Spin-off dari Novel Antara Darah Dan Hati, Vlado Andrej Sokolovich siswa SMA Negeri 49 kota Sucilangkung yang berusaha sembuh dari penyakit jiwa Post Traumatic Stress Disorder dan Dissociative Identity Disorder yang ia derita karena pernah membunuh...
*Play Video di atas buat penggambaran Vlado ngelakuin Longboarding.
================================
Kegiatan sekolah hari ini sudah usai, aku merapikan barang-barang ku, menggendong tas ku keluar dari kelas menuju pintu gerbang sekolah.
Saat aku sampai di jalanan luar sekolah, aku langsung menaruh kendaraan yang sering aku gunakan untuk pergi dan pulang dari sekolah. Skateboard ku.
Satu kaki ku aku tapaki di atas papan skateboard ku dan aku mulai meluncur sambil sesekali menapaki jalanan untuk memberi dorongan ketika kecepatan skateboard berkurang.
Entah kenapa anak-anak SMA Indonesia lebih suka menggunakan sepeda motor padahal mereka tidak memiliki izin mengemudi untuk mengendarainya. Hal yang aku benci dari orang sini yang membuat ku kadang rindu akan Eropa yang orang-orangnya lebih patuh akan peraturan dan tata tertib. Yah, sudah lah setidaknya aku bisa bersama Karim dan Sofia, itu sudah cukup untuk ku.
Aku terus meluncur dengan skateboard ku dan kadang-kadang melakukan trik skateboard seperti Heel Flip, 180, Airwalk, 360 dan sejenisnya. Selama meluncur terkadang aku menemui orang-orang dari sekolah kami yang mengendarai sepeda motor memerhatikan ku yang asik sendiri dengan kegiatan ku, semoga aku tidak memberi kesan buruk atau terlihat aneh di mata mereka.
Aku suka jalanan di Kota Sucilangkung, karena jalanan turunannya panjang membuatku bisa melakukan long board untuk waktu yang lama sampai aku menemukan tanjakan dan harus menggunakan kedua kaki ku untuk berjalan.
Long boarding adalah hal yang paling kusukai ketika bermain skate board, aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi saat meluncur dengan kecepatan tinggi, jiwa ku terasa bebas dari semua beban yang dideritanya, suara roda skateboard yang berputar dan bergesekan dengan aspal terdengar seperti musik di telinga ku kecuali, jika ada orang-orang menyebalkan yang sedang mengendarai motor mereka dengan kecepatan tinggi dan membunyikan klakson mereka berkali-kali, ah satu hal lagi yang aku benci mengenai orang-orang di sini, tidak punya sopan santun dalam berkendara padahal aku sendiri tidak meluncur dengan skateboard ku di tengah jalan dan lebih sering di pinggirnya. Mengenai sopan santun atau adab dalam berkendara mengingatkan ku pada apa yang pernah Karim bilang mengenai negeri ini.
Dia pernah menceritakan pada ku bahwa dia berpikir mungkin lebih baik kalau Indonesia jadi Republik Indonesia Serikat saja karena negeri ini masih memakai Wetboek van Strafrecht yaitu buku hukum peninggalan Belanda yang bahkan belum ada terjemahan resminya hingga sekarang dan seringkali dia bertanya apa gunanya negeri ini merdeka kalau semakin hari semakin buruk dan bukan semakin baik? Orang-orangnya tidak punya etika, sopan santun, tata krama dan tidak tertib. Bahkan Malaysia lebih baik daripada di sini.
Waktu pertama kali aku menginjakkan kaki di negeri ini, aku tidak mengerti maksud perkataannya. Namun perlahan, aku mengerti apa yang dia maksud tapi bagi ku dia harus sedikit bersyukur karena setidaknya negeri ini tidak mengalami perang dahsyat karena masalah kebencian antar etnis atau agama.
Tidak terasa, keasyikan ku bermain skateboard dan pikiran-pikiran yang terus melanda sanubari ku membuat waktu terasa cepat berlalu hingga aku tidak menyadari kalau aku sudah sampai di tujuan ku. Taman Senopati.
Aku suka taman ini, taman yang sering aku kunjungi karena selain rimbun dipenuhi pepohonan, di sini juga ada skate park yang tidak ramai dikunjungi orang karena tidak banyak orang sini yang memiliki hobi yang sama dengan ku hanya terlihat beberapa saja dan ya tentu saja ketika mereka melihat ku yang notabene orang Eropa Namun, memakai seragam sekolah Orang Indonesia, mata mereka tertuju pada ku tapi aku cukup terbiasa dengan itu. Kadang kala mereka menyapa ku dan yah Karim menyarankan ku, jika aku tak ingin berinteraksi dengan mereka aku cukup memberi senyum tipis saja sembari terus meluncur dan melakukan apa yang ingin ku lakukan.
Aku berjalan menuju bangku terdekat kemudian menaruh tas ku, membuka baju seragam ku sehingga aku hanya memakai kaos sekarang lalu memakai pengaman dan helm kemudian mulai meluncur melakukan kegiatan ku sambil melatih trik skateboard ku Namun, ketika aku meluncur ke sisi lain skate park, aku melihat dia, orang itu dengan gitar nya dan tempat gitarnya yang terbuka, ia sedang melakukan street performance dan sesekali orang yang berlalu-lalang di depannya melempar lembaran uang kertas atau uang koin ke dalam tempat gitar nya, oh sial dia menengok ke arah ku saat aku sedang melakukan trik FakieDisaster. Yap, aku akan mendarat dengan punggung ku menghantam beton dalam 3... 2... 1...
"Brugh!"
================================
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini trik Fakie Disaster, kalau nggak ahli, papan skateboard bisa patah waktu ketahan di puncak cekungan tempat main skateboard nya, posisi Vlado waktu ngeliat perempuan itu lagi di puncak cekungannya.