siapa?.
"Jangan diam saja Rey,  jawab ibu! " tegasnya. Terlihat raut wajah Ibu menunjukan kemarahan besar.
"Tidak ibu kami hanya berteman biasa" Jawabku setengah menangis. Kuusahakan agar air mataku ini tak jatuh.
"Jangan bohong Rey,  ibu sudah tau semuanya. Ibu tahu kau diantar pulang oleh Arka disekolahmu. Ibu tau kau ijin bermain dengan kawanmu itu sebenarnya bermain dengan Arka kan, ibu sudah tau semuanya Rey. Kau tak patut berbohong seperti itu" ucap Ibu membentak.
Aku tak bisa menampung air mataku lagi. Kutumpahkan semuanya saat itu juga. Aku sudah tak bisa mengelak lagi saat ini.
"Aku berhubungan dengannya hanya karena kita memiliki mimpi yang sama bu,  aku menginginkan hal untuk masa depanku. Dan ia juga sama memiliki impian.  Tidak ada salahnya kan jika kita saling menyemangati satu sama lain. Dia tempat dimana aku bisa menceritakan pahitnya kehidupan yang sedang kujalani. Dia tempat pulangku Bu. Mengapa aku lebih senang cerita padanya dari pada ibu?  Karena Ibu tak Pernah ada waktu untukku.  Ibu selalu melakukan pekerjaan ibu. Tiba dirumah ibu malah menyelesaikan proyek ibu. Yang sebenarnya itu adalah waktu untukku. Sampai-sampai ibu tak tahu apa perkembangan yang terjadi padaku saat ini.  Ibu menganggap seolah aku baik-baik saja" ucapku. Aku tak bisa menampunya lagi, sudah tak tahan rasanya. Tapi anehnya perkataanku tadi tidak menimbulkan kelegaan. Yang kurasa saat ini adalah rasa bersalah, karena telah melukai perasaan perempuan yang melahirkan ku itu.
Aku berlari ke kamarku,  dengan tangis yang sudah kukeluarkan semuanya.  Aku sudah lelah dengan Ibu,  sejak kecil ibu sering menuntutuku untuk menjadi apa yang diinginannya.
Saat nilaiku turun ibu selalu membandingkan aku dengan anak teman-teman ibu. Tak jarang omongan menusuk datang dari mulut Ibu. Bukan aku tidak ingin sukses,  semua anak punya potensi masing-masing. Memberikan perbandingan seperti itu hanya membuat sang anak semakin terpuruk saja.
Aku tau sebenarnya niat ibu hanya menginginkan anak-anaknya sukses.  Tapi cara yang ibu lakukan padaku menurutku kurang betul.  Seharusnya ibu tak memaharahiku, ibu dukung saja aku. Aku yakin jika ibu mendukungku, aku akan sukses dengan sendirinya.
Saat aku dan Arka mulai berpacaran,  nilaiku perlahan mengalami kenaikan. Itulah hal yang akan ku jadikan bukti pada ibu bahwa ini adalah hubungan yang sehat. Bukan hubungan yang main-main.
Tapi harapan itu sirna. Belum sempat kukatan pada ibu,  aku langsung disuruh menyudahi semuanya.  Menyudahi semua tentang Arka.
"Hpmu ibu ambil,  kau tak perlu lagi berhubungan dengan Arka" ucap Ibu. Akupun terdiam, menarik nafas panjang, lantas pergi mengabaikan perkatanya.
Aku tak tahu harus melakukan apa.  Bahkan kawan-kawanku yang mendukungku juga sudah tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya  untuk menghiburku.
Hubunganku dengan Arka berhenti bergitu saja. Tanpa ada kata pisah,  tanpa ada kata pamit yang keluar dari kami. Pintaku saat itu pada Arka adalah kuharap kau bisa menemukan perempuan yang lebih baik dariku. Yang lebih menjadikanmu sebagai pasangan sebenarnya, bukan sepertiku yang menyembunyikan hubungannya. Semoga kau bahagia walau bukan denganku.
***
Sudah 3 minggu kami tak saling menguhubungi satu sama lain. Entahlah, aku tak tahu harus dengan apa menghubunginnya. Semua akses untuk menghubunginya sudah di blokir oleh ibuku.
Terakhir kami berbicara seminggu setelah kejadian itu. Perkataan mengejutkan yang keluar dari mulutnya itu membuatku lebih bersemangat dan tegar.
"Sudah tak apa,  aku tak akan kemana-mana. Kau akan selalu ada dihatiku. Nanti jika saatnya tiba,  aku akan kembali lagi kepadamu. Meminta ijin kepada kedua orang tuamu untuk membawamu bersamaku. Jangan sedih ya,  dunia ini tak sedang berakhir, kau tunggu aku saja ya" ucapnya.  Aku sangat terkejut mendengar perkataannya itu.  Bagaimana tidak?  Ia sudah dimarahi oleh orang tuaku,  sudah dipaksa untuk menjauhiku tapi ia tetap setegar itu.
"Ini hanya tentang masalah waktu,  kau tak perlu takut. Aku selalu ada denganmu. Kau kuat akupun akan kuat mengahadapinya,  sabar ya". Ucapnya lagi
Bagaimana tuhan,  aku sangat kasihan padanya.  Bagaimana bisa ia mau mempertahakan hubungan ini. Hubungan yang terlalu rapuh untuk bertahan, tetapi terlalu kuat untuk dihancurkan ini.
Pikiranku saat itu mungkin untuk sebagian laki-laki saat disuruh menjauh oleh ibu pasangannya lebih baik menyerah saja, toh sudah tak direstui lagi.
Tapi Arka berbeda,  ia malah semakin mantap pada hatinya bahwa ia akan menjemputku. Aku semakin percaya padanya. Dan aku menaruh semua kepercayaan yang kupunya padanya. Aku sudah yakin bahwa dia bukanlah laki-laki yang sama seperti kebanyakan. Ia laki-laki yang berbeda.

Sebuah Cerita TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang