Chapter 1 Bagian 3 "Serangan Panik"

76 61 1
                                    

Mata pelajaran terakhir hari ini, Kewirausahaan, atau yang dapat ku mengerti dengan bahasa ku sendiri adalah mata pelajaran bagaimana cara membuat suatu produk yang diolah oleh tangan ku sendiri menjadi sesuatu yang memiliki potensi agar dapat di ambil keuntungan ekonomis nya atau sederhananya, untuk dijual.

Aku harap mata pelajaran ini cepat berakhir karena, aku benci mengenai apa yang akan kami lakukan hari ini, merebus telur asin yang sudah kami rendam di dalam toples kerupuk berbentuk silinder berukuran besar yang berada di dalam loker buku di belakang kelas selama seminggu.

Kami tidak bisa memilih anggota kelompok kami sesuka hati jadi pada saat pembagian kelompok ya mungkin kalian sudah menebaknya, aku sekelompok dengan Magdalena. Huuuft, jika aku bisa memilih aku lebih ingin sekelompok bersama dengan Karim tapi sudahlah sepertinya ini hukuman untuk ku dari Tuhan.

Guru masuk ke dalam kelas, menyapa kami semua sambil berjalan menuju mejanya lalu duduk di kursinya. Ia memberi kami pemberitahuan singkat perihal mengenai apa yang akan kami lakukan lalu meminta ketua kelas menyiapkan kelas kemudian berdoa dan memberi salam.

Beliau lalu meminta kami keluar perkelompok yang nomor nya ia acak dan meminta para siswa untuk keluar secara teratur dan tidak berisik selama berjalan menuju dapur belakang dan kantin.

Giliran kelompok ku tiba, aku beranjak berdiri bersama dengan Magdalena lalu ia keluar memberikan ku ruang untuk lewat menuju loker buku dan mengambil toples kerupuk berisi telur bebek yang direndam dalam air garam itu kemudian menuju kantin bersama Magdalena dan 3 orang lainnya yang salah satu dari mereka membawa panci yang ada di dalam kantong plastik berukuran besar.

3 orang lainnya yang sekelompok dengan ku adalah Aldi, Aulia dan Jihan. Sebelumnya ketika pemilihan ketua kelompok para perempuan di kelompok ku ingin aku menjadi ketua tapi aku menolak dengan alasan aku masih belum mengetahui seluk-beluk dan bagaimana cara belajar di negara ini jadi aku menyarankan mereka memilih Aldi saja yang menjadi ketuanya. Alasan lainnya yang tidak aku beritahu kepada mereka yah, kalian sudah tahu.

Kami semua sampai di dapur belakang, beberapa kelompok sudah mulai mendidihkan air yang ada di dalam panci kelompok mereka dan tiba-tiba saja, aku mendengar suara kompor baru dinyalakan.

"Dug!"

Mata ku reflek terpejam, wajah ku mengernyit, gigi ku tertutup rapat, jantung ku berdebar dengan kencang, keringat mulai bercucuran keluar dari tubuh ku, aku merasa dada ku sesak dan linglung, pandangan ku mulai berkunang-kunang, tidak. Apa? Kenapa?

"Duar, duar, duar!"

Suara ledakan? Dari mana asalnya? Hah? Jakov, Mihajlo, Senad? Bagian tubuh mereka berhamburan ke sana- ke mari? Aku di mana? Ini dapur kan? Atau ini hutan dekat desa ku di Republik Sprska sana? Apa yang terjadi? Dapur? Hutan? Ladang Ranjau?

"Vlado... Vlado... Vlado...?" Eh? Ah? Siapa gerangan? Karim?

"Vlado, kamu gak apa-apa kan?" Eh? Di mana aku sebenarnya?

"Vlado, Vlado denger aku. Tatap wajah ku sebentar, terus pejemin matamu, atur napas mu."

"Huuuft... huuufft... huuuft..."

"Gerakin jari-jari tangan sama kaki mu." Aku mengikuti permintaannya.

"Buka mata mu, sebutin apa aja yang kamu liat di depan mata mu."

"Karim, Magdalena, Jihan, Aulia, Aldi, meja besar, panci, kompor, tabung gas, wastafel..."

"Apa lagi?"

"Telur bebek yang sedang direbus, toples plastik bening besar yang bentuknya silinder."

"Apa lagi?"

Tuan SedihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang