Sang Penggoda - 2 - Bibir Ranum dan Kenangan

9.7K 292 103
                                    

KISAH SEBELUMNYA

"Lalu, karena aku telah menyelamatkanmu, maka kau harus balas budi dengan membantuku mencari Sayap Legendaris!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lalu, karena aku telah menyelamatkanmu, maka kau harus balas budi dengan membantuku mencari Sayap Legendaris!!"

Agnis bahkan tak mampu membantah.

Tatyana tampak semringah kala akhirnya menemukan teman seperjuangan yang sepertinya akan cocok dan selalu sukses membuat jantungnya berdebar di atas batas normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tatyana tampak semringah kala akhirnya menemukan teman seperjuangan yang sepertinya akan cocok dan selalu sukses membuat jantungnya berdebar di atas batas normal. Penyihir berambut keemasan itu sesekali melayang ringan penuh rasa gembira. Perjalanan ini akan sangat menyenangkan!

Baru beberapa langkah, gadis cantik itu menyadari kalau Agnis masih bergeming di tempatnya. Pemuda itu tampak gamang dan masih memandang penuh tanda tanya. Dingin angin malam kembali menyapa keduanya yang bersitatap sejenak.

"Kenapa diam saja? Ayo jalan!" Tatyana melayang mendekat, menyelipkan tangannya ke lengan Agnis dengan cepat. Sejenak alis Tatyana berkerut, tapi tak lama. Gadis Itu langsung menarik Agnis untuk bergerak.

"Tunggu, Nona Tatyana!"

"Setop!" Tatyana mengangkat telapak tangan kirinya ke atas menutup bibir Agnis agar tak melanjutkan kalimatnya. "Kenapa jadi ada panggilan nona? Sudah kubilang, panggil Tatyana saja. Itu lebih akrab. Kita akan jadi partner mulai sekarang." Penyihir itu mengerling manja. Bibir ranumnya yang merah muda terlihat mengilap saat sedikit mengerucut menggoda.

Agnis masih tak juga bergerak. Alis tegasnya berkerut tajam. "Kenapa aku?"

Tatyana menaikkan bibirnya ke atas. Senyum memukau sekaligus seksi tersemat. Ia melepaskan pelukan dan bergerak mundur setengah langkah sembari mendongak untuk menatap Agnis yang lebih tinggi nyaris 40 senti dari dirinya itu. "Kau menarik. Itu saja."

"Tapi aku ...."

Suara perut yang keroncongan memecah pembicaraan mereka.

"Ya, ya, kau lapar." Tatyana menahan tawanya. Dengan telunjuk dan jari tengah, penyihir itu menelusuri bibir Agnis perlahan dari kiri ke kanan. Ia tak tahan ingin menggoda Agnis yang kini makin bersemu merah karena malu. Ia selalu suka reaksi semua pria saat ia jahili. "Kita makan dulu di kedai terbaik di kota ini. Biar aku yang bayar." Cengkok sensual penyihir itu selalu bisa membuat pria mana pun salah tingkah.

Sang Penggoda x Hereditary of Legendary WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang