"Vlado, jangan! Ini ladang ranjau!"
"Duaar!"
"Ah! Hhh... Hhh... Hhh... Huuuft... " Sial, mimpi itu lagi, oh tuhan.
"Kriiing, kriiing, kriiing!" Alarm? Jam berapa sekarang?
"Pip" Ah jam 5 pagi, sekolah akan di mulai 2 jam lagi, huuft, Tuhan. Sepertinya, aku takkan pernah ditakdirkan untuk mengalami mimpi indah lagi, hukuman yang pantas untuk pendosa dan pembunuh seperti ku.
Tuhan, aku tahu aku ini pendosa dan sedang Engkau hukum tapi setidaknya, izinkan aku berdoa pagi ini.
Aku memulai doa ku berdasarkan buku doa Jordanville, di mulai dari membuat tanda salib, menyebut Bapak, Anak dan Roh Kudus lalu berlutut sebanyak 3 kali sambil memohon ampunan Nya kemudian membaca doa pembuka yang isinya memohon ampunan Nya disertai dengan puji-pujian yang ditujukan kepada Bapak, Anak, Roh Kudus beserta Bunda Maria.
Aku lanjut mengucapkan Tропа́рь (Troparia) kepada Trinitas Suci, yaitu sejenis stanza dari sebuah Canon (Himne Gereja Orthodox timur) yang liriknya diambil dari Kitab Perjanjian Lama dan Baru kemudian mengucapkan doa Santo Basil Agung kepada Trinitas Suci, mengucapkan Psalm 50, mengucapkan doa simbol iman kepada Gereja Orthodoks Timur, doa dari Santo Makarius Agung, doa dari Santo Basil Agung, doa Theotokos yaitu himne untuk memuji Bunda Maria, doa kepada Yesus Kristus, doa kepada Malaikat Pelindung, doa kepada Theotokos (Bunda Maria Yang Suci), doa untuk memanggil Santo Vladimir yang namanya dijadikan sebagai nama ku, Tропа́рь kepada Salib kemudian doa singkat untuk orang-orang yang aku anggap berharga yang berada di sini dan di Serbia sana, doa untuk mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati, dan diakhiri dengan doa penutup disertai doa pembubaran.
Aku tidak pernah lupa berdoa. Sejak kejadian itu, aku selalu ingat jadwal ku berdoa dan tak pernah melewatkannya. Alasannya kenapa aku melakukan ini semua sekalipun aku tahu aku tidak akan di ampuni adalah, aku ingin mencari cara agar aku bisa menebus dosa ku. Bisa menebus kesalahan-kesalahan ku di masa lalu dan kalaupun aku tidak bisa menebusnya aku berharap orang-orang yang nyawanya sudah kurenggut tidak harus menderita setelah mereka mati, aku ingin mereka bisa mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan karena, kematian mereka adalah sesuatu yang menjadi kesalahan ku semata, bukan kesalahan mereka demikian pula penderitaan yang pernah aku berikan pada Sofia dan Karim, itu semua karena aku yang terlalu membenci Muslim, termakan oleh propaganda dan kebencian yang disebar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab setelah perang tahun '95 yang terjadi di Bosnia sana, Tuhan ampuni orang-orang tak bersalah yang dibantai secara keji itu oleh orang-orang yang berasal dari bangsa ku, amen.
Aku selesai dengan doa ku, menyiapkan buku-buku ku, mandi, memakai seragam lalu keluar dari kosan tempat ku tinggal berjalan menuju sekolah, cuaca hari ini mendung Namun, tidak terlalu gelap, ah ya suasana hari yang cocok untuk pendosa seperti ku yang entah apa hukuman dari Tuhan yang sudah Ia siapkan pada ku hari ini, aku tidak tahu, tapi apapun itu, jika hukuman itu bisa membuat dosa ku terampuni, aku akan menerimanya dengan lapang dada.
"Tep!"
"Yo, Vlado, bengong aja." Ah, seseorang menepuk pundak ku, dia dan suara riangnya itu. Karim, seseorang yang terlalu baik untuk orang seperti ku. Entah kenapa, ia menyelamatkan ku dari ladang ranjau dan tidak membiarkan ku binasa seperti orang-orang yang sudah ku renggut nyawanya dan di sebelahnya seperti biasa, Sofia dengan senyuman nya yang menyapa ku pagi ini. Melihat mereka berdua riang dan tersenyum seperti ini membuat ku tenang karena, aku senang mereka masih hidup untuk hari ini, semoga mereka diberi umur panjang, amen.
Selama berjalan Karim mulai menanyai ku seperti biasa, apakah aku masih bermimpi mengenai kejadian itu dan apakah aku butuh ditemani atau butuh sesuatu yang dapat menghibur ku dan sejenisnya. Perhatian yang Karim berikan pada ku, terkadang membuat ku terharu karena entah bagaimana caranya ia masih bisa berlaku baik pada seseorang yang hampir membuat ia dan adiknya mati. Ada banyak hal yang harus ku pelajari darinya.
Kami sampai di sekolah, aku dan Karim pergi ke kelas kami, menaruh tas kami dan bersiap untuk mulai belajar hari ini. Sama seperti hari kemarin yang sudah menjadi rutinitas budaya di sini, doa pagi sebelum pelajaran di mulai. Untuk kami yang non-muslim sudah pasti kami harus keluar dari kelas dan berdoa sesuai agama kami masing-masing tapi khusus untuk ku, aku tidak pergi ke ruangan manapun.
Aku berdoa di luar kelas karena agama yang ku anut tidak ada penganutnya di sekolah ini. Tidak seperti murid-murid Kristen Protestan atau Katolik yang punya tempat untuk berkumpul bersama guru agama mereka dan berdoa bersama, aku tetap di sini, berdoa menurut tata cara Kristen Orthodoks Timur sembari merenungi kesalahan-kesalahan ku di masa lalu.
"Kriiing, kriiing, kriiing!"
Bel berdering menandakan jam berdoa selesai, dilanjutkan oleh mata pelajaran pertama. Aku masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi ku, lalu teman sebangku ku beserta rombongannya memasuki kelas dan saat dia duduk dia menyapaku dengan riang.
"Hai Vlado!" Ugh, suara riangnya membuat ku terganggu seolah-olah ia sudah akrab dengan ku padahal aku belum mengenalnya dekat tidak seperti Karim dan Sofia. Aku langsung melipat kedua lengan ku di atas meja dan meletakkan jidat ku di atas kedua lengan ku yang terlipat, aku malas berinteraksi dengannya.
"Sombong ya, yaudah nanti kapan-kapan aku ajarin kamu cara jadi orang ramah." Terserah kau saja Magda, aku tidak peduli, ada baiknya sebelum kau mengajari ku cara menjadi ramah, belajarlah cara untuk menutup mulut mu dan memelankan suara mu yang nyaring itu.
================================
Sumber tata cara doa pagi Kristen Orthodoks Timur Rusia/Serbia:
https://www.orthodox.net/services/morning-prayers.html
Disclaimer: saya bukan orang Kristen tapi saya berusaha untuk memberi gambaran yang cukup dekat dengan kehidupan nyata teman-teman saya yang Kristen Katolik atau Protestan di novel spin-off ini, jika ada kritik dan saran mohon jangan sungkan untuk memberikannya di kolom komentar cerita ini.
Note lagi: Kristen Orthodoks Timur gak main alat musik waktu berdoa walau punya nyanyian, mereka cuman pake nada suara dari mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Sedih
Teen FictionSpin-off dari Novel Antara Darah Dan Hati, Vlado Andrej Sokolovich siswa SMA Negeri 49 kota Sucilangkung yang berusaha sembuh dari penyakit jiwa Post Traumatic Stress Disorder dan Dissociative Identity Disorder yang ia derita karena pernah membunuh...