Sebelas.

2.1K 244 12
                                    

Seoul.

Suara dari langkah kaki seorang pria jangkung yang menggema di lorong lantai 71 ini tengah terlihat buru-buru memasuki unit apartemennya yang telah ia tinggalkan 3 bulan lalu demi lari dari rencara orangtuanya yang akan menikahkannya dengan seorang wanita yang sama sekali tak menarik untuknya. Hye Rim, wanita itu terlalu biasa untuk ia kejar, tak ada sesuatu yang berhasil membuat Jaehyun ingin dekat dengannya, bahkan hartanya. Hanya keluarga Jaehyun yang memiliki ambisi penuh untuk mengambil saham keluarga Hye Rim sedikit demi sedikit, contohnya adalah dengan cara yang bodoh, pernikahan. Masa suram itu telah Jaehyun langkahi meskipun ia sedikit bersikap licik menghadapi masalahnya.

Langkah kaki pria ini terhenti saat memasuki ruang santainya yang terlihat kosong padahal seseorang memberitahukannya bahwa ia tengah berada di ruangan ini. Kedua tangan Jaehyun yang tadi sempat ia tenggelamkan kedalam saku celana kainnya kini ia biarkan kedinginan karna suhu ruangan yang rendah. Kakinya langsung mengarah ke sudut dapur saat indra pendengarannya menangkap dentingan cangkir yang bersuara karna terkena benda lain yang ia yakini sendok.

"Kau lupa bahwa kau punya alergi dingin, Jae Mi?!"

Jaehyun menghentikan langkahnya saat menemukan figur yang beberapa menit lalu ia cari keberadaannya.

Gadis itu tengah berdiri terdiam seolah tertangkap basah mengambil sebuah tea bag dalam lemari kayu milik pria yang kini tengah menatapnya dari dekat pintu dapur.

"Apa?" tanya Jae Mi heran.

Jaehyun melepas jas hitamnya seraya berjalan menghampiri Jae Mi dan langsung menutupi tubuh Jae Mi dengan Jas hitamnya tadi. Udara ruangan yang dingin serta pakaian Jae Mi yang hanya memakai dress sederhana berwarna putih tanpa lengan membuat Jaehyun takut alergi Jae Mi dapat kambuh dengan tiba-tiba.

Pria itu menggapai rahang Jae Mi dan mencium bibir Jae Mi untuk beberapa detik, selanjutnya ia langsung merengkuh tubuh Jae Mi dalam pelukannya, ia tak peduli dengan teh hangat Jae Mi yang mungkin akan segera dingin.

"Aku merindukanmu!" terang Jaehyun.

Jae Mi terdiam, bahkan ia tak membalas pelukan Jaehyun sama sekali.

Tangan gadis itu bergerak menjauhkan Jaehyun dari tubuhnya membuat pria dihadapannya memandangnya kebingungan.

"Kau terlambat 20 menit!"

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Jae Mi berhasil membuat Jaehyun tertawa tipis, gadisnya marah hanya karna ia datang terlambat.

"Jalanan kota Seoul siang ini terasa penuh!"

Pandangan Jaehyun terlepas dari mata Jae Mi saat pria itu merendahkan tubuhnya dihadapan Jae Mi, kepala pria itu kini tepat berada di depan perut Jae Mi.

"Jadi, dia sudah berapa lama disana?"

Jae Mi memutar bola mata seolah merasa amarahnya terabaikan oleh Jaehyun karna pria itu lebih tertarik berinterkasi dengan sebuah jantung kecil yang tengah berdetak didalam rahimnya.

Tangan Jaehyun terasa menyentuh perut Jae Mi yang masih terlihat masih begitu datar. Ia masih tak percaya jika ia berhasil menghamili seorang gadis, kali ini bukan sebuah kebohongan seperti apa yang ia katakan pada sang Ibu 3 bulan lalu.

[Jaehyun] Hold On!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang