Chapter 9 - Pecah

28 4 0
                                    

Lanjutan

Kemudian, Ben, mengambil sebuah botol yang ada disampingnya dan dipukulkannya ke kepala Laura hingga botol itu pecah sampai darah Laura bercucuran bersamaan dengan air di dalam botol itu.

"Aaah, apa yang kau lakukan bajingan?!" ujar Laura sambil kesakitan memegang kepalanya
"Maaf, tanganku terpeleset" ucap Ben sambil menendang Laura hingga jatuh terlentang
"Ups, kakiku terpeleset" kata Ben
"Apa salahku kepadamu?" kata Laura menangis
"Aku hanya tidak suka orang sombong itu saja" kata Ben

Lalu Ben menendang kepala Laura berkali-kali, menginjaknya tiada ampun. Dilangkah akhir, Ben mengambil pecahan botol lalu ditusukannya ke badan Laura secara merata dari ujung kaki hingga ujung kepala. Satu per satu bagian badan Laura, Ben tusuk rapat dengan pecahan beling.

Tak lama kemudian, Sisca melewati bangunan tua itu. Ben merasa gembira lalu berlari menghampirinya.

"Hai hai hai, Siscaa" dari kejauhan Ben memanggil, berlari menghampiri Sisca
"Hai jug-  a, Ben" Sisca terkejut
"Mengapa engkau basah kuyup begini, Ben. Bau alkohol pula" sambung Sisca yang masih heran
"Ikut aku sebentar, ada yang mau aku tunjukin" kata Ben sambil menarik Sisca ke bangunan tua itu.

Saat sampai disana Sisca kaget dan berteriak karena melihat mayat Laura penuh dengan pecahan botol beling minuman beralkohol. Ben menjelaskan kepada Sisca mengapa ia basah kuyup seperti itu.

"Kamu senang kan? Sekarang tidak ada lagi yang mengganggumu" kata Ben gembira
"Senang? Bukan ini yang aku mau, Ben. Aku tidak suka. Aku juga takut. Aku tak tau harus berbuat apa" ucap Sisca sambil meneteskan air mata
"Kamu tidak suka? Aku salah?" ucap Ben
"Iya aku tidak suka"
"Lalu mengapa kamu tidak pernah membalasnya?" kata Ben yang sedikit berteriak
"Aku takut, aku takut memikirkan semua hal. Aku takut jika Laura kesakitan, aku takut jika aku membalas perbuatan Laura, dia akan merasa sedih. Aku takut Ben" jelas Sisca kepada Ben
"Ooooooouuwwh. Dasar, penakut" kata Ben sambil mendorong Sisca jatuh ke tumpukan botol. Botol-botol itupun pecah karena badan Sisca. Sisca berteriak sangat keras. Sisca berteriak sambil menangis kesakitan. Dia meminta Ben menghentikannya. Namun Ben sudah terlanjur marah, dan selalu mengakatan "penakut, penakut, penakut, penakut" terus dia katakan berulang-ulang sambil menyakiti Sisca. Lalu diangkatnya badan Sisca kemudian Ben lempar ke arah tumbuh batu bata. Ben berlari, menghampiri badan Sisca yang ia lemparkan. Ben mengambil batu batu, lalu memukulnya ke kaki kanam Sisca. Berkali-kali hingga terdengar suara tulang patah "krieeck" mungkin seperti itulah bunyinya. Ben mengambil batu bata lagi, dan lanjut memukul kaki kiri Sisca. Setelah puas di kaki. Tak lupa, Ben kepada tangannya. Ben menaruh 2 batu bata di atas telapak tangan Sisca. 1 di kanan dan 1 di kiri. Lalu Ben melompat ke atas batu bata yang ada di telapak tangan Sisca. Ben melompat hingga merasa lelah. Kemudian saat lelah, Ben duduk di badan Sisca sambil memegang batu bata. Saat Ben ingin memukulnya, Sisca berkata

"Kamu tau Anin, Ben? Apakah kamu mengenalnya, Ben?" ucap Sisca sambil menangis dan menahan sakit
"Kenapa kamu tau dia? Dia siapamu? Apa yang ingin kamu lakukan kepada Anin?" kata Ben
"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti Anin. Yang perlu kamu ketahui, Anin adalah sahabatku dari kecil. Sampai sekarangpun aku masih bersahabat dengan Anin. Anin bercerita kepadaku bahwa ada seorang Pria bernama Ben pingsan dijalan lalu Anin menolongnya. Hingga pada saat itu Anin selalu bercertita tentangmu. Dan Anin mulai menaruh rasa kepadamu" jelas Sisca
"Pembohong. Tidak mungkin Anin berbicara seperti itu" ucap Ben kebingungan
"Silahkan tanya saja kepada Anin" kata Sisca
"Tidaak!!. Pembohong, pembohong, pembohong, pembohong!!!!" kata Ben berteriak sambil memukulkan batu bata ke kepala Sisca hingga terpecah berai. Matanya hancur, hidungnya hancur, dan otak keluar bersamaan dengan becucurannya darah. Lalu Ben berdiri meninggalkan badan dan kepala Sisca yang sudah hancur tak berbentuk lagi.

-skip-

Diperjalanan pulang tiba-tiba Ben terhenti dan berpikir.

"Aku harus menemui Anin" ucap Ben

Ben berbalik arah menjauhi jalan menuju ke rumahnya. Dia berjalan ke arah halte bus menunggu bus datang.

"Mengapa kepala sangat pusing" kata Ben kesakitan sambil memegang kepalanya.

Pada saat pagi tiba, Ben ter -

~ Vote, Follow, Comment. Jangan lupa juga untuk Share ya. Udahlah males mau nulis lagi ~

Gangsal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang