Chapter 5 - Merah

112 11 3
                                    

Lanjutan

Saat di kampus, Ben bertemu dengan gadis berambut merah yang waktu itu duduk di bangku taman kampus. Gadis itu seperti sedang kebingungan di halaman kampus. Seperti sedang mencari sesuatu tapi entah apa itu. Akhirnya Ben melangkah dan menemui dia, berniat untuk membantunya mencari sesuatu itu.

"Hai, sepertinya kamu sedang kebingungan. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Ben dengan ramah
"Oh hai, tidak terima kasih" tolak gadis itu dengan lembut
"Tidak apa-apa. Aku ingin membantumu. Oh perkenalkan, namaku Marcel"

Info : Marcel (Kepribadian Ben yang lain) adalah sosok yang ramah, baik, romantis dan sangat "Fanatik" dengan warna merah

"Namaku Diana" balasnya sambil tetap mencari
"Bolehkah aku membantumu? Apa yang kamu cari? Apakah itu berharga?" tanya Ben penasaran
"Hmm hmmm. Aku sedang mencari pulpen. Itu peninggalan terakhir dari ibuku"
"Oh, jika seperti itu mari kita cari bersama. Karena itu barang berharga"
"Terima kasih" ucap gadis itu sambil tersenyum malu.

Mereka berdua mencari pulpen itu bersama-sama. Sekitar kurang lebih 15 menit akhirnya Ben menemukannya.

"Sudah ketemu !?!?" ucap Ben sambil mengangkat tangan
"Hah? Benarkah?" berlari menghampiri Ben lali mengambil pulpen itu
"Terima kasih, marcel. Kamu sangat membantu" ucap gadis itu sambil membungkukkan badan
"Iya sama-sama. Aku ke kelas dulu ya" kata Ben sambil meninggalkan Diana
"Oh iya, Diana. Maukah kamu pulang bersamaku" kata Ben dengan keras

Diana hanya mengangguk dan tersenyum malu kepada Ben. Lalu, Diana pun juga ikut menuju ke kelas.

▪ 3 jam kemudian ▪

Pelajaranpun selesai dan banyak murid yang keluar dari dalam kampus. Saat di dapan gerbang kampus. Terlihat Diana sedang menunggu Ben. Tak lama, Ben pun datang. Mereka berjalan pulang sambil berbincang-bincang di jalan. Beberapa menit kemudian, hujan datang dengan derasnya. Ben dan Diana berlari mencari tempat berteduh. Tak jauh dari sana, mereka berteduh di kolong jembatan.

"Wah basah semua" ujar Ben
"Iya" balas Diana tersenyum hangat

Mereka terus mengobrol sambil menunggu hujan reda. Dan tanpa mereka sadari, mereka kelelahan dan akhirnya mereka tertidur di kolong jembatan.

▪ 5 jam kemudian ▪

Di bawah kolong jembatan

Mereka akhirnya terbangun dari tidurnya.

"Hoam. Aku tertidur. Diana, hey, bangunlah!?" kata Ben sambil menggoyangkan badan Diana
"Ada apa Marcel?" ucap Diana yang masih mengantuk
"Kita tertidur disini. Dan hujan juga sudah reda. Sepertinya dari tadi"
"Apaaa!?!!" ucap Diana kaget.
"Mari kita bergegas untuk pulang" ajak Ben
"Ayo" kata Diana
"Silahkan. Kamu duluan" ujar Ben
"Baiklah Marcel" balas Diana

Kemudian.....

"Jeerrrssz"
Suara pulpen menusuk yang menusuk perut Diana. Kaget, Diana terdiam, tercengang dan tak bisa berbuat apa-apa. Terheran-heran dengan apa yang ia lihat. Karena, Ben atau Marcel itu menusuk perutnya.

"Apa yang-" ucap Diana tersenggal

Diana mencoba teriak. Namun, saat ingin mengeluarkan suaranya untuk teriak meminta bantu. Ben, menidurkan badannya lalu menarik lidahnya dan memotong lidah Diana. Dengan wajah yang gembira. Ben melanjutkan pembunuhan itu.

"Aahh. Ini lah merah yang aku ingin lihat" ujar Ben yang sedang menjadi Marcel.

Kemudian, lidah Diana tadi, dimasukan kedalam mulut Diana. Ben memaksa Diana untuk mengunyahnya dan menelannya. Ben melihat ke rambut Diana yang berwarna merah itu, dan mengambil gunting dari dalam tasnya. Ben pun memotong semua rambutnya sampai tiada yang tersisa. Diana hanya bisa menangis, terdiam, merasa kesakitan. Terkapar tak berdaya. Tak puas setelah memotong rambutnya. Ben mengambil paku dan palu, lalu di pakunya tangan kanan dan kiri Diana. Dengan 5 paku di tangan kanan, 5 paku tangan kiri. Diana semakin tidak berdaya. Ben berdiri diatas tubuh Diana yang terlantang. Dengan senyum diwajahnya dia berkata.

"Indah sekali warna merah ini"

Setelah itu. Ben mengambil tas Diana lalu mengambil pulpen Diana yang sangat berharga itu. Dan tanpa pikir panjang. Ben langsung menusukkan pulpen itu ke leher Diana. Menusuknya bertubi-tubi sampai Diana tak bernafas lagi. Di bawah kolong jembatan, keadaannya sangat mengenaskan. Tangan di paku. Kepala botak. Perut tertancap pulpen dan leher Diana berlubang akibat tusukan dari pulpen itu. Dan tak lupa Ben memberinya Bunga Mawar sebagai tanda perpisahan. Setelah itu Ben pun pergi meninggalkan mayat Diana di bawah kolong jembatan itu.

▪ Keesokan harinya ▪

Ben terbangun di sebuah gudang tua, yang kosong dan sudah lama tak terpakai. Tiba-tiba -

~ Komen bila perlu. Share dan Vote bila suka. Follow bila kamu istimewa. Udah besok lagi ~

Gangsal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang