Sang Penggoda - 1 - Pertemuan

12.3K 415 139
                                    

Kadang di sisi Utara kota, terlihat pesta pora kaum kaya-raya. Mereka yang punya emas berlian tak sungkan menghadirkan perhelatan hanya untuk menunjukkan kebanggaan bahwa pajak tinggi dan kemiskinan kerajaan tak memengaruhi kehidupan mereka.

Merekalah Dewan Penarik Pajak. Orang-orang itu bersenang-senang dengan uang rakyat yang diambil sebagian sebelum disetorkan ke kerajaan.

Sementara itu di sudut lain kota, sosok pemuda bertudung melompati rumah-rumah yang ditinggal tidur penghuninya. Outer berwarna biru gelap berkibar seiring gerakan yang tergesa. Pedang panjang tergenggam erat di tangan kanannya. Sementara di kiri ada sekerat roti hangat yang baru saja dia dapatkan.

Pemuda yang masih bergerak cepat di bawah pantulan bulan purnama itu tak juga menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda yang masih bergerak cepat di bawah pantulan bulan purnama itu tak juga menoleh. Padahal, di belakangnya ada lima orang yang terus berteriak memanggil dengan sebutan pencuri dan umpatan kasar lainnya.

"Kenapa harus ribut hanya gara-gara roti begini?" Ia berdecak kesal. Pakaiannya sudah penuh debu dan sobek di sana-sini sisa perkelahian yang terpaksa dijalani beberapa minggu terakhir.

Padahal para pengejarnya hanya preman pasar yang butuh pelampiasan kekesalan. Ia tanpa sengaja menabrak salah satu di antara mereka saat keluar dari toko. Preman-preman itu tanpa ragu langsung menuduhnya mencuri roti.

Tidak sopan! Selapar-laparnya, dia paling pantang mencuri. Lebih baik bekerja serabutan demi sekerat roti daripada harus memakan sesuatu yang bukan haknya.

Si pemilik toko bahkan merasa iba dan justru mengajak masuk, kala pemuda itu memandangi roti hangat di meja dengan penuh minat dari luar jendela. Kenapa yang marah justru orang yang tak ada sangkut-pautnya?

Dia harus segera keluar dari desa dan masuk ke hutan. Di sana, ia mungkin bisa bersembunyi kemudian mencari lauk tambahan untuk roti ini jika keadaan sudah memungkinkan. Perutnya sudah keroncongan. Seminggu terakhir hanya sedikit sekali makanan yang masuk ke tubuh. Rasanya lemas.

Lagipula, apa yang bisa dilakukan pemuda yang saat ini bisa dibilang tidak punya keahlian apa-apa--kecuali lari dan menjadi kuli angkut--untuk mendapatkan uang?

Tiba-tiba ia merasa sesuatu menangkap pinggangnya. Detik itu juga daya tarik dan gravitasi membuatnya terseret jatuh.

Suara debaman keras terdengar. Pemuda itu merasakan nyeri di bagian tubuh yang menghantam jalanan kotor. Susah payah ia bangkit berdiri. Pedangnya terpelanting beberapa meter di kanan. Pemuda itu mengumpat melihat roti yang sudah berlumur debu jalanan karena tertindih tubuhnya sendiri. Satu-satunya makanan untuk bisa mengganjal perut yang berdendang kini sudah tak bisa lagi dimakan.

"Kenapa kalian begitu keras kepala?!" Pemuda itu berhasil melepas tali yang terlilit di pinggangnya. "Aku cuma minta roti yang tersia-sia di sudut keranjang. Lagipula aku diizinkan!"

Hanya makian yang kembali ia dengar.

Debas terdengar keras. Dengan lima orang berbadan besar mengelilingi, bisa dipastikan dia akan babak belur. Namun, setidaknya pemuda itu harus melakukan sedikit perlawanan. Yah, syukur-syukur kalau bisa kabur lagi.

Sang Penggoda x Hereditary of Legendary WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang