Chapter 11 - Ungkapan

31 2 0
                                    

Lanjutan

Ketika Ben tiba, Anin sudah berada  disana, berdiri sambil menatap langit. Ben mendekatinya dan mulai menyapanya. Anin menoleh sambil menangis. Dan Anin berkata.

"Aku merindukanmu, Edy. Aku sangat merindukanmu" kata Anin yang sudah bercucuran air mata
"Aku juga merindukanmu" balas Ben sambil berlari lali memeluk Anin.
"Apa kamu sehat?" tanya Ben
"Aku baik-baik saja, Ed. Dan kamu juga kelihatannya sehat" ucap Anin sambil tetap memeluk Ben.
"Oh iya, Ed. Aku ingin bertanya"
"Silahkan bertanya sepuasmu" jawab Ben
"Apakah kamu pernah merasakan rasa sakit yang mendalam? Mungkin lebih dari tertusuk pisau" tanya Anin
"Hm, aku tidak pernah merasakan itu. Tapi jika kehilanganmu aku akan merasakannya" jawab Ben
"Kamu tidak ingin merasakan sakit itu?" tanya Anin sekali lagi
"Tidak ingin. Tapi aku juga tidak dapat menghindari itu"
"Pertanyaan terakhir untukmu, Ed. Apakah kamu pernah merasakan sakit karena tertusuk pisau?" tanya Anin
"B-bells. Aaahhh"

Belum sempat Ben menjawab, tanpa disadari Anin menusukan pisau ke leher Ben.

"Ada apa ini? Apa yang kau lakukan, Anin?" tanya Ben
"Dasar Pembunuh!!!. Aku tahu semuanya. Aku melihatnya lewat layar kamera pengintai. Di rumahku terdapat banyak kamera pengintai. Dan kau dengan santainya bertanya ada apa? Sebenarnya kau siapa? Siapa yang selama ini aku rindukan?" ucap Anin sambil berlinang air mata. Menangis karena tahu akan kebenarannya.
"Aku Edy, tidak aku Marco. Aku John. Aaahhh bukan, aku Marcel. Tidak tidak salah. Aku Nero. Aaaaahhhh apa yang terjadii. Aku Ben. Diaaam" ucap Ben sambil memegang kepalanya.

Ben bertingkah aneh. Anin terheran-heran dengan apa yang terjadi dihadapannya.

"Aaaahh tidaaakk!!!. Jangan mengganggu" ucap Ben kesakitan

Anin takut dan menjauh, membawa pisaunya. Ben melihat sinis ke arah Anin kemudian Ben berlari menghampiri Anin dengan cepat. Ben memegang tangan Anin kemudian menjatuhkan Anin ke tanah. Pisau Anin terlepas dari genggamannya. Ben mengambil pisau tersebut dan menusukan pisau itu ke leher Anin. Mencongkel mata Anin, memotong lidah Anin. Lalu menikam jantung Anin dengan dalam.
Kemudian
.
.
.
"Apa yang aku lakukan?" Kata Ben heran melihat Anin mati di tangannya
"Tidaaak apa yang aku lakukan??" Ucap Ben sambil menangis

▪ 1 jam kemudian ▪

"Aku tidak sanggup lagi" ucap Ben sambil mengangkat mayat Anin kemudian Ben melompat dari bukit yang tinggi itu bersama dengan mayat Anin.
.
.
.
.
.

▪▪▪

Tiba-tiba Ben terbangun dari tidurnya.
"Astaga. Mimpiku aneh sekali" ucap Ben
Lalu Ben bersiap diri untuk pergi. Saat ingin pergi Ben berkaca terlebih dahulu.

"Hai Benjamin. Engkau sangat tampan hari. Apakah engkau siap menjalani hari?" Ucap Ben saat bercermin.

Lalu Ben pergi untuk kuliah. Di tengah jalan ada orang yang menyapa Ben.

"Hai, Ben" kata orang itu
"Maaf siapa Ben?" Ucap Ben

.TAMAT.

Beri rate jika engkau suka. Dan maaf juga untuk keterlambatannya. Akhir-akhir ini sibuk heheh. Silahkan komen untuk cerita selanjutnya. Dan oh iya. Stay Safe guys untuk menghadapi keadaan sekarang. #dirumahaja

Gangsal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang